forumku

forumku (https://www.forumku.com/)
-   Forum BukuKuBaca (https://www.forumku.com/forum-bukukubaca/)
-   -   Gerakan Reformasi sebagai Kebangkitan Nasional III (https://www.forumku.com/forum-bukukubaca/468-gerakan-reformasi-sebagai-kebangkitan-nasional-iii.html)

setan 31st August 2012 01:53 AM

Gerakan Reformasi sebagai Kebangkitan Nasional III
 
Rabu, 20 Mei 1998
HUT Ke-90 Kebangkitan Nasional
Gerakan Reformasi sebagai Kebangkitan
Nasional III?

TELAH menjadi catatan sejarah, Kebangkitan Nasional Pertama merupakan periode yang dibuka oleh pergerakan Boedi Oetomo 1908. Periode pembangunan yang juga disebut tinggal landas pada tahun 1993 sering disebut-sebut sebagai periode Kebangkitan Nasional Kedua. Benarkah gerakan reformasi yang dimotori mahasiswa disebut sebagai Kebangkitan Nasional III?
Adalah Dr Nurcholish Madjid yang meyakini gerakan reformasi merupakan Kebangkitan Nasional III tersebut. "Tepat sekali," kata Nurcholish menjawab pertanyaan wartawan usai memberi pernyataan bersama budayawan Emha Ainun Nadjib dan Utomo Danandjaya, Minggu (17/5).
Memang apabila dihitung dari tahun 1993, rentang waktu lima tahun begitu pendek, sehingga layak bila dikatakan rentang waktu itu tidak dapat mewakili suatu babakan sejarah, yang disebut kebangkitan nasional. Bahkan, menurut Cak Nur, panggilan akrab Nurcholish, kebangkitan nasional merupakan siklus dua puluh tahunan, paling tidak mendekati angka tersebut. Dimulai dari Kebangkitan Nasional 1908, Soempah Pemoeda 1928, Kemerdekaan 1945, lahirnya Orde Baru 1965.
Menurut Nurcholish, pada tahun 1985 sebenarnya ada suatu fase tersembunyi yang sempat muncul ke permukaan, tetapi tidak cukup kuat mengkristal untuk menjadi sebuah "kebangkitan". Cak Nur menyebutnya sebagai gerakan munculnya kelas menengah baru. Andai mau berpatokan pada siklus duapuluh tahunannya Cak Nur ini, babakan sejarah tentang Kebangkitan Nasional II tahun 1993 gugur dengan sendirinya.
Gerakan mahasiswa mengingatkan pada gerakan serupa di tahun 1966, 1974, dan 1978. Merujuk sejumlah literatur, terjadinya gerakan mahasiswa di negara mana pun, antara lain disebabkan oleh tiga hal, yakni kondisi yang memberikan kesempatan bagi tumbuhnya gerakan itu, akibat meluasnya ketidakpuasan atas situasi yang ada, serta kemampuan (leadership capability) dari tokoh penggerak yang mampu memberikan inspirasi dan membuat jaringan.

