je_tek
8th September 2017, 12:19 AM
https://gimg.kumpar.com/kumpar/image/upload/c_fill,g_face,f_jpg,q_auto,fl_lossy,w_800/wqyz00rzl19hxao95wwz.jpg
CEO AirAsia Tony Fernandes (Foto: Intan Kemala Sari/kumparan)
CEO AirAsia Group, Tony Fernandes, mendorong terciptanya bandara berbiaya rendah (low cost airport) di Indonesia untuk mendukung pertumbuhan penumpang yang tinggi. Salah satu yang dia usulkan adalah Bandara Pondok Cabe yang berlokasi di Tangerang Selatan, Banten.
Seperti dilansir dari Antara, Tony dalam wawancara seusai penghargaan ASEAN Business Awards 2017 di Solaire Pasay City, Rabu (6/9) malam, mengatakan Jakarta masih butuh dua tambahan bandara untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas penerbangan dan penumpang ibukota.
"Jakarta punya dua, termasuk Halim. Tetapi kan Halim juga melayani jet pribadi dan perjalanan Presiden. London saja punya empat bandara. Jakarta bisa dengan mudah punya empat bandara juga. Soekarno-Hatta sekarang terus dikembangkan dengan teknologi baru, tapi saya melihat perlu dibangun bandara berbiaya rendah di Pondok Cabe, misalnya," katanya.
Tony mendorong wirausaha untuk mengambilalih pengelolaan bandara atau bandara swasta dan menjadikannya bandara berbiaya rendah. Selain mendukung bandara lain di Jakarta, keberadaan bandara berbiaya rendah dinilai akan mendorong pengembangan industri penerbangan hingga pariwisata.
"Kami mendorong wirausaha untuk bisa mengelola bandara dan kami yakinkan saat mengelola bandara tersebut, kami ada di sana untuk mendukung 'traffic' penerbangan," katanya.
Menurut Tony, ide tersebut telah diungkapkannya kepada sejumlah pemerintah di kawasan Asia Tenggara. Ia menilai sudah saatnya pemerintah di kawasan memanfaatkan momentum perkembangan ASEAN untuk mendukung bisnis hingga pariwisata.
https://gimg.kumpar.com/kumpar/image/upload/c_fill,g_face,f_jpg,q_auto,fl_lossy,w_800/kfidzhmrkpmip6q6gxky.jpg
Bandara Pondok Cabe, Tangerang (Foto: Google Maps)
Dia menilai keberadaan bandara dan terminal berbiaya rendah dapat mendorong pariwisata karena ASEAN memberikan keuntungan dalam bisnis tersebut.
"Tujuan saya dalam lima tahun ke depan adalah agar Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina punya terminal dan bandara berbiaya rendah dan saya yakin itu akan sangat mendorong pariwisata," ujarnya.
Menurut Tony, pasar ASEAN saat ini sangat menjanjikan. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, banyak pihak memanfaatkannya untuk mengembangkan usaha.
"Bagi saya ini saatnya bagi pemerintah untuk melepaskan sejumlah bandara dan biarkan para 'entrepreneur' itu melakukannya. Ada perusahaan telepon swasta, saya rasa bandara bisa menjadi fasilitas terakhir yang bisa diprivatisasi," pungkasnya.
Pengoperasian Bandara Pondok Cabe sebetulnya sudah direncanakan sejak lama melalui usulan dari PT Garuda Indonesia, Tbk yang menyatakan siap menambah armada pesawat di bandara tersebut.
Sayangnya realisasi rencana tersebut hingga kini masih belum terlihat positif. Bandara Pondok Cabe saat ini masih beroperasi secara nonkomersial baik untuk penerbangan sipil maupun militer.
