Sebuah studi di Cile menemukan CoronaVac, vaksin buatan Sinovac Bioterch, kurang manjur menghentikan Covid-19 dibanding Pfizer
Ini kali pertama studi yang membandingkan kemanjuran vaksin yang dibuat dengan teknologi klasik dan mRNA. Sinovac menggunakan teknologi klasik, yaitu menggunakan virus utuh yang dimatikan atau dilemahkan.
BNT162b2, nama vaksin buatan Pfizer, dibuat dengan teknologi messeng RNA, atau mRNA. Vaksin dikembangkan dengan materi genetik, yaitu protesin spike dari Covid-19. Zat itu dimanfaatkan untuk memberi instruksi kepada sel tubuh, dan memicu pembentukan antibodi terhadap virus.
Peneliti di Cile menemukan CoronaVac 66 persen efektif mencegah Covid-19 di antara orang dewasa yang divaksin lengkap. BNT162b2, atau vaksin buatan Pfizer, 93 persen efektif.
Inokulasi yang tdiak aktif, yang diberikan kepada lebih 10 juta penduduk Cile, sedikit kurang efektif mencegah penderita Covid-19 menjalani rawat inap dan kematian.
BNT162b2 yang diberikan kepada setengah juta orang, menurut penelitian yang dipublikasikan New England Journal of Medicine, lebih efektif mencegah rawat inap dan kematian.
Penelitian dilakukan sejak Februari dan berakhir Mei, ketika galur alpha dan gama menjadi varian mengkhawatirkan yang mendominasi kasus terinfeksi di Cile.
Data awal, dirilis April lalu, menunjukan CoronaVac 67 persen efektif mencegah infeksi Covid-19 bergejala dan 80 persen menangkal kematian akibat penyakit itu.
Hasil akhir menunjukan CoronaVac, vaksin yang digunakan sebagai alat diplomasi, memberi perlindungan efektif terhadap Covid-19 -- termasuk penyakit parah -- konsisten dengan hasil uji coba tahap menengah.
Pada 10 Mei, Kementerian Kesehatan Cile memberikan hampir 14 juta dosis CoronaVac, termasuk mengimunisasi 6,36 juta penduduk secara penuh. Cile juga memberikan 2,4 juta dosis vaksin Pfizer BioNTech kepada penduduk.
Individu berusia 16 tahun atau lebih memenuhi syarat diimunisasi, sesuai jadwal vaksinasi nasional.
sumber