View Full Version : Republik Cangik


agusjember
3rd November 2014, 11:42 PM
Ini pertunjukan teater yang sayang untuk dilewatkan

http://i58.tinypic.com/mikieh.jpg

TEMPO.CO, Jakarta - Setelah menggelar tiga lakon dengan tokoh utama punakawan laki-laki: Republik Bagong, Republik Togog, dan Republik Petruk, kini Teater Koma kembali mementaskan Republik Cangik. Bedanya tokoh utama kali ini adalah punakawan perempuan yakni Cangik dan Limbuk.

Pentas ke-136 teater pimpinan Nano Riantiarno ini bakal mempertontonkan kisah seorang punakawan Cangik dan Limbuk dalam Republik Cangik. Pentas ini akan dilaksanakan di Gedung Kesenian Jakarta mulai 13-22 November 2014.

“Kali ini saya mengangkat punawakan perempuan, supaya perempuan juga lebih muncul dan bersuara. Seperti saat ini ada delapan perempuan di Kabinet Kerja,” ujar Nano Riantiarno dalam konferensi pers di Galeri Indonesia Kaya, Senin, 3 November 2014.

Khas Teater Koma, selalu menampilkan cerita yang seolah-olah seperti mencerminkan kondisi negara saat ini. Menurut Nano yang juga menulis skenario, dia tak tahu bakal kejadian seperti saat ini. “Naskah ini sudah saya tulis lima bulan yang lalu, mana saya tahu kalau sekarang seperti ini,” ujarnya.

Pementasan ini berkisah tentang Cangik, punawakan perempuan dari Kerajaan Mandura. Dia bertugas memilih pemimpin Negeri Suranesia, setelah pemimpin sebelumnya, Maharaja Surasena, meninggal dunia. Cangik, yang sehari-harinya sebagai punakawan beralih fungsi sebagai juri yang harus memilih satu calon yang maju menjadi calon maharaja. Para calon ini merasa dirinya pantas dan mampu memerintah Suranesia.

Cangik tak sendirian, dia memanggil punakawan senior, seperti Semar; Ratu para setan, Betari Permoni; Perdana Menteri para dewa, Betara Narada; wakil Pendawa, Raden Gatotkaca; wakil Kurawa, Raden Lesmana; dan putri Raja Kediri, Riri Ratri.

“Pentas ini merupakan pertanyaan bagi kita semua dan menjadi cerminan untuk melihat diri kita secara jujur,” ujar sutradara kawakan ini.

Aktor-aktor kawakan teater Koma akan turun dalam pentas ini. Untuk menghidupkan pentas, komposisi musik akan digarap oleh Idrus Madani dan diaransemen oleh Fero A. Stefanus, pengarah gerak oleh penari kondang Elly Luthan, artistik digarap Onny Koes dengan tata cahaya Deray Setyadi. Sedangkan kostum yang terinspirasi wayang modern ini digarap oleh Rima Ananda Omar.

sumber: tempo.co