tatatutu
30th January 2018, 01:19 PM
Menurut Eileen Kennedy-Moore, PhD, penulis buku "Smart Parenting for Smart Kids and The Unwritten Rules of Friendship", sekaligus psikolog anak dari New Jersey, Amerika, menyebut jika pertemanan di masa anak-anak lebih drama ketimbang tayangan reality show di televisi.
Tentu bukan tanpa alasan, saat berusia 3-4 tahun, mereka masih memiliki ego yang tinggi yang membuat mereka sulit berbagi dan selalu ingin dijadikan prioritas.
Nah agar hal ini tidak jadi beban dalam kehidupan sosial anak, kita bisa membantu mengarahkan mereka untuk membangun hubungan sosial dan menjalin ikatan pertemanan yang sehat dengan beberapa trik berikut ini.
Bicara Dari Hati ke Hati
Cobalah untuk mengajak anak berbicara tentang pertemanannya. Misal, tadi main di taman dengan siapa, menyenangkan atau tidak dan peristiwa apa yang menurutnya menjengkelkan.
Dengan cara ini, anak akan diajak untuk belajar memahami pertemanan dan perasaan, sekaligus diajak untuk menyelami pemikiran orang lain. Menurut Eileen, makin sering anak diajak berdiskusi tentang emosi, dia pun akan lebih mampu menangkap dan membayangkan bagaimana cara pandang orang lain.
Ajak Anak Playdate
Menurut Eileen, untuk anak usia prasekolah kita disarankan agar tidak memaksa anak-anak playdate dengan kelompok yang besar dan dalam waktu lama. Kita hanya perlu meminta mereka untuk memilih satu atau dua teman yang akan dia undang ke rumah.
Waktu main pun sebaiknya dibatasi, hanya sekitar 1-2 jam saja. Hal ini berguna untuk mencegah mereka kelelahan, sekaligus mencegah cranky yang dapat memicu timbulnya masalah baru. Selain itu, cara ini pun berguna agar mereka selalu kangen dan ingin main kembali di lain waktu.
Jadilah Pelatih Pertemanan
Saat bermain bersama, mungkin mereka akan bersikap buruk kepada teman-temannya karena temannya tidak mau melakukan hal-hal sesuai keinginannya. Dalam kondisi ini, anak akan mudah merasa dicurangi, tidak digubris, dan bahkan akan menganggap temannya nakal.
Jika ini terjadi, kita wajib menjadi pelatih pertemanan bagi mereka dengan cara mendorongnya agar berbagi peran dan mainan. Kalau sampai terjadi kekerasan, kita bisa mencegahnya dan mengajak anak untuk memahami perasaan anak lain yang menjadi korban.
Jangan lupa, ajak anak meminta maaf atau memaafkan jika dia yang menjadi korban. Kita pun bisa mengalihkan perhatian mereka dengan cara mengajak makan snack bersama atau aktivitas lainnya yang lebih menyenangkan.
sumber tulis di solusiibuattack(dot)com (https://www.solusiibuattack.com/smart-tips)
Tentu bukan tanpa alasan, saat berusia 3-4 tahun, mereka masih memiliki ego yang tinggi yang membuat mereka sulit berbagi dan selalu ingin dijadikan prioritas.
Nah agar hal ini tidak jadi beban dalam kehidupan sosial anak, kita bisa membantu mengarahkan mereka untuk membangun hubungan sosial dan menjalin ikatan pertemanan yang sehat dengan beberapa trik berikut ini.
Bicara Dari Hati ke Hati
Cobalah untuk mengajak anak berbicara tentang pertemanannya. Misal, tadi main di taman dengan siapa, menyenangkan atau tidak dan peristiwa apa yang menurutnya menjengkelkan.
Dengan cara ini, anak akan diajak untuk belajar memahami pertemanan dan perasaan, sekaligus diajak untuk menyelami pemikiran orang lain. Menurut Eileen, makin sering anak diajak berdiskusi tentang emosi, dia pun akan lebih mampu menangkap dan membayangkan bagaimana cara pandang orang lain.
Ajak Anak Playdate
Menurut Eileen, untuk anak usia prasekolah kita disarankan agar tidak memaksa anak-anak playdate dengan kelompok yang besar dan dalam waktu lama. Kita hanya perlu meminta mereka untuk memilih satu atau dua teman yang akan dia undang ke rumah.
Waktu main pun sebaiknya dibatasi, hanya sekitar 1-2 jam saja. Hal ini berguna untuk mencegah mereka kelelahan, sekaligus mencegah cranky yang dapat memicu timbulnya masalah baru. Selain itu, cara ini pun berguna agar mereka selalu kangen dan ingin main kembali di lain waktu.
Jadilah Pelatih Pertemanan
Saat bermain bersama, mungkin mereka akan bersikap buruk kepada teman-temannya karena temannya tidak mau melakukan hal-hal sesuai keinginannya. Dalam kondisi ini, anak akan mudah merasa dicurangi, tidak digubris, dan bahkan akan menganggap temannya nakal.
Jika ini terjadi, kita wajib menjadi pelatih pertemanan bagi mereka dengan cara mendorongnya agar berbagi peran dan mainan. Kalau sampai terjadi kekerasan, kita bisa mencegahnya dan mengajak anak untuk memahami perasaan anak lain yang menjadi korban.
Jangan lupa, ajak anak meminta maaf atau memaafkan jika dia yang menjadi korban. Kita pun bisa mengalihkan perhatian mereka dengan cara mengajak makan snack bersama atau aktivitas lainnya yang lebih menyenangkan.
sumber tulis di solusiibuattack(dot)com (https://www.solusiibuattack.com/smart-tips)