Pengamat politik Rahman Sabon mempertanyakan 12 nama tokoh nasional yang dianggap pahlawan yang wajahnya terpampang pada uang rupiah baru. Menurut Sabon wajah yang terpampang di uang baru itu harusnya benar benar pahlawan.
Ada sejumlah nama yang dikritisi Sabon yaitu Tjut Meutia, TB Simatupang, Frans Kaisepo, Idham Khalid, Herman Yohanes dan Husni Thamrin.
“Memang Bank Indonesia diberi otoritas sesuai Undang Undang No.7 tahun 2001 sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang menerbitkan uang, peredaran dan pencabutan dan penarikan mata uang rupiah. Tapi atas nama alasan kebhinekaan. Apakah harus wewakili kepentingan Sara dan kebhinekaan sehingga NKRI rapuh,” kata Sabon.
Dijelaskan, pemilihan Tjut Meutia tidak tepat sebab kepahlawanannya tidak nampak dibadingkan dengan Tjut Nyak Dien atau Laksamana Malahayati. Dia adalah perempuan Aceh berumur 16 tahun yang berani memimpin Armada Perang Angkatan Laut mengalahkan Belanda. Belanda pun tak mampu mengalahkannya.
“Ada juga gambar Frans Kaisepo setahu saya dia bukan pahlawan, apa jasa kepahlawanannya,kalau hanya untuk mengakomodir kepentingan politik orang Papua, menurut saya gambar masyarakat Papua saja.
Yang lucu lagi adalah nama TB.Simatupang dimana kepahlawanannya?
orang yang tidur dirumah dibunuh oleh gerakan PKI kok dan jadi pahlawan,kenapa bukan Ahmad Yani sebagai pahlawan revolusi atau Ade Irma Nasution,” katanya.
Untuk mewakili kepentingan politik orang Batak kenapa tidak Jendral Besar Abdul Haris Nasution saja? Dia jendral besar bintang lima yang disegani dunia dan buku karangannya tentang perang gerilya digunakan dan panduan tentara Amerika dan Barat. Atau bisa juga Tuanku Imam Bonjol .
“Pokoknya saya menganggapnya aneh kriteria kepahlawannya di mana,” tegasnya.
Yang paling mengagetkan, kata Sabon adalah, gambar t
okoh NU Idham Khalid mantan Ketua DPR/MPR apakah beliau pahlawan? Kalau dibandungkan dengan KH Hasyim Asyari lebih besar jasa KH Hasyim. “Saya kira orang NU akan geli melihatnya. Jadi menurut saya kriterianya harus jelas dan harusnya benar benar pahlawan atas kemerdekaan negeri ini.
Mengenai Herman Yohanes mantan rektor Universitas Gajahmada asal Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabon mengatakan, siapa yang memberi gelar pahlawan. Padahal yang benar adalah pahlawan dari NTT yang mengusir Belanda dan Portugis adalah atu Loli dengan gelar Kapitan Lingga Ratu Loli dari Adonara ,NTT.
“Sebagai ahli perang dari NTT diminta oleh Kerajaan Buton Bau-Bau Sulawesi ,ditunjuk sebagai panglima perang Angkatan Laut mengusir Belanda di Kerajaan Lingga Kep.Riau sehingga bergelar Kapitan Lingga,jadi kenapa harus Prof.Herman Johanes,” katanya.
Sabon juga mengkritik pencantuman nama Husni Thamrin tokoh teater yang juga seniman Betawi. Kenapa bukan Pangeran Jayakarta?
Dan juga I Gusti Ketut Pudja dari Bali. “Anak SD juga tahu dalam pelajaran sejarah tidak ditemukan pahlawan I Gusti Ketut Pudja, menurut saya seharusnya orang Bali yang memiliki jasa yang telah dirasakan manfaatnya baik oleh masyarakat Indonesia maupun dunia adalah penemu Konstruksi Cakar Ayam.
Rahman Sabon menyayangkan kenapa Sri Sultan Hamengkubowono IX tidak dicantumkan dalam uang rupiah baru, padahal tanpa Sri Sultan dan Kerajaan Mataram Yogjakarta belum tentu Indonesia merdeka.
Rahman Sabon Nama mengingatkan pada pemerintah agar jangan ada rekayasa terselubung terkait 12 wajah tokoh nasional dan pahlawan yang wajahnya terpampang pada uang rupiah baru 2016 karena rakyat sekarang sudah cerdas.
sumber: J
epe.com