Tak Didukung Produsen, BBN Sulit Bersaing dengan BBM

[sucyresky]

JAKARTA - Penggunaan Bahan Bakar Nabati (BBN) seperti Biodiesel masih minim bila dibandingkan dengan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). Ada beberapa faktor yang membuat BBN yang lebih ramah lingkungan ini tidak begitu diminati.
Menurut Pengamat Energi Universitas Indonesia, Iwa Garniwa, produsen kendaraan baik itu motor ataupun mobil pribadi, fokus untuk membuat kendaraan berbahan bakar nabati. Alhasil masyarakat masih bergantung kepada penggunaan konsumsi BBM. Selain itu, keberadaan dispenser BBN di SPBU juga masih jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan BBM.

"Nabati bisa lebih murah jika sudah menjadi mass produk, jadi bisa bersaing dengan BBM. Selain itu, persoalannya adalah sederhana, BBN ini ada enggak? kalau pikiran pragmatis masyarakat lebih ke nabati jika dibandingkan gas," ujarnya saat dihubungi Okezone, Sabtu (7/2/2015).

Padahal, menurut para ahli BBN jauh lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan BBM. Kemudian lebih efisien ketimbang BBG yang harus menggunakan konverter. Oleh karena itu, dia menilai yang saat ini dibutuhkan adalah tata kelola kebijakan Pemerintah yang perlu kepastian.

"Intinya mau komitmen dan konsisten, sudah dari 2005 muncul wacana BBN. Tahun 2008 sudah keluarkan, tapi belum dilaksanakan. Ini bukan hanya wilayah Kementerian ESDM tapi juga wilayah Kementerian Pertanian. Harus ada koordinasi seluruh instansi," tukasnya.

Sebelumnya, dalam Rapat Kerja antara Komisi VII dengan Kementerian ESDM beberapa hari lalu, telah disepakati besaran subsidi Bahan Bakar Nabati (BBN). Subsidi Biodiesel ditambah dari Rp1.500 per liter menjadi Rp4.000 per liter.

Sedangkan subsidi Bioethanol ditambah dari Rp2.000 per liter menjadi Rp3.000 per liter. Subsidi tersebut hanya berlaku untuk campuran BBN ke BBM bersubsidi, sedangkan untuk ke BBM non subsidi tidak mendapat subsidi.

SUMBER : Okezone.com