Ekonomi Indonesia dilaporkan hanya tumbuh 5,01% pada kuartal III-2014. Melihat realisasi pada dua kuartal sebelumnya, sulit bagi pemerintah mencapai target 5,5% sesuai APBN Perubahan 2014.
Lalu bagaimana dengan target Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencapai pertumbuhan 7% dalam 3 tahun?
Kecuk Suharyanto, Deputi Neraca dan Analisis Statistik BPS masih optimistis dengan target tersebut. Apalagi bila kenaikan harga BBM subsidi yang direncanakan pemerintah bisa direalisasikan dalam waktu dekat.
"Target pertumbuhan 7% masih bisa terealisasi dalam 3 tahun," ungkap Suharyanto di kantor pusat BPS, Jakarta, Rabu (4/11/2014)
Ia menjelaskan kenaikan harga BBM subsidi bisa menghemat anggaran yang cukup besar dalam APBN. Dari berbagai kajian sudah disebutkan, dengan kenaikan Rp 3.000 per liter, maka penghematan didapat sekitar Rp 150 triliun/tahun.
"Dari anggaran penghematan tersebut bisa dialihkan untuk sektor lain yang benar-benar produktif mendorong pertumbuhan," jelasnya.
Misalnya untuk sektor pertanian yang dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhannya cenderung datar pada kisaran 15%. Kemudian adalah sektor manufaktur yang dinilai bisa lebih tinggi dari capaian sekarang 24%.
"Jadi masih banyak sektor yang menjanjikan," katanya.
Bila harga BBM subsidi dinaikkan akhir tahun ini, Suharyanto menilai, akan berdampak terhadap realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2014. Karena akan menekan konsumsi rumah tangga yang selama ini menopang ekonomi paling besar.
"Tidak berarti membawa dampak buruk secara keseluruhan. Ini bisa tergantung antisipasinya sejauh apa," terangnya.
Seperti dengan pemberian perlindungan sosial terlebih dahulu kepada masyarakat berpenghasilan rendah. Kemudian penjagaan stok pangan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
"Kalau perlindungan sosial diberikan. Terus ada antisipasi inflasi dengan menjaga stok pangan, dampak buruknya akan berkurang," pungkas Suharyanto.
SUMBER