Jawara Atut Mulai Balik Badan

[w124ers]

Jawara Atut Mulai Balik Badan

By w124ers Dec 25, 2013



Ratu Atut Chosiyah (tengah) dijaga ketat jawara dan pengawal pribadi

Jakarta: Sudah menjadi desas desus jika keluarga Ratu Atut Chosiyah mencengkram Provinsi Banten dengan kekuasaannya. Posisi Atut sebagai Gubenur pun semakin melanggengkan kekuasaan dinasti yang sudah sejak lama dibangun oleh ayahnya, Tubagus Chasan Shohib.

Nama besar Haji Chasan sebagai jawara di Banten, yang pernah merampok sebuah rumah di Ciomas Banten tahun 1960 hingga dihukum penjara selama 10 tahun di Nusakambangan ini, sangat berperan besar dalam menggerakkan para jawara seluruh Banten untuk merawat kekuasaan tersebut.

Akan tetapi sejak ditahannya Tubagus Chairi Wardana (Wawan) dan Gubernur Ratu Atut Chosiyah oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) para jawara ini mulai balik badan. Satu persatu mereka mulai menarik diri membela Atut.

Sebelumnya, lima ribu jawara seluruh Banten mengancam akan melakukan kerusuhan di Banten jika Atut ditahan oleh KPK. Namun hal itu tidak terjadi hingga saat ini.

Salah satu jawara yang terpandang di Banten, Suraka mengungkapkan peran jawara dalam kekuasaan dinasti Atut sangat besar termasuk untuk memuluskan segala proyek keluarga asal Ciomas tersebut. Para jawara yang mayoritas berpendidikan sekolah dasar ini berperan sebagai "tukang pukul" dalam berbagai kepentingan Atut dan keluarganya. Mulai dari tindakan mengancam masyarakat dengan tindakan represif hingga ilmu hitam.

"Jawara digunakan oleh keluarga Atut untuk memuluskan proyeknya atau istilahnya tukang pukul," ujar SUraka, Minggu (22/12).

Ia mencontohkan, saat Atut mengerahkan seluruh jawara Banten untuk memaksa dan mengancam masyarakat Banten agar memilihnya saat Pemilihan Gubernur. Atut, kata Suraka, juga melakukan tekanan dan ancaman kepada warga untuk pembebasan lahan dalam proyek yang dijalankan Wawan.

"Mereka mengancam masyarakat termasuk menggunakan mantra atau ilmu hitam. Jika tidak menurut maka bisa disantet," terangnya.

Mayoritas jawara yang hanya berpendidikan sampai sekolah dasar dimanfaatkan oleh Atut dan keluarganya. Para jawara Banten ini dipekerjakan sebagai buruh kasar dalam berbagai proyek yang dijalankan oleh adik Atut, Wawan.

"Tidak ada jawara yang ditempatkan bekerja enak, mereka hanya tukang pukul saja. Atut sudah menjalankan dosa dari ayahnya dahulu sebagai perampok," cetusnya.

Sikap balik badan para jawara Banten terhadap dinasti kekuasaan Atut, dinilai sebagai keruntuhan dinasti tersebut. "Ini keruntuhan bagi kekuasaan keluarga haji Chasan dan keluarganya (Atut)," tegasnya.

Para loyalis Atut yang ada di tataran pemerintahan, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Banten, bahkan organisasi yang pernah mendapat kucuran dana dari Atut mulai sulit ditemui.

Aksi balik badan dan bungkam juga dilakukan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Banten. Beberapa nama anggota dewan seperti Media Warman, Soni Indrajaya, Ediyusemirsah, Aeng Haerudin (Demokrat), Toni Mukson (PKB), Suparman dan Hartono (Golkar) yang selama ini disinyalir sebagai loyalis Atut juga kian sulit ditemui.

Disisi lainnya, Pengamat Politik Universitas Gajah Mada Arie Soejito mengatakan sikap balik badan para loyalis atau pendukung dari sebuah kekuasaan dinasti yang hendak runtuh sangat wajar terjadi. Hal ini menurutnya karena sifat para pendukung yang diikat dengan ikatan pramagtis serta ancaman sanksi dan tekanan publik yang meluas. Ini menyebabkan keretakan hubungan loyalis terhadap tuannya.

"Kejadian ini persis jama orde baru (orba). Keretakan akan terjadi di mana-mana karena pragmatis dan ketakutan saksi publik,"jelasnya.

Sikap balik badan ini menurut Arie tidak memandang latar belakang pendidikan. Terkait jawara pendukung dinasti Atut yang tidak lagi mendukung Atut, menurutnya hal tersebut disebebkan oleh sikap pemeliharaan hubungan yang sudah berubah yang dilakukan oleh Atut.

"Kalau dulu diikat dengan ikatan kultural, sekarang itu hanya dibangun dengan ikatan pragmatis saja," kata Arie.

http://exceltrade.co.id/forums/forum...ai-balik-badan

[giri.noviandi]

seru nih
nyimak dikit