admin |
12th August 2012 08:20 PM |
Etna, Wartawan SKH Kompas:Selamat sore, Pak Presiden.Presiden Republik Indonesia:Selamat sore.Etna, Wartawan SKH Kompas:Terima kasih. Nama saya Etna dari Kompas. Saya mau bertanya terkait dengan pengembangan alutsista untuk ke depan. Apakah kita masih akan konsisten mengikuti Minimum Essential Force? Karena terus terang saja ada ganjalan, seperti terkait kemarin, pengadaan Leopard. Menurut Buku Postur Pertahanan yang dikeluarkan Kemhan 2010-2024, itu tidak ada rencana pengadaan Main Battle Tank. Hal ini juga yang menimbulkan resistensi di DPR. Nah, seberapa jauh sebenarnya konsistensi kita? Karena memang diakui, seperti Bapak katakan tadi, ada pengembangan geopolitik di kawasan dan perubahan ekonomi dunia yang bisa dilihat sebagai kesempatan-kesempatan kita. Nah itu, bagaimana kebijakannya, Pak? Apakah akan ada perluasan dari MEF itu sendiri atau tetap seperti sekarang? Terima kasih, Pak.Presiden Republik Indonesia:Terima kasih. Kalau yang bisa menjelaskan secara detail, tentu TNI sendiri dan Menteri Pertahanan. Tetapi sebagai Presiden, saya, Kepala Pemerintahan tentu akan memberikan jawaban menyangkut hal ini.Namanya rencana jangka panjang, seperti RPJP, Rencana Pembangunan 25 tahun, setiap lima tahun, setiap periode, bisa saja ada penyesuaian, dikaitkan dengan kebutuhan kurun waktu itu. Dan saya ketahui, menurut penjelasan Panglima TNI dan Menhan, memang ada penyesuaian-penyesuaian dalam pengadaan alutsista atau menuju ke Minimum Essential Force.MEF itu sendiri sebetulnya kalau dipahami kan postur, kekuatan. Alutsista menjadi sangat penting. Jadi, Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, TNI dan Kementerian Pertahanan-lah yang bisa menentukan seperti apa implementasi dari rencana jangka panjang menuju MEF itu, dalam periode waktu-periode waktu yang ditentukan.Yang penting bagi saya, dari kacamata Pemerintah, apa yang akan diadakan itu betul-betul diperlukan oleh kita, melengkapi kekuatan tempur kita, kekuatan tangkal kita, menghadapi geopolitik baru, menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah kita. Yang kedua, dalam batas kemampuan anggaran kita, dan kemudian semuanya diimplementasikan dengan baik.Ini perhatian saya karena, meskipun saya tahu alutsista, tapi saya tidak akan mencampuri karena akan menjadi kacau. Biarkan, itu Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, TNI dan Kemhan sendiri yang merencanakan dan menetapkannya.Ya, saya mengikuti silang pendapat tentang itu semua. Tapi yang jelas, dalam planning sekarang ini, ada itu pengadaan MBT (Main Battle Tank). Main Battle Tank ini pilihannya banyak, bisa buatan Rusia, bisa buatan Jerman, bisa buatan Amerika karena kita belum bisa bikin. Kecuali kalau kita sudah bisa bikin Main Battle Tank, tentu kita akan adakan sendiri.Dan, saya juga mengikuti, memang banyak sponsornya, kalau pihak ini ingin tank jenis ini, pihak yang sana ingin tank jenis ini. Yang menentukan biarlah TNI, biarlah Angkatan Darat, sesuai dengan kemampuaan negara, bicarakan baik-baik dengan DPR, dan kalau ada pihak lain yang ada mungkin motif ekonomi, bisnis, ya sepanjang tidak bertabrakan dengan rencana negara, rencana Pemerintah, dan rencana TNI.Puspita Ayu, Wartawan RRI:Selamat sore, Pak.Presiden Republik Indonesia:Sore.Puspita Ayu, Wartawan RRI:Saya Puspita Ayu, dari RRI. Tadi di awal arahan, Bapak sempat mengatakan, masih terkait dengan Minimum Essential Force, Indonesia, khususnya di bidang pertahanan, itu masih di bawah standar. Yang ingin saya tanyakan kemudian, apa strategi yang akan dilakukan Pemerintah Pusat untuk mengembalikan kejayaan bangsa Indonesia? Karena, kalau tidak salah, beberapa puluh tahun yang lalu, Indonesia sempat dikenal sebagai Macan Asia. Kita bangsa dan negara yang cukup besar. Kemudian, apa yang akan dilakukan Pemerintah untuk mengembalikan kejayaan itu, tidak hanya dari pertahanan sendiri, maksudnya dari dalam negeri, tapi strategi untuk ke luar negerinya akan seperti apa, Pak? Demikian. Terima kasih.Presiden Republik Indonesia:Baik, kalau cita-cita dan semangat untuk Indonesia tampil sebagai Macan Asia, itu masih. Bung Karno dulu membawa Indonesia sebagai Macan Asia, dari kekuatan militer dan juga kekuatan politik. Insya Allah, kita semua melanjutkan cita-cita Bung Karno, ingin membawa Indonesia jadi Macan Asia, bukan hanya militer, politik, tapi juga ekonomi.Saya kira tidak akan lama lagi, dalam waktu 5-10 tahun, insya Allah ekonomi kita akan menjadi Macan Asia, sekarang sudah nomor 16 dunia, G20 terbesar di Asia Tenggara. Politik kita makin aktif. Kita aktif menangani masalah-masalah regional dan bahkan PBB, dan kemudian lima tahun mendatang, saya kira akan berubah, kita punya sistem persenjataan, kita punya postur, kita punya alutsista.Oleh karena itu, jawabannya iya. Sebenarnya bukan di bawah standar, tetapi kekuatan militer