View Full Version : Indahnya Hidup di Indonesia


meili123
1st November 2016, 08:14 AM
Islam dan Keindahan Hidup
Selepas maghrib itu, diwaktu hujan aku mencoba untuk searching di beranda fb. tak sering saya begitu, karena acapkali cuma memperbaharui statement selanjutnya penulis tutup kembali. takutnya penulis terlalu lama bermain kabar facebook.
Namun, jam itu sangat berbeda, suasanya ingin sekali scroll hingga paling bawah. Ternyata tak ada batasnya! Aku pun terhenti pada sebuah video yang menjadi banyak perhatian. Video singkat tadi merupakan short cuplikan perjalanan ceramah Dr. Zakir Naik di negeri Matahari.
Dari video tadi saya berharap menggoreskan mata pena sebuah catatan kehidupan. Sepertinya, pekan ini penulis memang sedang digandrungi yang namanya keindahan. Dari sana saya pun memulai mempunyai fans sebuah kata, istilah itu tidak lain ialah "Keindahan Hidup".
Keindahan hidup tersebut makin mekar di kala saya melihat seseorang yang dengan ridho mengikrarkan dua kalimat kesaksian. Begitu berserinya wajah itu, sampai-sampai sinarnya menyusup ke dalam jiwa yang kaku. Cerah yang membawa kehangatan bagi mata yang melihatnya.
Saya pun mencoba mengingat kilas sejarah menemui pengalaman saya yang lalu. Segala sanjung bagi Illah, saya Muslim. Saya merasa, mengenal Islam adalah mengenal semuanya. Tanpa Islam, barangkali yang kita ketahui tak akan kita mengerti dengan total. Ataupun bahkan kenal yang tak membawa amal baik. One again, seluruhnya pujian bagi Allah.
Di saat itu pula, pikiran saya terbang melambung tinggi mengingat kejadian demi kejadian sebelum Hari Raya Idul Fitri 1437 H. Hari raya setiap Muslim yang membahagiakan. Tetapi, one again saya menemui sepasang jodoh kasih sedang menghadapi permasalahan. Entah apa problemnya yang tentu ada wajah masam yang diperihatkannya.
Di sela jalan itu, ada sepasang kekasih yang bertengkar, ada pula sepasang kasih yang meninggalkan kekasihnya. Tak itu saja, ada juga sepasang kekasih yang saling diam di pinggiran jembatan jalan besar. Sepertinya memang ada yang serius.
Melalui kejadian di atas, saya lalu berpikir jauh kedepan bahwa masih terdapat rasa syukur yang belum dapat menutupi segala kesedihan, amarah, kekecewaan dan kegundahan manusia. Barangkali kesyukuran tersebut belum sempurna, atau barangkali belum mengerti arti kesyukuran.
Padahal, bila kita berusaha maksimal menomorsatukan rasa kesyukuran pastilah rasa galau, merasa jadi korban atau perasaan-perasaan was-was lainnya akan nihil dari hati. Kesyukuranlah yang menjadikan happy, bangga terlebih semangat sebagai seorang Muslim.
Keindahan Hidup
Ambil yang indah-indah saja, sebab Allah pun menyukai keindahan. Kalimat itulah yang saya jadikan nasehat kepada seorang teman saya yang kebetulan sedang patah hati ditinggal kekasih.
Ia bercerita kepada saya dengan mimic wajah yang cukup membuat saya ingin menertawakannya. Adakalanya kita ajarkan seorang teman untuk menertawakan masalah (tertawa di dalam hati saja), bukan menangisinya berlarut-larut.
Tak ada salahnya menertawakan masalah, coba ingat riwayat hidup Anda selama ini. Tentu Anda pernah mengalami kegagalan yang itu dulu Anda pernah menangisinya sampai air mata tumpah satu liter. Nah, beberapa tahun kemudian, entah lima atau 10 tahun kemudian ketika Anda teringat, Anda pasti tersenyum sendiri bahkan tertawa sendiri.
Detik itu, Anda mungkin merasakan keindahan hidup yang berawal dari masalah yang dulu Anda tangisi. So, apa salahnya bila sesekali kita balik, kita tertawakan masalah terlebih dahulu, lalu nantinya menangis dalam bingkai pertaubatan. Bukankah itu lebih indah jika disertai kalimah tarji Innalillahiwainnailaihirojiun (http://www.academicindonesia.com/innalillahiwainnailaihirojiun/)?
Kembali kepada salah seorang teman saya. Ternyata, teman saya baru sekali mengalami patah hati. Ia pun meluapkan segala perasaannya tanpa tersisa. Setelah itu, barulah Ia diam dan saya mencoba memahami apa yang Ia rasakan.
Kejadian curhat di atas cukuplah memberikan kita pelajaran penting bahwa ada yang indah saat kita merasakan kesedihan. Jadi begini, mengapa terkadang manusia sering lupa bahwa di luar sana barangkali ada seseorang yang tidak bisa mengenalnya, karena sesuatu hal. Dan malah sedih karena patah hati. Bukankah sebaiknya bersyukur karena telah mengenalnya?
Ada lagi, manusia memang sering menutupi kesyukurannya. Syukur yang tidak totalitas mungkin hanya akan menyebabkan hati kurang khusyuk dalam menikmati nikmat-Nya. Lebih dari itu, bayangkan saja, seseorang yang telah mengenal orang yang dikaguminya hendaknya lebih bersyukur. Harus bersyukur sebab telah dianugerahkan sebuah rasa.
Ada di luar sana yang merasakan cinta saja sudah tidak bisa, barangkali karena sudah tak diberi kesempatan lagi, atau lantaran memang sudah tidak mempunyai akal sehat. So, mempunyai rasa pun seharusnya manusia harus bersyukur.
Hmm ... intinya, marilah berupaya untuk mendahulukan kesyukuran di atas segala-galanya. Sungguh, bila dihitung tentu tak akan bisa menyebutkan bilangannya. Segala puji bagi Allah, bagi seorang Muslim, tak ada waktu untuk sedih, gundah, kecewa ataupun malas.

ewekiolpe
4th November 2016, 11:40 AM
hidup memang harus tetap bersykur terhadap nikmat yang diberikan dan selalu berusaha mengejar kebahagiaan.

w1s2t3
9th November 2016, 07:51 AM
presiden negara kurang sip, negara jadi kacau seperti ini,

destiination
24th November 2016, 12:24 PM
jangan sembarangan dalam melakukan olahraga renang ya, apalagi kalau air kolamnya tersebut mengandung klorin yang sangat tinggi, bisa2 merusak kulit cantik kita loh http://qncjellygamat.pw/risiko-irita...in-tinggi.html