Kisah hidup Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman akan difilmkan kembali dengan proses syuting dimulai pada Juli mendatang.
Ketua PP Muhammadiyah bidang Majelis Lingkungan Hidup dan Lembaga Seni Budaya dan Olahraga Sukriyanto AR mengatakan, pembuatan film tentang jenderal bintang lima ini karena saat ini kondisi Indonesia cukup memprihatinkan karena kekurangan tokoh teladan.
Soedirman sendiri dinilai sebagai tokoh patriotis yang mempunyai integritas dan mau berkorban demi nusa dan bangsa. “Pemimpin yang saat dilantik tidak bertanya ia akan mendapat fasilitas apa namun apa kontribusi yang dapat ia berikan ke negara,” katanya di Gedung Dakwah PP Muhammadiyah, Jakarta, Jumat (6/1/2012).
Sukriyanto menjelaskan, film kolosal ini rencananya akan disutradari oleh Eros Djarot atau Riri Riza. Biaya produksi film ini mencapai Rp30 miliar dengan iringan orchestra Singgih Sanjaya akan turut menjadikan film ini semakin berwarna. Dia menjelaskan, walaupun bergenre film sejarah namun film akan dibuat dengan semenarik mungkin untuk menarik minat generasi muda.
Rencananya, perumusan isi skenario akan dilakukan dengan penelitian dan wawancara. Ketua MPR DPR Taufik Kiemas akan turut diwawancarai karena Kiemas merupakan tetangga dekat sang Jenderal Besar.
Sukriyanto juga mengaku sudah mendapat dukungan dari Menteri pertahanan, Ketua DPD RI dan Pangdam 4 Diponegoro serta gubernur Jateng dan bupati Cilacap. “Kami juga dapat izin dari anaknya, Muhammad Teguh yang saat ini mengelola yayasan Soedirman,” imbuhnya.
Penulis Skenario Koes Yuliadi menyatakan, ada tiga sekuel dalam kehidupan sang jenderal yang menarik untuk dikupas. Pertama ialah saat Soedirman muda ia pernah bersekolah di Cilacap dan juga menjadi guru di sekolah Muhammadiyah dan melatih kepemimpinan saat menjadi pemimpin pramuka.
Bagian hidup kedua adalah ketika dia bertemu dengan Soeharto dan Sultan Hamengkubowono IX saat menyatakan akan bergerilya meskipun Soekarno menyatakan sudah menyerah dengan Belanda. Dan sekuel ketiga ialah perjuangan sang jenderal ketika ia bergerilya melawan penjajah.
Koes yang mengaku sebagian karyanya terwujud dalam bentuk film televise (FTV) ini mengakui untuk memahami dan membuat scenario sejarah itu sangat sulit terlebih tokoh sejarah itu merupakan tokoh besar. Dirinya juga akan membuat film tentang Soedirman ini dari sudut pandang tertentu agar tidak menuai protes dari militer ataupun sanak keluarga.
“Seperti film Titanic. Film itu mengambil sudut pandang dari seorang gelandangan yang beruntung bisa naik kapal bersejarah itu. yang jelas film akan kami buat untuk menarik anak muda namun tanpa membuang rasa patriotism sang jenderal,” ujarnya.
SUMBER