sucyresky
9th April 2015, 08:30 AM
https://img.okezone.com//content/2015/04/08/320/1131173/coba-coba-buat-cotton-ball-light-pria-ini-untung-rp150-juta-bulan-Fn35qZBdgN.jpg
JAKARTA – Saat Guntoro melihat cotton ball light yang banyak digunakan di Eropa, dirinya pun tertantang untuk membuatnya. Lampu bola berwarna warni ini pun sukses diterima pasar dengan omzet ratusan juta.
Guntoro mencoba memproduksi sendiri lampu hias yang diadaptasinya dari Eropa tersebut. Dia berusaha memadupadankan lampu kecil yang masukan ke dalam bola katun, kemudian dililitkan dengan benang katun.
Baru pada akhir 2009, Guntoro mulai mencoba membuat produk unik tersebut. Proses trial and eror pun dilakoninya, untuk mencari bahan baku yang pas. Bahkan, dirinya mengaku menghabiskan ribuan cotton ball demi kualitas yang mumpuni.
Guntoro pun memberanikan diri memproduksi sebanyak 500 lampu. Kemudian dipasarkan di kota Surabaya dan Bali. Hanya dalam satu bulan seluruh produk ludes terjual. Lalu dia memberikan nama produknya dengan label Light Craft Indonesia (LCI).
"Setelah itu baru kita seriusin, kita bentuk tim desain, marketing hingga distribusi," ujarnya kepada Okezone di JCC, Jakarta, Kamis (9/4/2015).
Guntoro mengaku, awalnya menjual produk lampunya melalui internet dan rajin mengikuti pameran. Namun, dirinya memilih untuk lebih fokus membuka peluang reseller atau hanya menjadi vendor dari toko-toko perhiasan, meskipun dirinya sempat menjual secara retail pada saat pameran
Dari situ, Guntoro mengaku mendapatkan omzet dari pesanan setiap resellernya hingga Rp150 juta per bulan.
Dirinya bercerita, ada beragam peluang reseller yang ditawarkan LCI, mulai dari sistem dropship tanpa minimum pesanan, hingga lusinan sampai ratusan produk per order.
"Kita khusus jual ke vendor, kita enggak jual retail. Kita juga mendistribusikannya melalui reseller. Kita enggak langsung jual ke end user, kita fokusnya produksi," imbuhnya.
Sejak dibuka peluang reseller tiga tahun lalu, kini mitra LCI sudah berjumlah 100 reseller. Kebanyakan dari reseller-nya menjual melalui media sosial.
Untuk produknya, Guntoro mematok harga eceran tertinggi pada semua mitranya. Untuk serangkaian cotton ball light kecil dijual seharga Rp140 ribu.
Sedangkan untuk satu lampu besar dijual seharga Rp50 ribu untuk ukuran sedang dan Rp90 ribu untuk ukuran besar. Dari harga tersebut reseller-nya dapat mengantongi keuntungan sekira 50 hingga 100 persen per produk.
Guntoro mengungkapkan, salah satu dari resellernya yang hanya berjualan menggunakan media Instagram per bulannya bisa menghasilkan Rp20 hingga Rp30 juta.
"Itu anak kuliahan. Tapi keuntungannya tipis, sekira 20-30 persen. Tapi dia main kuantitas dengan buka reseller lagi," katanya.
SUMBER : Okezone.com (http://economy.okezone.com/read/2015/04/08/320/1131173/coba-coba-buat-cotton-ball-light-pria-ini-untung-rp150-juta-bulan)
JAKARTA – Saat Guntoro melihat cotton ball light yang banyak digunakan di Eropa, dirinya pun tertantang untuk membuatnya. Lampu bola berwarna warni ini pun sukses diterima pasar dengan omzet ratusan juta.
Guntoro mencoba memproduksi sendiri lampu hias yang diadaptasinya dari Eropa tersebut. Dia berusaha memadupadankan lampu kecil yang masukan ke dalam bola katun, kemudian dililitkan dengan benang katun.
Baru pada akhir 2009, Guntoro mulai mencoba membuat produk unik tersebut. Proses trial and eror pun dilakoninya, untuk mencari bahan baku yang pas. Bahkan, dirinya mengaku menghabiskan ribuan cotton ball demi kualitas yang mumpuni.
Guntoro pun memberanikan diri memproduksi sebanyak 500 lampu. Kemudian dipasarkan di kota Surabaya dan Bali. Hanya dalam satu bulan seluruh produk ludes terjual. Lalu dia memberikan nama produknya dengan label Light Craft Indonesia (LCI).
"Setelah itu baru kita seriusin, kita bentuk tim desain, marketing hingga distribusi," ujarnya kepada Okezone di JCC, Jakarta, Kamis (9/4/2015).
Guntoro mengaku, awalnya menjual produk lampunya melalui internet dan rajin mengikuti pameran. Namun, dirinya memilih untuk lebih fokus membuka peluang reseller atau hanya menjadi vendor dari toko-toko perhiasan, meskipun dirinya sempat menjual secara retail pada saat pameran
Dari situ, Guntoro mengaku mendapatkan omzet dari pesanan setiap resellernya hingga Rp150 juta per bulan.
Dirinya bercerita, ada beragam peluang reseller yang ditawarkan LCI, mulai dari sistem dropship tanpa minimum pesanan, hingga lusinan sampai ratusan produk per order.
"Kita khusus jual ke vendor, kita enggak jual retail. Kita juga mendistribusikannya melalui reseller. Kita enggak langsung jual ke end user, kita fokusnya produksi," imbuhnya.
Sejak dibuka peluang reseller tiga tahun lalu, kini mitra LCI sudah berjumlah 100 reseller. Kebanyakan dari reseller-nya menjual melalui media sosial.
Untuk produknya, Guntoro mematok harga eceran tertinggi pada semua mitranya. Untuk serangkaian cotton ball light kecil dijual seharga Rp140 ribu.
Sedangkan untuk satu lampu besar dijual seharga Rp50 ribu untuk ukuran sedang dan Rp90 ribu untuk ukuran besar. Dari harga tersebut reseller-nya dapat mengantongi keuntungan sekira 50 hingga 100 persen per produk.
Guntoro mengungkapkan, salah satu dari resellernya yang hanya berjualan menggunakan media Instagram per bulannya bisa menghasilkan Rp20 hingga Rp30 juta.
"Itu anak kuliahan. Tapi keuntungannya tipis, sekira 20-30 persen. Tapi dia main kuantitas dengan buka reseller lagi," katanya.
SUMBER : Okezone.com (http://economy.okezone.com/read/2015/04/08/320/1131173/coba-coba-buat-cotton-ball-light-pria-ini-untung-rp150-juta-bulan)