Hindari jargon
Kata "reformasi" masuk dalam khasanah istilah politik Indonesia pada tahun 1995, saat mahasiswa dalam batas-batas tertentu mempopulerkan lewat serangkaian aksi-aksinya. Berbeda dengan di Uni Soviet yang sudah populer sejak awal tahun 1990-an ketika glasnost dan perestroika -nya Mikhail Gorbachev dikumandangkan.
Bahwa reformasi lebih banyak dikumandangkan mahasiswa reformis yang dalam kacamata pemerintah disebut radikal, mungkin ada benarnya, me ski ini dibantah oleh Ketua Umum PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Anas Urbaningrum. Menurut Anas, apabila mau diurut jauh ke belakang, gerakan reformasi sudah dimulai sejak awal Orde Baru (Orba), saat sejumlah mahasiswa mengingatkan pemerintah mengenai penerapan strategi ekonomi yang keliru.
Tetapi betulkah reformasi dimulai dari kalangan mahasiswa? Menurut Anas, ketika semua institusi formal macet semisal lembaga legislatif, mahasiswa bisa menandinginya dengan membentuk DPR jalanan sebagai saluran aspirasi politik. Mahasiswa sadar, aspirasi yang disampaikan kepada lembaga legislatif lebih sering ditampung dan ditampung. Lantas muncul celetukan khas mahasiswa, "Ditampung? Memangnya air."
Anas menambahkan, mahasiswa dalam menyampaikan aspirasi politik dilakukan tanpa beban dan tanpa kepentingan (interst). Meminjam istilah Ketua Senat Mahasiswa Universitas Indonesia Rama Pratama saat tampil bersama Amien Rais di Masjid Al-Azhar Jakarta beberapa waktu lalu, mahasiswa menyampaikan tuntutan atau aspirasinya secara murni karena semata-mata berpijak pada kondisi obyektif yang terjadi dan jauh dari kesan rekayasa.
Apabila gerakan reformasi hendak diletakkan sebagai kebangkitan nasional baru atau apapun namanya, kata Anas, maka 20 Mei memang selalu dianggap memiliki nilai historisnya. Tugas mahasiswa dan seluruh masyarakat yang proreformasi, adalah memanfaatkan momen itu untuk dijadikannya sebagai titik pijak historis yang kuat. Bahwa kelak disebut Kebangkitan Nasional III, menurut Anas, itu tugas sejarah.
Emha Ainun Nadjib, akrab dipanggil Cak Nun, tidak setuju dengan jargon-jargon semisal Kebangkitan Nasional III. Menurut dia, yang seharusnya dicari untuk efektivitasnya reformasi adalah kesadaran bersama untuk saling produktif satu sama lain, meskipun tidak ada organisasi. Tetapi paling tidak pengorganisasian visi dan strategi itu tetap ada. "Kita tidak usah memberi julukan-julukan yang hebat dengan mengatakan Kebangkitan Nasional III atau julukan lain. Kita rendah hati saja dan selalu utamakan kerja," kata Emha.
Tolok ukur
Sejumlah pertanyaan dialamatkan kepada Nurcholish berkenaan dengan adanya sinyalemen bahwa gerakan reformasi belum menjadi satu dan selalu muncul gerakan-gerakan baru yang mengatasnamakan gerakan reformasi. Menurut Cak Nur, sebaiknya tidak usah kecil hati dengan adanya kesan-kesan seperti itu. Tetapi yang penting, arus tuntutan reformasi bisa berlangsung deras.

