copycat
12th March 2018, 10:39 AM
Jakarta - Nama eks Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) kembali ramai dibicarakan sebagai salah satu kandidat di Pilpres 2019. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memiliki pandangan terhadap kedua calon ini.
"Kalau melihat hasil polling, Pak Prabowo menjadi penantang yang paling tinggi ya, walaupun jaraknya masih jauh. Ya beliau (Gatot) masih di angka 2-3 persen sama dengan Mas Anies Baswedan sama dengan yang lain. Jadi tidak spesial ya dalam konteks kontestasi itu," ujar Sekjen PSI Raja Juli Antoni di kantor DPP PSI, Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Sabtu (10/3/2018).
Namun PSI menyebut semuanya diserahkan langsung kepada Jokowi untuk menentukan pasangannya pada Pilpres 2019. PSI sebelumnya berharap Jokowi melirik anak muda untuk dijadikan pasangannya nanti.
"Ini akan menjadi junior partner untuk membangun bangsa ini, sekaligus yang bisa di-grooming untuk membangun Indonesia 5 tahun ke depan setelah Jokowi lengser. Supaya ada sustainibility ya. Jadi apa yang sudah dipikirkan dan dibangun akan berkelanjutan," terangnya.
Juli Antoni juga menanggapi soal kans AHY pada 2019. AHY dianggap memiliki jam terbang yang kurang banyak dan Juli Antoni belum mengetahui track record anak pertama Presiden SBY ini.
"Ya Pak AHY tokoh muda meskipun karier militernya tidak terlalu tinggi karena beliau kemarin mengambil keputusan untuk berhenti dan maju di Jakarta. Memang terus terang kami belum mengetahui track record beliau. Karena memang jam terbang yang masih kurang," ucapnya.
"Tapi kalau lihat dia bicara, leadership, gesturnya, kelihatanlah sebagai anak mantan presiden dan ya nggak apa-apa. Namanya politik, dinamis ya. Kalau beliau jadi cawapres, kalau Pak Jokowi rela bersedia, saya kira itu terserah Jokowi ya," sambungnya.
Namun, jika nantinya Partai Demokrat memilih bergabung mengusung Jokowi di Pilpres 2019, Juli Antoni memprediksi AHY akan mendapatkan kursi di kabinet Jokowi pada periode 2019-2024.
"Beliau bisa membuktikan di periode lima tahun kedua Pak Jokowi memimpin dan lima tahun ke depan. Who knows dia akan menjadi capres atau cawapres," ujarnya.
(fiq/jor)
Sumber : Detik
"Kalau melihat hasil polling, Pak Prabowo menjadi penantang yang paling tinggi ya, walaupun jaraknya masih jauh. Ya beliau (Gatot) masih di angka 2-3 persen sama dengan Mas Anies Baswedan sama dengan yang lain. Jadi tidak spesial ya dalam konteks kontestasi itu," ujar Sekjen PSI Raja Juli Antoni di kantor DPP PSI, Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Sabtu (10/3/2018).
Namun PSI menyebut semuanya diserahkan langsung kepada Jokowi untuk menentukan pasangannya pada Pilpres 2019. PSI sebelumnya berharap Jokowi melirik anak muda untuk dijadikan pasangannya nanti.
"Ini akan menjadi junior partner untuk membangun bangsa ini, sekaligus yang bisa di-grooming untuk membangun Indonesia 5 tahun ke depan setelah Jokowi lengser. Supaya ada sustainibility ya. Jadi apa yang sudah dipikirkan dan dibangun akan berkelanjutan," terangnya.
Juli Antoni juga menanggapi soal kans AHY pada 2019. AHY dianggap memiliki jam terbang yang kurang banyak dan Juli Antoni belum mengetahui track record anak pertama Presiden SBY ini.
"Ya Pak AHY tokoh muda meskipun karier militernya tidak terlalu tinggi karena beliau kemarin mengambil keputusan untuk berhenti dan maju di Jakarta. Memang terus terang kami belum mengetahui track record beliau. Karena memang jam terbang yang masih kurang," ucapnya.
"Tapi kalau lihat dia bicara, leadership, gesturnya, kelihatanlah sebagai anak mantan presiden dan ya nggak apa-apa. Namanya politik, dinamis ya. Kalau beliau jadi cawapres, kalau Pak Jokowi rela bersedia, saya kira itu terserah Jokowi ya," sambungnya.
Namun, jika nantinya Partai Demokrat memilih bergabung mengusung Jokowi di Pilpres 2019, Juli Antoni memprediksi AHY akan mendapatkan kursi di kabinet Jokowi pada periode 2019-2024.
"Beliau bisa membuktikan di periode lima tahun kedua Pak Jokowi memimpin dan lima tahun ke depan. Who knows dia akan menjadi capres atau cawapres," ujarnya.
(fiq/jor)
Sumber : Detik