View Single Post
Old 14th September 2012, 10:27 AM  
Sek Des
 
gladiator's Avatar
 
Join Date: 11 Sep 2012
Userid: 218
Location: bandung
Posts: 239
Likes: 7
Liked 47 Times in 33 Posts
Default Dari Supir Menjadi Pengusaha Jamur Yang Sukses



Kaiman, 49 tahun, adalah contoh sosok pengusaha kecil yang mengalami keberhasilan dalam menekuni usaha budidaya jamur tiram berlokasi di Desa Bulu Kandang, Kec. Prigen, Kab. Pasuruan, Jawa Timur

Bapak dua anak itu merintis usaha tersebut sejak 2005 dengan susah payah, dan kini secara rutin telah memasok jamur tiram ke pelanggan rata-rata 100 kg/hari dengan harga jual Rp10.000/kg serta 1.000 unit baglog/media tanam dengan harga jual Rp2.250 per unit, sesudah memperoleh pembinaan dari PT HM Sampoerna Tbk mencakup bantuan peralatan, manajemen serta promosi.

Sebelum menjadi petani jamur tiram, Kaiman selama 14 tahun, sejak 1995 bekerja sebagai sopir angkutan barang rute Surabaya – Bali. Bosan menjalankan kendaraan angkutan barang antar provinsi, lelaki bertubuh kecil itu lantas menghentikan profesinya dan membeli kendaraan bermotor roda empat sistem kredit untuk dioperasikan sebagai angkutan kota di wilayah Kab. Pasuruan.

Akibat sepinya volume penumpang, maka Kaiman tidak memperoleh pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam rumahtangga. Sehingga dia pun tidak melanjutkan usaha angkutan kota.

“Peluang kerja sangat sempit bagi saya sebab saya tidak punya ijazah, mengingat tidak tamat Sekolah Dasar (SD). Dalam keadaan seperti ini, pada 2005 ada tawaran untuk mengikuti pelatihan kewirausahaan di bidang budidaya jamur dari HM Sampoerna, maka saya mengikutinya,” ujar Kaiman.

Desa tempat tinggal Kaiman memang berada di sekitar pabrik sigaret kretek mesin (SKM) yang dioperasikan PT HM Sampoerna Tbk di Sukorejo, Kab. Pasuruan. Dan industri rokok tersebut memiliki program pemberdayaan masyarakat desa berupa pelatihan usaha sesuai potensi desa setempat, yang dilakukan melalui lembaga Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna.

Kaiman mengaku pada 2005 mengikuti pelatihan usaha di PPK Sampoerna selama 14 hari berupa bimbingan tentang pengadaan bibit sistem kultur jaringan, proses pembuatan media tanam jamur tiram dan metode pembudidayaannya. Bahkan ada pula pelatihan membuat makanan berbahan baku jamur.

Ada 20 peserta dari Desa Bulu Kandang yang turut dalam pelatihan budidaya jamur tiram, kemudian secara berbarengan memulai usaha tersebut. Tetapi dalam perkembangannya beberapa orang tidak berlanjut dan sebagian besar lainnya merintis pertanian jamur termasuk Kaiman.

Dengan bermodalkan 1.000 unit baglog, Kaiman memulai usaha budidaya jamur tiram dengan penuh keseriusan. Tempat budidaya yakni bangunan berdinding gedeg/bambu telah dimiliki, maka wirausaha jamur dapat dilaksanakan.

Berdasarkan ilmu yang diperoleh dari pelatihan, media tanam terdiri dari serbuk kayu gergajian, dedak/katul, tepung jagung dan kalsium yang dibungkus plastik dengan bobot 1,1 kg per unit baglog.

Kumbung seluas 50 m2 (lebar 5 meter x panjang 10 meter) dapat dimanfaatkan untuk pembudidayaan 5.000 unit baglog.“Jamur tiram tergolong tanaman yang cepat tumbuh dan setiap unit baglog dapat menghasilkan panenan hingga 1 kg selama 5 bulan, lalu diganti media tanam baru. Tetapi saat panen perdana saya kesulitan mencari pasar,” kenang Kaiman.

