je_tek
25th September 2017, 08:40 AM
https://gimg.kumpar.com/kumpar/image/upload/c_fill,g_face,f_jpg,q_auto,fl_lossy,w_800/cpgf0omzefgnuvh6uihy.jpg
Standard & Poor's (Foto: Reuters/Brendan McDermid)
Lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's (S&P) menurunkan satu level peringkat utang jangka panjang China dari AA- menjadi A+. Sebab, utang China terus meningkat seiring perlambatan ekonomi.
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Dody Budi Waluyo, mengatakan pihaknya optimistis perekonomian China masih berada di level 6,5% pada kuartal ketiga dan keempat tahun ini. Sehingga tak akan mempengaruhi perekonomian Indonesia.
"China pertumbuhan akan bisa ke atas, kuartal ketiga dan empat 6,5%. Akan tetap tinggi jadi sumber komoditi kita. Kami cukup optimistis harga batubara dan tambang kita cukup tinggi, salah satunya karena China," kata Dody di Gedung BI Tahmrin, Jakarta, Jumat (22/9).
Namun, Dody memastikan bank sentral akan tetap mengamati segala risiko yang akan mempengaruhi stabilitas nilai tukar rupiah. Salah satunya dengan kebijakan penurunan suku bunga pada Agustus 2017 ini yang turun 25 basis point ke leval 4,25%.
"Isu global S&P downgrade China itu kami amati. Semua risiko yang akan berakhir pada terganggunya stabilitas kurs itu akan jadi kajian kami, kami address dengan semua policy kami, baik dengan masuk ke pasar dan intervensi," katanya.
Dilansir Reuters, penurunan peringkat utang tersebut dilakukan S&P sebagai peringatan untuk China. Sebab utang yang terus menggunung memicu kekhawatiran krisis perbankan.
Pertumbuhan utang jangka panjang yang tinggi dinilai telah meningkatkan risiko ekonomi dan keuangan di China. Meskipun pertumbuhan utang ini telah berkontribusi terhadap pertumbuhan PDB riil yang kuat dan harga aset yang lebih tinggi.
"Kami percaya hal itu juga mengurangi stabilitas keuangan sampai batas tertentu," tulis laporan S&P.
https://kumparan.com/angga-sukmawijaya/bi-optimistis-penurunan-peringkat-utang-china-tak-pengaruhi-ekonomi-ri
Standard & Poor's (Foto: Reuters/Brendan McDermid)
Lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's (S&P) menurunkan satu level peringkat utang jangka panjang China dari AA- menjadi A+. Sebab, utang China terus meningkat seiring perlambatan ekonomi.
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Dody Budi Waluyo, mengatakan pihaknya optimistis perekonomian China masih berada di level 6,5% pada kuartal ketiga dan keempat tahun ini. Sehingga tak akan mempengaruhi perekonomian Indonesia.
"China pertumbuhan akan bisa ke atas, kuartal ketiga dan empat 6,5%. Akan tetap tinggi jadi sumber komoditi kita. Kami cukup optimistis harga batubara dan tambang kita cukup tinggi, salah satunya karena China," kata Dody di Gedung BI Tahmrin, Jakarta, Jumat (22/9).
Namun, Dody memastikan bank sentral akan tetap mengamati segala risiko yang akan mempengaruhi stabilitas nilai tukar rupiah. Salah satunya dengan kebijakan penurunan suku bunga pada Agustus 2017 ini yang turun 25 basis point ke leval 4,25%.
"Isu global S&P downgrade China itu kami amati. Semua risiko yang akan berakhir pada terganggunya stabilitas kurs itu akan jadi kajian kami, kami address dengan semua policy kami, baik dengan masuk ke pasar dan intervensi," katanya.
Dilansir Reuters, penurunan peringkat utang tersebut dilakukan S&P sebagai peringatan untuk China. Sebab utang yang terus menggunung memicu kekhawatiran krisis perbankan.
Pertumbuhan utang jangka panjang yang tinggi dinilai telah meningkatkan risiko ekonomi dan keuangan di China. Meskipun pertumbuhan utang ini telah berkontribusi terhadap pertumbuhan PDB riil yang kuat dan harga aset yang lebih tinggi.
"Kami percaya hal itu juga mengurangi stabilitas keuangan sampai batas tertentu," tulis laporan S&P.
https://kumparan.com/angga-sukmawijaya/bi-optimistis-penurunan-peringkat-utang-china-tak-pengaruhi-ekonomi-ri