adinu
16th January 2017, 09:43 AM
Contoh Artikel Pendidikan (http://www.lahiya.com/contoh-artikel-pendidikan/) terkait Masa-masa Fokus Siswa
MOS, Momentum Menumbuhkan Sikap Positif Siswa
Nurul Lathiffah ; Peminat Kajian Psikologi Pendidikan
MEDIA INDONESIA, 04 Juli 2016
MENJELANG bergulirnya th. ajaran baru 2016/2017, dunia pendidikan (http://www.lahiya.com/contoh-artikel-pendidikan/) mendapatkan angin fresh dengan terbitnya regulasi baru berkenaan masa-masa fokus siswa (MOS). Apabila
sejak mulai dahulu MOS sama juga dengan perpeloncoan yang punya kandungan muatan bullying, kekerasan fisik, ancaman, hukuman (punishment), serta hal tidak nyaman yang
lain, saat ini pengenalan pada sekolah baru mesti dijalankan secara humanis. Berita baik ini memberikannya kelegaan buat siswa, guru, serta beberapa orang-tua. Sebab, fokus
siswa yang mengeliminasi rasa takut siswa bakal memberikannya rasa aman. Bahkan juga, kebijakan ini sanggup tutup buku catatan merah atas sederetan siswa baru sebagai
korban dari `keganasan’ MOS yang dijalankan senior atau orang lain di sekolah.
Mesti disadari kalau banyak siswa terasa keberatan dengan MOS konvensional yang padat dengan beberapa pekerjaan berat. Siswa baru yang setidaknya menyesuaikan dengan
lingkungan belajar baru serta mendapatkan motivasi buat melejitkan prestasi malah mendapatkan aktivitas yang pelik. Diantara penugasan classic MOS yang (sejak mulai dahulu)
perlu buat dihapus, contohnya, menghimpun beberapa ratus merica serta mencari beberapa bahan yang `langka’. Apabila siswa tidak sukses menemukannya, hukuman juga siap
mengharap. Di segi lain, beberapa senior juga seakan jadi sosok otoriter.
Sayangnya, kultur negatif ketika MOS seakan dimafhumi. Kecuali siswa baru, banyak pihak abai pada MOS yang `menyiksa’. Konsekuensi logisnya, suburlah budaya MOS yang
sarat dengan kekerasan, baik verbal, fisik, mau pun mental. Meski sebenarnya, resiko MOS yang penuh nuansa kekuatiran amat vital. Dalam waktu pendek, siswa baru bakal
mendapatkan rintangan penyesuaian diri serta alami perasaan bersalah.
Hal semacam ini lumrah sebab filosofi MOS yang banyak dipercayai sekolah yakni `menempa mental’. Sayangnya, penempaan mental dimaknai dengan amat sempit, yaitu
dengan tindakan memarahi, menghukum, serta menyalahkan.
MOS, Momentum Menumbuhkan Sikap Positif Siswa
Nurul Lathiffah ; Peminat Kajian Psikologi Pendidikan
MEDIA INDONESIA, 04 Juli 2016
MENJELANG bergulirnya th. ajaran baru 2016/2017, dunia pendidikan (http://www.lahiya.com/contoh-artikel-pendidikan/) mendapatkan angin fresh dengan terbitnya regulasi baru berkenaan masa-masa fokus siswa (MOS). Apabila
sejak mulai dahulu MOS sama juga dengan perpeloncoan yang punya kandungan muatan bullying, kekerasan fisik, ancaman, hukuman (punishment), serta hal tidak nyaman yang
lain, saat ini pengenalan pada sekolah baru mesti dijalankan secara humanis. Berita baik ini memberikannya kelegaan buat siswa, guru, serta beberapa orang-tua. Sebab, fokus
siswa yang mengeliminasi rasa takut siswa bakal memberikannya rasa aman. Bahkan juga, kebijakan ini sanggup tutup buku catatan merah atas sederetan siswa baru sebagai
korban dari `keganasan’ MOS yang dijalankan senior atau orang lain di sekolah.
Mesti disadari kalau banyak siswa terasa keberatan dengan MOS konvensional yang padat dengan beberapa pekerjaan berat. Siswa baru yang setidaknya menyesuaikan dengan
lingkungan belajar baru serta mendapatkan motivasi buat melejitkan prestasi malah mendapatkan aktivitas yang pelik. Diantara penugasan classic MOS yang (sejak mulai dahulu)
perlu buat dihapus, contohnya, menghimpun beberapa ratus merica serta mencari beberapa bahan yang `langka’. Apabila siswa tidak sukses menemukannya, hukuman juga siap
mengharap. Di segi lain, beberapa senior juga seakan jadi sosok otoriter.
Sayangnya, kultur negatif ketika MOS seakan dimafhumi. Kecuali siswa baru, banyak pihak abai pada MOS yang `menyiksa’. Konsekuensi logisnya, suburlah budaya MOS yang
sarat dengan kekerasan, baik verbal, fisik, mau pun mental. Meski sebenarnya, resiko MOS yang penuh nuansa kekuatiran amat vital. Dalam waktu pendek, siswa baru bakal
mendapatkan rintangan penyesuaian diri serta alami perasaan bersalah.
Hal semacam ini lumrah sebab filosofi MOS yang banyak dipercayai sekolah yakni `menempa mental’. Sayangnya, penempaan mental dimaknai dengan amat sempit, yaitu
dengan tindakan memarahi, menghukum, serta menyalahkan.