Untuk itu, dia melakukan penjualan keliling guna menawarkan jamur tiram ke restoran dan swalayan, sementara di pasar tradisional umumnya belum terbiasa digunakan menjual komoditas tersebut sebab masyarakat luas belum terbiasa mengkonsumsi jamur tiram.

Dengan didasari ketekunan untuk meraih keberhasilan, Kaiman tidak lelah memasarkan jamur tiram ke calon pembeli potensial yakni para pengepul maupun restoran pengguna jamur untuk bahan masakan.

“Selain mencari terobosan pasar sendiri, saya juga dibantu PPK Sampoerna untuk mempromosikan jamur yang dipajang di etalase PPK Sampoerna sekaligus diikutkan pameran bersama pengusaha kecil lainnya yang dibina Sampoerna,” papar Kaiman.

Berkat ketekunan dalam memperluas pasar, Kaiman berhasil mendapatkan order dari para pengepul maupun restoran di berbagai kota (tidak terbatas di wilayah Kab. Pasuruan). Seiring semakin besarnya daya serap pasar, Kaiman pun dapat meningkatkan volume usahanya.

Kini dia memiliki beberapa kumbung yang digunakan membudidayakan puluhan ribu unit baglog. Selain itu, juga memenuhi permintaan baglog dari petani Dengan demikian, Kaiman mampu memunculkan petani-petani jamur di beberapa daerah.

Sesuai tuntutan pasar, Kaiman harus menyiapkan jamur dan baglog dalam jumlah yang cukup. Untuk menggerakkan kegiatan usahanya, dia kini didukung 12 tenaga kerja yang diupah secara harian.

“Saya kini rata-rata memasok baglog sebanyak 1.000 unit per hari dengan harga jual Rp2.250 per unit antara lain memenuhi permintaan dari Dinas Pertanian dan Perum Perhutani di beberapa kabupaten/kota, selain pesanan langsung dari petani/pembudidaya. Ini membuktikan konsumsi jamur semakin meningkat,” papar Kaiman.

Meningkatnya konsumsi jamur otomatis berdampak positif terhadap peningkatan omset Kaiman. Soalnya, harga jual jamur tiram sebesar Rp10.000/kg, sedangkan Kaiman mampu memasarkan 100 kg/per hari memenuhi pengepul dan restoran.

Untuk memperlancar kegiatan usaha budidaya jamur tiram dibutuhkan ketersediaan bahan baku utama yakni serbuk gergajian kayu. Masalahnya, serbuk kayu gergajian di Kab. Pasuruan kini mulai langka, sehingga harus dicari hingga kabupaten-kabupaten tetangga yakni di Kab. Malang dan Kab. Lumajang.

Harga beli serbuk kayu Rp8.000 per sak ukuran 40 kg, yang dapat diolah menjadi 25 unit baglog, sehingga berdasarkan kalkulasi cukup menguntungkan kendati ditambah jenis bahan lain untuk media tanam.

Sejalan dengan berkembangnya usaha budidaya jamur tiram dan produksi baglog, Kaiman kini benar-benar mampu menikmati hasilnya. Dia optimis usaha yang digelutinya sejak empat tahun terakhir akan mampu meningkat lagi di masa-masa mendatang.

Community Development Executive PT HM Sampoerna, Widowati, menjelaskan Kaiman merupakan bagian dari puluhan pengusaha kecil binaan perusahaan tersebut yang masih perlu pendampingan hingga benar-benar mampu mandiri.

“Kami sejak tahun lalu juga mengoperasikan UKM (Usaha Kecil Menengah) Center di Central Business District Taman Dayu, Kab. Pasuruan, yang memiliki fasilitas untuk men-display produk yang dihasilkan mitra binaan. UKM Center juga dijadikan ajang per-temuan sesama pengusaha kecil untuk saling tukar informasi dan berlatih tentang pemasaran,” papar Widowati.

Sumber: Dari Supir Menjadi Pengusaha Jamur Yang Sukses
__________________
blom punya signature..
Likes:(2)
gladiator is offline   Reply With Quote