Rusia terus bertahan di peringkat kedua dunia dalam jumlah pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan ekspor senjata dan teknologi militer. Pada awal 2014 lalu diumumkan hasil akhir pendapatan ekspor senjata selama 2013 telah melewati angka 15 miliar dolar AS. Dalam waktu sepuluh bulan terakhir, Presiden Vladimir Putin mengumumkan saat Sidang Komisi Bidang Kerja Sama Militer pada Rabu (5/11) lalu, bahwa para pemesan mancanegara telah mendapatkan teknologi militer milik Rusia seharga 10 miliar dolar AS, atau mencapai 70 persen dari volume pengiriman yang ditargetkan dalam tahun berjalan.
ngan bilateral di jalur pengiriman sistem pertahanan udara terbaru Rusia untuk Tiongkok yang dikategorikan sebagai jenis senjata bertahan ini memiliki arti khusus dalam kondisi aktual saat ini. “Perkembangan tersebut akan membantu memperkuat stabilitas keamanan di wilayah Asia Pasifik,” tegas Vyacheslav Dzirkaln dalam wawancaranya bersama TASS.
Sebelum pameran di Zhuhai, berlangsung pula pameran senjata dan teknologi militer internasional Indo Defense 2014 di Jakarta. Dalam pameran tersebut, produk-produk Rusia ditampilkan secara gemilang.
Dalam 20 tahun terakhir, Indonesia telah membeli beberapa pesawat tempur multifungsi dari Rusia yakni Su-27 dan Su-30, sepuluh helikopter Mi-35, 14 helikopter Mi-17, 17 kendaraan tempur infanteri BMP-3F, 48 kendaraan lapis baja BTR-80A, dan sembilan ribu senapan Kalashnikov AK-102. Pada Desember 2011, Rusia dan Indonesia telah menandatangani kontrak pengiriman enam pesawat tempur ke Indonesia seharga 500 juta dolar AS. Maka dapat dikatakan bahwa kompleks industri pertahanan Rusia memiliki tempat yang kuat dalam perbendaharaan senjata Indonesia.
Selain itu, Malaysia juga merupakan salah satu mitra yang menjanjikan bagi Rusia dalam bidang persenjataan dan teknologi militer di Asia Tenggara. Bukan tahun pertama Kuala Lumpur menggunakan pesawat tempur multifungsi Rusia Mig-29 dan Su-30MKI. Dalam perbendaharaan senjata Malaysia, terdapat juga kompleks peluncur rudal anti-tank Metis-M1 dan kompleks peluncur rudal antipesawat Igla.
Kerja sama teknologi militer dengan negara-negara asing merupakan hal yang serius dan rumit, sekaligus sangat kompetitif. Namun, contoh yang telah dijabarkan di atas telah menunjukkan bahwa para produsen senjata Rusia mampu memenangkan kompetisi di pasar senjata dunia dalam kondisi yang paling sulit sekalipun. Hal tersebut bisa terwujud bukan hanya karena produk persenjataan Rusia yang lebih baik dan andal dibanding negara lain, namun karena Rusia juga tak pernah melakukan pengiriman senjata menggunakan paksaan ataupun ancaman pemberian embargo. (RBTH Indonesia)