kita, utamanya alutsista, itu di bawah yang disebut Minimum Essential Force. Generasinya pun ada yang tertinggal, dibandingkan yang dimiliki negara-negara tetangga, jumlahnya juga demikian.Tapi, kita tidak boleh menyalahkan siapa-siapa karena memang anggaran kita kurang. Nah, sekarang saatnya tiba, maka kita lakukan pembangunan kekuatan dan modernisasi, sehingga saya yakin tidak akan lama lagi, kita juga kembali menjadi Macan Asia dalam bidang pertahanan.Tetapi, kita bukan negara agresor, kita tidak punya niat apa pun, kita bersama-sama ASEAN menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban di kawasan ini. Tapi Indonesia siap melakukan apa pun untuk kedaulatan negerinya, untuk keutuhan wilayahnya, karena bangsa Indonesia cinta damai, tapi lebih cinta pada kedaulatan dan keutuhan NKRI.Itulah semangat kita, dan saya minta dukungan rakyat bahwa memang tidak boleh negara itu lemah dalam bidang pertahanan. Nanti kalau lemah, mohon maaf, suka disepelekan negara-negara lain. Kita harus kuat, tapi kuat teduh, kuat mengayomi.Bagus B. T. Saragih, Wartawan SKH The Jakarta Post:Selamat sore, Pak.Presiden Republik Indonesia:Sore.Bagus B. T. Saragih, Wartawan SKH The Jakarta Post:Saya Bagus, dari Jakarta Post, Pak. Masih terkait alutsista, tapi saya ingin menyoroti mengenai eksesnya secara politik, Pak, baik dalam negeri maupun di luar negeri. Sebagai contoh, misalnya kita tahu pengadaan MBT Leopard ini sebelumnya direncanakan ada dari Belanda. Tapi, kemudian ada terjadi pergolakan politik di sana atau mungkin semacam perdebatan di parlemen di sana. Kemudian akhirnya, kita beralih ke Jerman.Nah, hal-hal semacam ini kan sebenarnya memiliki persinggungan juga dengan posisi diplomatik kita, Pak, baik secara bilateral maupun juga secara regional. Misalnya juga, yang terakhir adalah mengenai kerja sama rudal dengan China misalnya, Pak. Itu reaksi yang muncul adalah gimana posisi kita terhadap China, apalagi kita baru-baru ini kan, di ASEAN ini, baru saja menyelesaikan, katakanlah “perpecahan” terkait isu Laut China Selatan, Pak. Dengan ada munculnya berita seperti itu, kita juga “dicurigai” begitu, Pak, kita punya hubungan khusus dengan China atau semacam itu.Nah, pertanyaan saya, bagaimana, Pak, strategi Bapak untuk mengelola hal-hal semacam ini, Pak?Presiden Republik Indonesia:Baik. Indonesia punya posisi, kita punya kebijakan. Kebijakan ini semata-mata untuk kepentingan Indonesia, seraya kita menjadi bagian dari komunitas global. Kritik, komentar akan selalu ada. Kita membeli alutsista yang memang belum bisa kita bikin dari Eropa, pihak lain tidak suka; membeli dari Amerika, yang lain tidak suka; membeli dari Tiongkok; yang lain juga tidak suka.Menurut saya, sepanjang kita kerja sama membeli atau mengadakan alutsista ini tanpa merusak apa yang menjadi komitmen ASEAN misalnya, apa yang menjadi kerja sama yang lebih luas lagi untuk international peace and security, saya kira kita bisa menjelaskan.Saya tahu, ketika pembicaraan awal dengan Belanda, ada unsur politik di situ yang tidak mempercayai Indonesia, mengait-ngaitkan pada hak asasi manusia, dan sebagainya. Saya tidak suka. Jangan menguliahi Indonesia tentang hak asasi. Era penjajahan dulu, itulah puncak pelanggaran HAM yang paling berat. Kita tahu, Indonesia tidak pernah menggunakan tank, saya ulangi lagi, helikopter, pesawat terbang, artileri untuk membunuh rakyatnya. Kita untuk mempertahankan negara kita.Waktu saya bertemu dengan Kanselir Angela Merkel, saya jelaskan juga posisi ini, dan bisa mengerti sepenuhnya. Selalu ada anasir-anasir di negara mana pun yang ya politik, begitulah. Tapi Indonesia punya posisi.Dan satu hal, dulu, Saudara-saudara ya, kita membeli alutista dari negara lain. Uang-uang kita sendiri, uang rakyat kita, mau kita gunakan untuk menjaga kedaulatan, diributkan oleh mereka yang menjualnya karena dulu ada persyaratan, ada conditionalities. Kita pernah mau menggunakan Scorpion dan kemudian Hawk untuk kepentingan dalam negeri kita, bukan untuk perang sebetulnya, tapi untuk memberikan efek tangkal, dilarang.Saya memiliki kebijakan, tidak akan pernah kita membeli alutsista dari mana pun, kalau itu memang belum bisa kita bikin, kalau ada persyaratan apa pun, apalagi persyaratan politik. Ini kemandirian, ini juga hak kita untuk mengadakan alutista itu.Tapi yang penting, Saudara-saudara, kita terus meningkatkan kemandirian kita, agar tidak terlalu banyak lagi di masa depan harus mengadakan dari luar negeri. Kalau politik, akan kita kelola. Di negara mana pun, selalu ada pro dan kontra. DPR di negara mana pun selalu juga ada masalah-masalah yang berkaitan dengan Pemerintah. Yang penting, konsep kami jelas, posisi kami jernih, rencana kami juga jelas, dan semuanya untuk kepentingan pertahanan kita.Saya kira begitu jawaban saya.Terima kasih.Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
|