sucyresky
2nd December 2014, 07:55 AM
https://img.okezone.com//content/2014/12/01/457/1073257/rahasia-bi-di-balik-era-bi-rate-tinggi-inflasi-bbm-2-HIne4RqEEG.jpg
JAKARTA - Di saat harga BBM dinaikkan, Bank Indonesia (BI) juga menaikan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) yang bisa mendongkrak bunga kredit.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menilai, kenaikan harga BBM bersubsidi adalah pilihan yang tepat untuk menaikan harga BBM.
Di sisi lain, realokasi anggaran tersebut menimbulkan risiko tersendiri, yakni kenaikan harga-harga di pasaran. Pun demikian dengan BI rate yang meningkat.
Risiko itu pun terbukti dari laju inflasi November yang berada di level 1,5 persen.
Bagaimana BI melihat situasi ekonomi saat ini? Berikut lanjutan petikan wawancara Okezone dengan Mirza Adityaswara di Jakarta, belum lama ini.
Tadi Bapak menyatakan bahwa kenaikan BBM merupakan pilihan yang tidak bisa dihindari. Bagaimana penjelasannya?
Kenaikan BBM bisa menyehatkan pemerintah. Dampak keekonomian akan lebih baik.
Alokasi anggaran dibuat sesuai dengan kebutuhan seperti infrastruktur.
Jadi jangan dilihat jangka pendek, melainkan jangka panjang. Menggeser sektor konsumtif.
Tetapi mengapa BI juga menaikan BI Rate, bukankah itu memberatkan pelaku ekonomi maupun masyarakat?
BI rate merupakan dasar funding untuk ekonomi Indonesia.
Semakin ke sini, pendanaan Indonesia datangnya dari luar negeri.
Penjelasannya seperti apa pak?
Perhatikan, defisit kita itu dibiayai oleh pendanaan luar negeri.
Negara dagang, defisit ekspor, pendanaannya ya dari luar negeri.
Current accoun deficit juga dari pendanaan luar negeri.
Tanpa pembiayaan luar negeri sulit.
Lalu, bagaimana dengan kondisi perbankan Indonesia?
Pembiayaan perbankan dari sektor swasta juga semakin besar
Mengapa pendanaan dalam negeri tidak dimaksimalkan dan apa kendalanya?
Pendanaan di dalam negeri masih terbatas. Sementara pembiayaan dari luar negeri itu tidak selalu ada.
Jika ada bagaimana caranya supaya pembiayaan luar negeri ini tidak keluar. (Bersambung)
SUMBER : Okezone.com (http://cf6.co/4uVH)
JAKARTA - Di saat harga BBM dinaikkan, Bank Indonesia (BI) juga menaikan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) yang bisa mendongkrak bunga kredit.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menilai, kenaikan harga BBM bersubsidi adalah pilihan yang tepat untuk menaikan harga BBM.
Di sisi lain, realokasi anggaran tersebut menimbulkan risiko tersendiri, yakni kenaikan harga-harga di pasaran. Pun demikian dengan BI rate yang meningkat.
Risiko itu pun terbukti dari laju inflasi November yang berada di level 1,5 persen.
Bagaimana BI melihat situasi ekonomi saat ini? Berikut lanjutan petikan wawancara Okezone dengan Mirza Adityaswara di Jakarta, belum lama ini.
Tadi Bapak menyatakan bahwa kenaikan BBM merupakan pilihan yang tidak bisa dihindari. Bagaimana penjelasannya?
Kenaikan BBM bisa menyehatkan pemerintah. Dampak keekonomian akan lebih baik.
Alokasi anggaran dibuat sesuai dengan kebutuhan seperti infrastruktur.
Jadi jangan dilihat jangka pendek, melainkan jangka panjang. Menggeser sektor konsumtif.
Tetapi mengapa BI juga menaikan BI Rate, bukankah itu memberatkan pelaku ekonomi maupun masyarakat?
BI rate merupakan dasar funding untuk ekonomi Indonesia.
Semakin ke sini, pendanaan Indonesia datangnya dari luar negeri.
Penjelasannya seperti apa pak?
Perhatikan, defisit kita itu dibiayai oleh pendanaan luar negeri.
Negara dagang, defisit ekspor, pendanaannya ya dari luar negeri.
Current accoun deficit juga dari pendanaan luar negeri.
Tanpa pembiayaan luar negeri sulit.
Lalu, bagaimana dengan kondisi perbankan Indonesia?
Pembiayaan perbankan dari sektor swasta juga semakin besar
Mengapa pendanaan dalam negeri tidak dimaksimalkan dan apa kendalanya?
Pendanaan di dalam negeri masih terbatas. Sementara pembiayaan dari luar negeri itu tidak selalu ada.
Jika ada bagaimana caranya supaya pembiayaan luar negeri ini tidak keluar. (Bersambung)
SUMBER : Okezone.com (http://cf6.co/4uVH)