sucyresky
8th April 2015, 09:13 AM
https://img.okezone.com//content/2015/04/07/19/1130324/kenaikan-tarif-listrik-seperti-lemak-lemak-pengganggu-9NsKnW65Oe.jpg
JAKARTA – Kenaikan tarif listrik bagi kalangan industri diibaratkan oleh pelaku pengusaha ritel sebagai lemak-lemak di tubuh yang menggagu. Namun para pengusaha merasa tidak punya pilihan lain dan mencoba bertahan.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengatakan, pihaknya tidak terburu-buru menaikkan harga jual barang meskipun pemerintah menaikkan tarif listrik.
"Akan coba bertahan dulu, karena kenaikan harga akan ada kaitannya dengan daya beli," ungkapnya kepada Okezone, Rabu (8/4/2015).
Menurutnya percuma jika pengusaha mencari untung dengan menaikkan harga jual namun jumlah pembeli menurun. Jika hal itu terjadi maka kondisinya akan sama saja.
"Dari pada pembelinya berkurang, kadang orang pilih bertahan bahkan jual rugi dulu, sambil menyiasati lemak-lemak yang mengganggu itu," sebutnya.
Lebih lanjut dia menilai kenaikan tarif listrik industri memang tidak dirasakan masyarakat umum, namun dampaknya akan terasa dari daya beli yang menurun karena naiknya harga barang.
"Beban itu mulai menggerogoti kantong, tapi income akan terasa berkurang," tukasnya.
Seperti diketahui, pemerintah menaikkan bahan bakar minyak (BBM) yang diikuti oleh kenaikan lainnya seperti gas Elpiji 12 kilogram (kg). Dan per April 2015 ini, pemerintah juga menaikkan tarif listrik untuk industri.
Tarif pelanggan listrik nonsubsidi, yakni bisnis besar B3 di atas 200 ribu VA, industri besar I3 di atas 200 ribu kVA dan pemerintah P2 di atas 200 kVA ditetapkan Rp1.135,93 atau naik dibandingkan Maret Rp1.105,47 per KWH.
Sementara untuk pelanggan industri besar I4 berdaya 30 MVA ke atas naik dari Rp965 menjadi Rp991,6 per KWH dan golongan khusus L/TR, TM, dan TT naik dari Rp1.501,46 menjadi Rp1.542,84 per KWH.
SUMBER : Okezone.com (http://economy.okezone.com/read/2015/04/07/19/1130324/kenaikan-tarif-listrik-seperti-lemak-lemak-pengganggu)
JAKARTA – Kenaikan tarif listrik bagi kalangan industri diibaratkan oleh pelaku pengusaha ritel sebagai lemak-lemak di tubuh yang menggagu. Namun para pengusaha merasa tidak punya pilihan lain dan mencoba bertahan.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengatakan, pihaknya tidak terburu-buru menaikkan harga jual barang meskipun pemerintah menaikkan tarif listrik.
"Akan coba bertahan dulu, karena kenaikan harga akan ada kaitannya dengan daya beli," ungkapnya kepada Okezone, Rabu (8/4/2015).
Menurutnya percuma jika pengusaha mencari untung dengan menaikkan harga jual namun jumlah pembeli menurun. Jika hal itu terjadi maka kondisinya akan sama saja.
"Dari pada pembelinya berkurang, kadang orang pilih bertahan bahkan jual rugi dulu, sambil menyiasati lemak-lemak yang mengganggu itu," sebutnya.
Lebih lanjut dia menilai kenaikan tarif listrik industri memang tidak dirasakan masyarakat umum, namun dampaknya akan terasa dari daya beli yang menurun karena naiknya harga barang.
"Beban itu mulai menggerogoti kantong, tapi income akan terasa berkurang," tukasnya.
Seperti diketahui, pemerintah menaikkan bahan bakar minyak (BBM) yang diikuti oleh kenaikan lainnya seperti gas Elpiji 12 kilogram (kg). Dan per April 2015 ini, pemerintah juga menaikkan tarif listrik untuk industri.
Tarif pelanggan listrik nonsubsidi, yakni bisnis besar B3 di atas 200 ribu VA, industri besar I3 di atas 200 ribu kVA dan pemerintah P2 di atas 200 kVA ditetapkan Rp1.135,93 atau naik dibandingkan Maret Rp1.105,47 per KWH.
Sementara untuk pelanggan industri besar I4 berdaya 30 MVA ke atas naik dari Rp965 menjadi Rp991,6 per KWH dan golongan khusus L/TR, TM, dan TT naik dari Rp1.501,46 menjadi Rp1.542,84 per KWH.
SUMBER : Okezone.com (http://economy.okezone.com/read/2015/04/07/19/1130324/kenaikan-tarif-listrik-seperti-lemak-lemak-pengganggu)