Untuk menjadi bandara komersial, perlu pengaturan yang lebih rinci guna menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan dari dan menuju bandara tersebut karena jalur penerbangan dari Pondok Cabe dan dari Halim Perdana Kusuma sama sehingga memiliki risiko keselamatan tinggi.
https://kumparan.com/angga-sukmawijaya/bos-air-asia-usul-pondok-cabe-jadi-bandara-berbiaya-rendah
CEO AirAsia Tony Fernandes (Foto: Intan Kemala Sari/kumparan)
CEO AirAsia Group, Tony Fernandes, mendorong terciptanya bandara berbiaya rendah (low cost airport) di Indonesia untuk mendukung pertumbuhan penumpang yang tinggi. Salah satu yang dia usulkan adalah Bandara Pondok Cabe yang berlokasi di Tangerang Selatan, Banten.
Seperti dilansir dari Antara, Tony dalam wawancara seusai penghargaan ASEAN Business Awards 2017 di Solaire Pasay City, Rabu (6/9) malam, mengatakan Jakarta masih butuh dua tambahan bandara untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas penerbangan dan penumpang ibukota.
"Jakarta punya dua, termasuk Halim. Tetapi kan Halim juga melayani jet pribadi dan perjalanan Presiden. London saja punya empat bandara. Jakarta bisa dengan mudah punya empat bandara juga. Soekarno-Hatta sekarang terus dikembangkan dengan teknologi baru, tapi saya melihat perlu dibangun bandara berbiaya rendah di Pondok Cabe, misalnya," katanya.
Tony mendorong wirausaha untuk mengambilalih pengelolaan bandara atau bandara swasta dan menjadikannya bandara berbiaya rendah. Selain mendukung bandara lain di Jakarta, keberadaan bandara berbiaya rendah dinilai akan mendorong pengembangan industri penerbangan hingga pariwisata.
"Kami mendorong wirausaha untuk bisa mengelola bandara dan kami yakinkan saat mengelola bandara tersebut, kami ada di sana untuk mendukung 'traffic' penerbangan," katanya.
Menurut Tony, ide tersebut telah diungkapkannya kepada sejumlah pemerintah di kawasan Asia Tenggara. Ia menilai sudah saatnya pemerintah di kawasan memanfaatkan momentum perkembangan ASEAN untuk mendukung bisnis hingga pariwisata.
https://gimg.kumpar.com/kumpar/image/upload/c_fill,g_face,f_jpg,q_auto,fl_lossy,w_800/kfidzhmrkpmip6q6gxky.jpg
Bandara Pondok Cabe, Tangerang (Foto: Google Maps)
Dia menilai keberadaan bandara dan terminal berbiaya rendah dapat mendorong pariwisata karena ASEAN memberikan keuntungan dalam bisnis tersebut.
"Tujuan saya dalam lima tahun ke depan adalah agar Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina punya terminal dan bandara berbiaya rendah dan saya yakin itu akan sangat mendorong pariwisata," ujarnya.
Menurut Tony, pasar ASEAN saat ini sangat menjanjikan. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, banyak pihak memanfaatkannya untuk mengembangkan usaha.
"Bagi saya ini saatnya bagi pemerintah untuk melepaskan sejumlah bandara dan biarkan para 'entrepreneur' itu melakukannya. Ada perusahaan telepon swasta, saya rasa bandara bisa menjadi fasilitas terakhir yang bisa diprivatisasi," pungkasnya.
Pengoperasian Bandara Pondok Cabe sebetulnya sudah direncanakan sejak lama melalui usulan dari PT Garuda Indonesia, Tbk yang menyatakan siap menambah armada pesawat di bandara tersebut.
Sayangnya realisasi rencana tersebut hingga kini masih belum terlihat positif. Bandara Pondok Cabe saat ini masih beroperasi secara nonkomersial baik untuk penerbangan sipil maupun militer.
Untuk menjadi bandara komersial, perlu pengaturan yang lebih rinci guna menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan dari dan menuju bandara tersebut karena jalur penerbangan dari Pondok Cabe dan dari Halim Perdana Kusuma sama sehingga memiliki risiko keselamatan tinggi.
https://kumparan.com/angga-sukmawijaya/bos-air-asia-usul-pondok-cabe-jadi-bandara-berbiaya-rendah