alnpr
13th June 2013, 05:28 PM
http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/pembagian-bantuan-langsung-tunai-blt-bagi-masyarakat-miskin-ilustrasi-_120330212936-191.jpg
Rencana pemerintah memberikan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) sebagai kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dinilai bukan sebagai solusi terbaik. Selain itu, keputusan menaikan harga BBM akan berimbas luas.
Sekretaris Perindo Jawa Tengah Eret Hartanto khawatir BLSM tidak akan menjadikan rakyat cerdas. Menurutnya, BLSM tersebut, malah dapat membuat rakyat menjadi malas.
"Pemerintah harus bijak. Kalaupun harus naik, naiknya jangan terlalu signifikan. Dan saya tidak setuju kalau harus dikembalikan dengan uang, seperti BLSM itu membodohi rakyat dan membuat rakyat itu malas," kata Eret kepada Okezone, di Solo, Jawa Tengah, Kamis (13/6/2013).
Menurut Eret, akan banyak permasalahan sosial yang akan timbul jika kompensasi BLSM jadi diberikan. Karenanya, solusi yang terbaik yang dilakukan pemerintah bukan dengan memberikan BLSM, melainkan dengan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya.
Pasalnya, dengan harga BBM dinaikan praktis akan diikuti dengan kenaikan harga-harga serta kebutuhan lainnya. Sedangkan BLSM itu sendiri yang jumlahnya sangat terbatas, belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Sehingga bila program BLSM berakhir, tidak mungkin diikuti dengan penurunan harga. Jadi buat apa di berikan BLM. Tapi kalau lapangan pekerjaan dibuka, masyarakat akan mendapatkan hasil. Dan hasilnya untuk dipakai untuk menghidupi keluarganya," paparnya.
Karenanya, Perindo akan menyalurkan bantuan modal melalui koperasi dan BPR-BPR dengan bunga yang cukup rendah. Tujuannya untuk membangun perekonomian masyarakat kecil. Sehingga selain menciptakan peluang kerja, tentu saja membantu perekonomian rakyat.
"Karena masalah BBM itu masalah krusial, di sisi lain membebani negara, di sisi lain jika itu dinaikan akan membebani rakyat. Kita sudah membuat program, dan disalurkan melalui koperasi-koperasi dan BPR untuk membangun perekonomian rakyat yang lebih sejahtera," tukasnya.
Sumber: http://bit.ly/13DXtwM
Rencana pemerintah memberikan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) sebagai kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dinilai bukan sebagai solusi terbaik. Selain itu, keputusan menaikan harga BBM akan berimbas luas.
Sekretaris Perindo Jawa Tengah Eret Hartanto khawatir BLSM tidak akan menjadikan rakyat cerdas. Menurutnya, BLSM tersebut, malah dapat membuat rakyat menjadi malas.
"Pemerintah harus bijak. Kalaupun harus naik, naiknya jangan terlalu signifikan. Dan saya tidak setuju kalau harus dikembalikan dengan uang, seperti BLSM itu membodohi rakyat dan membuat rakyat itu malas," kata Eret kepada Okezone, di Solo, Jawa Tengah, Kamis (13/6/2013).
Menurut Eret, akan banyak permasalahan sosial yang akan timbul jika kompensasi BLSM jadi diberikan. Karenanya, solusi yang terbaik yang dilakukan pemerintah bukan dengan memberikan BLSM, melainkan dengan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya.
Pasalnya, dengan harga BBM dinaikan praktis akan diikuti dengan kenaikan harga-harga serta kebutuhan lainnya. Sedangkan BLSM itu sendiri yang jumlahnya sangat terbatas, belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Sehingga bila program BLSM berakhir, tidak mungkin diikuti dengan penurunan harga. Jadi buat apa di berikan BLM. Tapi kalau lapangan pekerjaan dibuka, masyarakat akan mendapatkan hasil. Dan hasilnya untuk dipakai untuk menghidupi keluarganya," paparnya.
Karenanya, Perindo akan menyalurkan bantuan modal melalui koperasi dan BPR-BPR dengan bunga yang cukup rendah. Tujuannya untuk membangun perekonomian masyarakat kecil. Sehingga selain menciptakan peluang kerja, tentu saja membantu perekonomian rakyat.
"Karena masalah BBM itu masalah krusial, di sisi lain membebani negara, di sisi lain jika itu dinaikan akan membebani rakyat. Kita sudah membuat program, dan disalurkan melalui koperasi-koperasi dan BPR untuk membangun perekonomian rakyat yang lebih sejahtera," tukasnya.
Sumber: http://bit.ly/13DXtwM