dimas.purnomo
17th May 2013, 01:30 PM
Sejarah Boso walikan malang
Ngalamers yang asli Malang pasti sudah sangat familiar dengan boso walikan (osob kiwalan). Boso walikan memang sudah menjadi ciri khas Kota Malang, seperti halnya bakso dan apel. Beberapa boso walikan yang sering digunakan antara lain: ker (rek), sam (mas), Ngalam (Malang), genaro (orang), kadit itreng (tidak ngerti), nakam (makan), nganal (lanang), Ongis Nade (Singo Edan), dan masih banyak lagi.
Lantas pernahkah Ngalamers bertanya-tanya, bagaimana sejarah boso walikan ini? Siapa yang pertama menciptakan boso walikan? HaloMalang akan mecoba menjawab pertanyaan ini.
Menurut Pengamat sejarah dari Universitas Negeri Malang (UM), Dwi Cahyono, sejarah boso walikan dimulai pada saat jaman perjuangan Gerilya Rakyat Kota (GRK). Para pejuang pada saat itu menggunakan boso walikan sebagai alat komunikasi antar sesama pejuang serta sebagai identitas untuk mengenali lawan maupun kawan.
Pada saat itu, banyak sekali mata-mata Belanda yang berasal dari orang pribumi sendiri. Otomatis, komunikasi dalam Bahasa Jawa menjadi hal yang riskan karena para mata-mata itu juga pasti akan paham lantas akan membocorkannya pada pihak Belanda. Karena itu para pejuang menggunakan boso walikan untuk mengelabui para mata-mata sekaligus untuk meminimalisir bocornya strategi perjuangan para gerilyawan.
Namun boso walikan bukanlah bahasa sandi karena tetap menggunakan bahasa yang lazim digunakan, hanya cara membacanya yang diubah. Kata yang lazimnya dibaca dari kiri ke kanan dalam boso walikan dibaca dari kanan ke kiri. Bahasa yang bisa di-walik juga bisa berasal dari Bahasa Jawa maupun Bahasa Indonesia. Karena itu pula, boso walikan selalu berkembang karena pasti banyak kata-kata yang bisa di-walik. Namun, tentu tidak semua kata bisa seenaknya di-walik karena hanya kata-kata yang umum saja yang biasanya dibaca secara terbalik. Sebagai contoh, kata "komputer" tidak pernah diucapkan sebagai retupmok karena akan sulit pengucapannya dan tidak lazim digunakan.
Sayangnya, semakin sedikit saja kaum muda Ngalam yang mempraktekkan penggunaan boso walikan sehari-hari. Ayo Ngalamers, kita galakkan lagi penggunaan boso walikan supaya tidak punah ditelan jaman. Bagaimanapun, boso walikan merupakan ciri khas budaya Malang yang perlu dilestarikan.
sumber : halomalang (http://halomalang.com/serba-serbi/ngalamers-harus-tahu-sejarah-boso-walikan)
Bahasa walikan malang ini hanya tinggal membalikkan "kata"
contoh :
adapes : sepeda
adapes rotom : sepeda motor
kewut : tuwek ( tua)
sam : mas (sebutan orang remaja laki2)
ayas : saya
umak : kamu
Seperti itulah pokoknya :D :D
Tapi gak semua kata bisa langsung di balik jadinya malah aneh ndengernya tetapi ada pembenarannya yang akhirnya menjadi ciri khas bahasa kota malang
contoh :
polisi kalo di balik menjadi isilop..ini kan jadi aneh bahasanya yg bener adalah silup (bahasa khas polisi di malang)
tidak mengerti : kadit itreng
senden tembok (menyandar di tembok) : nendes kombet
orang malang : genaro ngalam
Monggo kalo ada yg mau nambahi ya..
Ngalamers yang asli Malang pasti sudah sangat familiar dengan boso walikan (osob kiwalan). Boso walikan memang sudah menjadi ciri khas Kota Malang, seperti halnya bakso dan apel. Beberapa boso walikan yang sering digunakan antara lain: ker (rek), sam (mas), Ngalam (Malang), genaro (orang), kadit itreng (tidak ngerti), nakam (makan), nganal (lanang), Ongis Nade (Singo Edan), dan masih banyak lagi.
Lantas pernahkah Ngalamers bertanya-tanya, bagaimana sejarah boso walikan ini? Siapa yang pertama menciptakan boso walikan? HaloMalang akan mecoba menjawab pertanyaan ini.
Menurut Pengamat sejarah dari Universitas Negeri Malang (UM), Dwi Cahyono, sejarah boso walikan dimulai pada saat jaman perjuangan Gerilya Rakyat Kota (GRK). Para pejuang pada saat itu menggunakan boso walikan sebagai alat komunikasi antar sesama pejuang serta sebagai identitas untuk mengenali lawan maupun kawan.
Pada saat itu, banyak sekali mata-mata Belanda yang berasal dari orang pribumi sendiri. Otomatis, komunikasi dalam Bahasa Jawa menjadi hal yang riskan karena para mata-mata itu juga pasti akan paham lantas akan membocorkannya pada pihak Belanda. Karena itu para pejuang menggunakan boso walikan untuk mengelabui para mata-mata sekaligus untuk meminimalisir bocornya strategi perjuangan para gerilyawan.
Namun boso walikan bukanlah bahasa sandi karena tetap menggunakan bahasa yang lazim digunakan, hanya cara membacanya yang diubah. Kata yang lazimnya dibaca dari kiri ke kanan dalam boso walikan dibaca dari kanan ke kiri. Bahasa yang bisa di-walik juga bisa berasal dari Bahasa Jawa maupun Bahasa Indonesia. Karena itu pula, boso walikan selalu berkembang karena pasti banyak kata-kata yang bisa di-walik. Namun, tentu tidak semua kata bisa seenaknya di-walik karena hanya kata-kata yang umum saja yang biasanya dibaca secara terbalik. Sebagai contoh, kata "komputer" tidak pernah diucapkan sebagai retupmok karena akan sulit pengucapannya dan tidak lazim digunakan.
Sayangnya, semakin sedikit saja kaum muda Ngalam yang mempraktekkan penggunaan boso walikan sehari-hari. Ayo Ngalamers, kita galakkan lagi penggunaan boso walikan supaya tidak punah ditelan jaman. Bagaimanapun, boso walikan merupakan ciri khas budaya Malang yang perlu dilestarikan.
sumber : halomalang (http://halomalang.com/serba-serbi/ngalamers-harus-tahu-sejarah-boso-walikan)
Bahasa walikan malang ini hanya tinggal membalikkan "kata"
contoh :
adapes : sepeda
adapes rotom : sepeda motor
kewut : tuwek ( tua)
sam : mas (sebutan orang remaja laki2)
ayas : saya
umak : kamu
Seperti itulah pokoknya :D :D
Tapi gak semua kata bisa langsung di balik jadinya malah aneh ndengernya tetapi ada pembenarannya yang akhirnya menjadi ciri khas bahasa kota malang
contoh :
polisi kalo di balik menjadi isilop..ini kan jadi aneh bahasanya yg bener adalah silup (bahasa khas polisi di malang)
tidak mengerti : kadit itreng
senden tembok (menyandar di tembok) : nendes kombet
orang malang : genaro ngalam
Monggo kalo ada yg mau nambahi ya..