View Full Version : Protes Anti-Pemerintah Mereda, Iran Salahkan Amerika, Israel dan Arab Saudi


Itsaboutsoul
9th February 2018, 09:35 PM
Lebih dari 1.000 orang ditangkap dan setidaknya 21 orang tewas sejak pasukan keamanan melancarkan tindakan keras terhadap demonstrasi. Para peserta protes anti-pemerintah marah akibat tingkat pengangguran yang tinggi dan korupsi pejabat. Demonstrasi tersebut paling banyak terlihat di Iran sejak pemilihan presiden tahun 2009 yang dipersengketakan.

Oleh: Chris Baynes (The Independent)

Garda Revolusi Iran (https://www.matamatapolitik.com/pendukung-dan-penentang-kesepakatan-nuklir-iran-akan-setuju-dengan-satu-hal-ini/) mengatakan bahwa pasukan keamanan telah mengakhiri kerusuhan yang terkait dengan demonstrasi yang melakukan aksi protes anti-pemerintah yang meletus pada bulan lalu.

Dalam sebuah pernyataan di situsnya, pasukan para militer yang kuat tersebut menyalahkan Amerika Serikat (AS), Israel dan Arab Saudi atas kerusuhan yang ditimbulkan oleh peserta protes anti-pemerintah, seiring parlemen dan para pejabat keamanan bertemu untuk membahas tantangan terbesar bagi badan keagamaan itu sejak tahun 2009.

Garda tersebut juga mengklaim bahwa sebuah kelompok oposisi yang diasingkan yang dikenal sebagai Mujahidin-e-Khalq, dan pendukung monarki yang digulingkan dalam Revolusi Islam tahun 1979, berada di balik demonstrasi protes anti-pemerintah itu.

Melonjaknya harga-harga memicu demonstrasi dari para peserta protes anti-pemerintah pada bulan lalu, di mana demonstrasi peserta protes anti-pemerintah menyebar ke sedikitnya 80 kota dan desa. Sedikitnya 21 orang terbunuh dalam bentrokan yang tersebar.

Para peserta protes anti-pemerintah—banyak di antara mereka yang masih muda dan merupakan masyarakat Iran berusia kerja—marah akibat tingkat pengangguran yang tinggi dan korupsi pejabat. Demonstrasi tersebut paling banyak terlihat di Iran sejak pemilihan presiden tahun 2009 yang dipersengketakan.

Beberapa peserta protes menyerukan penggulingan pemerintah. Banyak juga yang memprotes anggaran besar Garda Revolusi, intervensinya yang mahal di seluruh wilayah tersebut, dan melakukan protes melawan pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei, di mana Garda Revolusi setia kepadanya.

Lebih dari 1.000 orang telah ditangkap sejak demonstrasi tersebut dimulai. Mereka termasuk sekitar 90 mahasiswa—10 orang di antaranya masih belum diketahui—ujar anggota parlemen reformis Mahmoud Sadeghi kepada kantor berita semi-resmi ISNA.

Beberapa anggota parlemen dan pejabat universitas telah menyatakan keprihatinan mereka atas nasib siswa yang ditangkap dalam demonstrasi tersebut. Wakil Presiden Universitas Teheran Majid Sarsangi, mengatakan bahwa universitas tersebut telah membentuk sebuah komite untuk melacak mereka.

Para kerabat tahanan dilaporkan berkumpul di luar penjara untuk mencari informasi tentang nasib orang yang mereka cintai.

Seorang juru bicara kepolisian mengatakan bahwa sebagian besar dari mereka yang ditangkap, “ditipu” untuk bergabung dalam kerusuhan tersebut, dan telah dibebaskan dengan jaminan. Dia menambahkan: “Tapi para pemimpin kerusuhan ditahan oleh pengadilan di penjara.”

Warga di beberapa kota mengkonfirmasi kepada Reuters, bahwa protes telah mereda setelah pemerintah meningkatkan tindakan keras dengan mengirim pasukan ke sejumlah provinsi.

Video di media sosial menunjukkan kehadiran polisi yang besar di kota-kota pada Sabtu (3/2) malam, termasuk Khorramabad di Iran barat daya, di mana pada Rabu (7/2) malam para pemrotes melemparkan batu ke polisi anti huru-hara.

Parlemen Iran mengadakan sidang tertutup pada Minggu (4/2), di mana para pejabat keamanan senior memberi tahu mereka tentang demonstrasi dan kondisi para tahanan, kantor berita tersebut melaporkan.

“Ditekankan bahwa elemen asing, dan khususnya Amerika Serikat, memainkan peran dasar dalam membentuk dan memanipulasi kerusuhan baru-baru ini,” kata anggota parlemen Iran, Jalal Mirzaei.

Amerika Serikat dan Israel menyatakan dukungannya terhadap demonstrasi tersebut, yang dimulai pada tanggal 28 Desember di kota terbesar kedua di Irak, Masyhad, namun kedua pemerintah negara tersebut membantah telah menghasut kerusuhan itu.

Seiring meredanya demonstrasi, pemerintah mencabut pembatasan yang diberlakukannya pada Instagram, yang merupakan salah satu alat media sosial yang digunakan oleh para peserta protes untuk melakukan mobilisasi. Namun akses menuju aplikasi perpesanan yang lebih banyak digunakan—seperti Telegram—masih diblokir, yang menunjukkan bahwa pihak berwenang tetap tidak nyaman mengenai kemungkinan demonstrasi lebih lanjut.

Juru bicara parlemen Behrouz Nemati, mengatakan bahwa anggota parlemen dan para pejabat keamanan telah memutuskan bahwa pembatasan Telegram akan dicabut hanya jika aplikasi tersebut berkomitmen untuk melarang “saluran yang penuh permusuhan dan anti-Iran, yang mendorong kerusuhan”, televisi pemerintah melaporkan.

Banyak masyarakat Iran mengakses Telegram dengan menggunakan jaringan pribadi virtual (VPN) dan alat lainnya, untuk menghindar dari penyaringan pemerintah terhadap internet.

Dalam beberapa hari terakhir, para pendukung pemerintah telah mengadakan beberapa demonstrasi massal di seluruh negeri untuk menentang kerusuhan tersebut.

Ribuan orang melakukan demonstrasi sebagai serangan balik terhadap demonstrasi anti-pemerintah, dengan beberapa demonstran meneriakkan “kematian bagi Amerika,” “kematian bagi Israel,” “kematian bagi Inggris,” dan “kematian bagi para penghasut pemberontakan.”

Televisi milik pemerintah menunjukkan gambar-gambar demonstrasi secara langsung dari beberapa kota, termasuk pusat Shahr-e Kord, di mana ratusan orang berkumpul meski hujan salju lebat.


Sumber : Protes Anti-Pemerintah Mereda, Iran Salahkan Amerika, Israel dan Arab Saudi (https://www.matamatapolitik.com/protes-anti-pemerintah-mereda-iran-salahkan-amerika-israel-dan-arab-saudi/)