Nurcholish menganjurkan, komitmen tokoh-tokoh seperti Menteri Kehakiman Muladi di bidang hukum atau tokoh lain di bidangnya masing-masing, harus terus di-blow-up secara besar¬besaran. Lantas digiring untuk masuk ke DPR/MPR demi menghasilkan keputusan-keputusan legal-formal yang bisa diterima bersama.
Apabila perjuangan tuntutan reformasi hanya semata memberi peluang pada lembaga legislatif untuk lebih produktif melahirkan undang-undang, merevisi, atau bahkan menghapuskan undang¬undang yang dianggap tidak sesuai zaman sebagai awal melakukan reformasi di bidang politik, maka tolok ukur keberhasilan suatu gerakan reformasi kerap menjadi pertanyaan.
Emha misalnya mengatakan, tolok ukur keberhasilan suatu gerakan reformasi adalah keteguhannya yang teruji oleh waktu, itikad bersama untuk saling bersinergi satu sama yang lain, dan berkembang tidaknya daya sentuh terhadap sebanyak mungkin orang untuk melakukan hal yang sama melakukan reformasi. Menurut Emha, sukses tidaknya suatu gerakan reformasi tidak ditentukan oleh jatuh-tidaknya kepemimpinan nasional.
Berbeda dengan Emha, Anas mengatakan, salah satu tolok ukur keberhasilan gerakan reformasi justru dengan terjadinya suksesi kepemimpinan nasional. Tetapi dia mengingatkan, suksesi harus dibarengi dengan perbaikan segala bidang khususnya di tingkat elit. Seandainya suksesi tidak membawa perubahan apapun dan hanya sekadar membuat suatu kepemimpinan nasional jatuh, kata Anas, itu bukan reformasi yang mendasar.
Anas menjabarkan apa yang dimaksudkannya dengan reformasi mendasar, yakni terjaminnya sirkulasi elite (suksesi), penyempurnaan mekanisme-mekanisme politik termasuk terbitnya mekanisme politik baru, perubahan mentalitas rakyat untuk tidak takut, pasrah dan nrimo, serta perubahan mentalitas elite.
Curi "start"
Meskipun sejumlah pengamat menyatakan gerakan reformasi sudah berhasil, tetapi menurut Emha gerakan reformasi mahasiswa itu tengah mengalami titik balik dengan terjadinya kerusuhan dan penjarahan besar-besaran. Adanya kemungkinan pihak-pihak yang mencuri start menurut Emha tidak dapat dike sampingkan, sehingga harus ada usaha bersama untuk merehabilitir. Ini dimaksudkan agar jangan ada kesan bahwa rakyatlah yang bersalah dalam kerusuhan itu.
Menurut Emha, semua pihak harus tetap diingatkan bahwa kerusuhan timbul semata-mata sebagai akibat kerusuhan-kerusuhan yang lebih sistematis, lebih canggih, dan yang telah berlangsung selama berpuluh-puluh tahun. "Jadi kita jangan hanya mengutuk rakyat yang menjarah, tetapi juga harus meminta pemerintah introspeksi," kata Emha.
Nurcholish setuju terhadap pandangan Emha. Tetapi dia mengingatkan mahasiswa untuk tidak terjebak opini bahwa rakyatlah penyebab kerusuhan. Tindakan penjarahan itu sendiri, menurut Cak Nur, tidak dapat dibenarkan. Reformasi tidak bisa dilakukan dengan menghalalkan segala cara seperti penjarahan itu.

Menjawab pertanyaan bagaimana cara memisahkan aksi penjarahan dengan gerakan reformasi, Nurcholish mengatakan, basis moral force (gerakan moral) mahasiswa adalah kampus, maka gerakan kampus itulah yang harus dipelihara jangan sampai terkontaminasi. (pepih nugraha)

setan 31st August 2012 01:54 AM

ada yang koment?
:D

setan 31st August 2012 02:00 AM

Selamat malam forumer...

setan 31st August 2012 02:01 AM

Lagi apa semuanya nih?Forum IGO jadi gak dibuatkan?:D

setan 31st August 2012 02:02 AM

masih ama ya kayaknya :D

setan 31st August 2012 02:03 AM

kayaknya ane gak bakal jadi momod deh :D

setan 31st August 2012 02:05 AM

Min agak cepet dong :D

setan 31st August 2012 02:06 AM

kalo lama ane capek nih nunggunya :D

setan 31st August 2012 02:07 AM

balik ke kaskus ah :D

setan 31st August 2012 02:08 AM

capek juga jadi JUNKER disini :D

setan 31st August 2012 02:09 AM

Min jangan lupa makan ya :D

setan 31st August 2012 02:10 AM

Min kalo pilih momod yang ppinter dikit dong,masak anak SMA jadi momod :D

setan 31st August 2012 02:12 AM

lewat plus 1

setan 31st August 2012 02:13 AM

lewat plus 2

setan 31st August 2012 02:14 AM

lewat plus 3

setan 31st August 2012 02:16 AM

lewat plus 4

setan 31st August 2012 02:17 AM

lewat plus 5


All times are GMT +7. The time now is 10:59 PM.

Powered by vBulletin® Version 3.8.7
Copyright ©2000 - 2024, vBulletin Solutions, Inc.
Search Engine Optimisation provided by DragonByte SEO v2.0.37 (Lite) - vBulletin Mods & Addons Copyright © 2024 DragonByte Technologies Ltd.