sucyresky
29th April 2015, 08:02 AM
https://img.okezone.com//content/2015/04/28/20/1141483/pelunasan-utang-imf-tonggak-berakhirnya-krismon-1997-MlECHrjkMQ.jpg
JAKARTA - Utang International Monetary Fund (IMF) identik dengan krisis moneter 1997. Kala itu kondisi Indonesia tengah karut marut. Tidak hanya terjadi di bidang politik, tetapi juga di bidang ekonomi.
Hingga kini, tragedi krisis moneter 1998 masih membekas di benak pelaku pasar finansial. Saat itu, rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) terjun bebas.
Sekadar mengingatkan, pada 1997 pasar finansial mulai goncang. Kejatuhan pasar dimulai pada hari nahas 14 Mei 1997. Saat itu mata uang bath jatuh. Mata uang Negeri Gajah Putih mengalami devaluasi yang memicu kejatuhan mata uang di Asia termasuk rupiah.
Bank of Thailand dan Bank of Singapore langsung melakukan intervensi dengan menjual cadangan USD-nya. Begitu juga dengan Bank Indonesia (BI).
Para pialang valuta asing dan pelaku pasar panik bukan main. Kepanikan itu membuat indeks harga saham gabungan dan rupiah jatuh.
Kondisi ini berlanjut hingga 1998 dan diperkeruh dengan kondisi politik di Thailand dengan adanya kudeta militer Thaksin Shinawatra. Di Indonesia, kondisi diperkeruh dengan tumbangnya rezim Soeharto oleh MPR/DPR. Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pun tumbang. Pun demikian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Kejatuhan pasar di Asia mempengaruhi pasar Amerika Serikat. Bahkan pada 27 Oktober 1997 perdagangan saham New York terpaksa dihentikan sementara dan perdagangan saham dihentikan satu jam lebih cepat untuk menghindari kerugian lebih besar.
Melihat kondisi ekonomi yang tak pasti, lalu Indonesia pun mendapat pinjaman utang dari IMF.
Program bantuan IMF pertama ditanda-tangani pada 31 Oktober 1997. Program reformasi ekonomi yang disarankan IMF ini mencakup empat bidang, yakni Penyehatan sektor keuangan, kebijakan fiskal, kebijakan moneter, penyesuaian struktural.
Meksi awalnya tertatih, tetapi Indonesia mampu bangkit. Indonesia yang sedianya menjadi pesakitan mampu melunasi utang pada 12 Oktober 2006.
Dua hari sebelum membayar lunas utang IMF, Aslim Tadjuddin yang kala itu menjabat sebagai Deputi Gubernur BI, menegaskan bahwa pelunasan utang merupakan momentum berakhirnya krisis moneter tahun 1997-1998.
"Dengan pelunasan ini merupakan chapter terakhir dari krisis Asia 1997-1998 sudah berakhir," ucap Aslim Tadjuddin, di Gedung Departemen Keuangan, Selasa 10 Oktober 2006. Kala itu, Kantor Departemen Keuangan masih menyatu bersama kantor Menko Perekonomian di Jalan Lapangan Banteng, Jakarta.
Kemudian, pada hari Kamis, Indonesia melunasi sisa utang IMF sebesar USD3,1 miliar. Sebelumnya, pada Juni 2006, BI juga telah membayar USD3,75 miliar kepada IMF.
Setelah lunas, ekonomi Indonesia pun mulai membaik. Indonesia tidak lagi masuk dalam Post Monitoring Program IMF, country risk Indonesia menjadi berkurang. Bahkan pada 2012, Indonesia mendapatkan predikat prestisius yakni Investment Grade.
SUMBER : Okezone.com (http://economy.okezone.com/read/2015/04/28/20/1141483/pelunasan-utang-imf-tonggak-berakhirnya-krismon-1997)
JAKARTA - Utang International Monetary Fund (IMF) identik dengan krisis moneter 1997. Kala itu kondisi Indonesia tengah karut marut. Tidak hanya terjadi di bidang politik, tetapi juga di bidang ekonomi.
Hingga kini, tragedi krisis moneter 1998 masih membekas di benak pelaku pasar finansial. Saat itu, rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) terjun bebas.
Sekadar mengingatkan, pada 1997 pasar finansial mulai goncang. Kejatuhan pasar dimulai pada hari nahas 14 Mei 1997. Saat itu mata uang bath jatuh. Mata uang Negeri Gajah Putih mengalami devaluasi yang memicu kejatuhan mata uang di Asia termasuk rupiah.
Bank of Thailand dan Bank of Singapore langsung melakukan intervensi dengan menjual cadangan USD-nya. Begitu juga dengan Bank Indonesia (BI).
Para pialang valuta asing dan pelaku pasar panik bukan main. Kepanikan itu membuat indeks harga saham gabungan dan rupiah jatuh.
Kondisi ini berlanjut hingga 1998 dan diperkeruh dengan kondisi politik di Thailand dengan adanya kudeta militer Thaksin Shinawatra. Di Indonesia, kondisi diperkeruh dengan tumbangnya rezim Soeharto oleh MPR/DPR. Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pun tumbang. Pun demikian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Kejatuhan pasar di Asia mempengaruhi pasar Amerika Serikat. Bahkan pada 27 Oktober 1997 perdagangan saham New York terpaksa dihentikan sementara dan perdagangan saham dihentikan satu jam lebih cepat untuk menghindari kerugian lebih besar.
Melihat kondisi ekonomi yang tak pasti, lalu Indonesia pun mendapat pinjaman utang dari IMF.
Program bantuan IMF pertama ditanda-tangani pada 31 Oktober 1997. Program reformasi ekonomi yang disarankan IMF ini mencakup empat bidang, yakni Penyehatan sektor keuangan, kebijakan fiskal, kebijakan moneter, penyesuaian struktural.
Meksi awalnya tertatih, tetapi Indonesia mampu bangkit. Indonesia yang sedianya menjadi pesakitan mampu melunasi utang pada 12 Oktober 2006.
Dua hari sebelum membayar lunas utang IMF, Aslim Tadjuddin yang kala itu menjabat sebagai Deputi Gubernur BI, menegaskan bahwa pelunasan utang merupakan momentum berakhirnya krisis moneter tahun 1997-1998.
"Dengan pelunasan ini merupakan chapter terakhir dari krisis Asia 1997-1998 sudah berakhir," ucap Aslim Tadjuddin, di Gedung Departemen Keuangan, Selasa 10 Oktober 2006. Kala itu, Kantor Departemen Keuangan masih menyatu bersama kantor Menko Perekonomian di Jalan Lapangan Banteng, Jakarta.
Kemudian, pada hari Kamis, Indonesia melunasi sisa utang IMF sebesar USD3,1 miliar. Sebelumnya, pada Juni 2006, BI juga telah membayar USD3,75 miliar kepada IMF.
Setelah lunas, ekonomi Indonesia pun mulai membaik. Indonesia tidak lagi masuk dalam Post Monitoring Program IMF, country risk Indonesia menjadi berkurang. Bahkan pada 2012, Indonesia mendapatkan predikat prestisius yakni Investment Grade.
SUMBER : Okezone.com (http://economy.okezone.com/read/2015/04/28/20/1141483/pelunasan-utang-imf-tonggak-berakhirnya-krismon-1997)