Para Trader di China menahan diri dari melakukan perdagangan terkait sanksi AS
Trader China dan perusahaan manajemen aset berhati-hati dalam melakukan perdagangan di bursa saham dikarenakan sanksi AS. Menjelang hari pemilihan umum, situasinya menjadi semakin tegang karena hasilnya akan menentukan masa depan hubungan antara Amerika Serikat dan China.
Investor menyarankan bahwa jika Presiden AS saat ini Donald Trump terpilih kembali, ketegangan antara ekonomi global teratas hanya akan meningkat. Sedangkan jika calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden yang lebih diplomatis dalam hal ini terpilih sebagai presiden, tekanan terhadap China bisa dikurangi. Dalam kedua kasus tersebut, ketidakpastian mendorong sebagian besar dana saham untuk mengambil tindakan pencegahan: perusahaan saat ini merevisi portofolionya, tidak termasuk saham pokok perusahaan China yang diperdagangkan di bursa saham di AS dan menggantinya dengan sekuritas perusahaan Heng Seng yang terdaftar di Bursa Efek Hong Kong. Selain itu, para pelaku pasar forex khawatir bahwa kemungkinan terpilihnya kembali Donald Trump dapat menyebabkan jatuhnya renminbi yang parah. Saat ini, yuan diperdagangkan mendekati level tertinggi selama berbulan-bulan. Ada alasan untuk percaya bahwa mata uang tersebut melonjak pada ekspektasi kemenangan Biden. Namun, peluang kedua kandidat bisa dikatakan seimbang untuk saat ini.
Akibatnya, trader serta perusahaan manajemen aset berusaha untuk memastikan risiko yang mungkin terjadi dengan menggunakan instrumen keuangan derivatif, terutama opsi dan kontrak berjangka. Dengan demikian, mayoritas investor swasta dan institusi fokus pada diversifikasi investasi mereka.
Diumumkan 08 October 2020
© InstaForex Group