PenghuniForum
20th May 2019, 01:26 PM
https://asianparent-assets-id.dexecure.net/wp-content/uploads/sites/24/2018/11/ritual-menyapih-anak-cara-menyapih-anak-secara-alami-featured.jpg
Bunda pasti sudah tahu bahwa usia menyapih anak itu 2 tahun. Jadi, ketika si kecil sudah berusia 2 tahun, ia seharusnya sudah tidak lagi minum ASI.
Sayangnya, banyak ibu yang tetap memberikan ASI. Kebanyakan secara terpaksa lantaran anak tidak mau disapih. Di sisi lain, ada juga seorang ibu yang tidak tega jika harus menyapih. Pasalnya, anak sering menangis dan meminta untuk ngempeng, terutama ketika mau tidur.
Beberapa ibu memang berhasil menyapih. Namun, tidak sedikit yang gagal. Karena mereka malu lantaran anaknya masih minum ASI, biasanya mereka menggunakan cara yang sedikit paksaan. Menyapih dengan sedikit paksaan.
Cara tersebut dianggap lazim dilakukan. Hal ini disebabkan para ibu terdahulu pun melakukannya. Padahal, bisa jadi itu hal yang sangat tidak dianjurkan.
Menurut keterangan ahli psikologi anak, usia menyapih anak adalah usia di mana sudah ada ikatan yang kuat antara ibu dan anak. Hal ini dikarenakan sudah selama 2 tahun anak minum ASI dan mendapatkan kenyamanan dengan cara tersebut.
Lalu, ikatan tersebut menjadi rusak karena seorang ibu menyapih dengan cara memaksa. Anak merasa sudah tidak disayangi lagi orang sang ibu. Dalam bahasa media, anak mengalami trauma.
Teknik Menyapih yang Sering Dilakukan
Beberapa teknik menyapih memang sudah lazim dilakukan. Akan tetapi, sedikit apapun paksaan tersebut, ada risiko anak mengalami trauma.
Apa saja teknik menyapih yang sangat mungkin menyebabkan trauma pada anak? Berikut ini penjelasannya.
Mengoleskan Daun Pahit
Ini yang paling sering dilakukan oleh para ibu di pedesaan. Di sana, mudah sekali untuk mendapatkan daun yang rasanya pahitan. Mereka menyebutnya dengan nama ‘daun pahitan.’
Caranya pun sangat mudah. Cukup ambil daun tersebut. Oleskan pada bagian puting. Maka ketika si kecil ngempeng, ia akan kepahitan. Hingga akhirnya anak tidak suka dan tidak mau lagi minum ASI.
Mengoleskan Pasta Gigi
Bagi yang sulit mendapatkan daun pahit, mereka biasanya memanfaatkan pasta gigi. Ini cara yang paling mudah untuk dilakukan. Selain itu, ini juga cara yang aman karena pasta gigi tidak akan tertelan. Cukup dengan mengoleskan sedikit pasta gigi pada puting. Anak akan merasa kepedasan sehingga ia tidak mau lagi minum ASI.
Mengoleskan Sambal
Sebenarnya, ini cara yang paling ekstrim. Ada anak yang sudah tidak mempan ketika puting diolesi dengan daun pahitan atau pasta gigi. Ini dianggap sebagai solusi terakhir. Dan biasanya, ini dilakukan ketika anak sudah berusia hampir 3 tahun tapi masih saja ngempeng.
Apakah Bunda juga melakukan hal yang sama? Cara tersebut memang terkadang yang paling efektif. Akan tetapi, sebaiknya cara tersebut tidak Bunda lakukan karena ada risiko anak mengalami trauma. Tentu ini tidak Bunda inginkan, bukan?
Maka dari itu, sebaiknya Bunda pelajari cara yang tidak menimbulkan trauma. Namanya weaning with love. Jika Bunda terapkan sesuai dengan aturan, Bunda bisa menyapih tanpa trauma.
Menyapih Tanpa Menyakiti
Yang terpenting adalah komitmen. Apakah Bunda punya komitmen yang kuat untuk menerapkan cara menyapih yang tepat?
Hindari Menawari ASI
Apa yang Bunda lakukan jika anak tidak berhenti menangis? Kebanyakan ibu langsung menawari ASI kepada sang buah hati. Inilah yang menyebabkan proses penyapih saat sulit meskipun sudah sampai pada usia menyapih anak (https://www.dancow.co.id/dpc/artikel/kenali-waktu-yang-tepat-untuk-menyapih-si-kecil).
Menangis itu bisa disebabkan oleh banyak faktor. Bisa saja itu disebabkan rasa kantuk. Dan khusus untuk alasan ini, sebaiknya jangan tawari anak untuk minum ASI.
Alihkan dengan cara lain. Contohnya saja gendong dan ajak anak jalan-jalan. Berikan rasa nyaman tanpa harus menawari anak minum ASI.
Mengurangi Frekuensi Pemberian ASI
Tentu saja Bunda tidak menghentikan ASI begitu saja. Harus ada tahap-tahapannya. Dan ini harus Bunda lakukan.
Sebelum sampai usia menyapih anak, yaitu usia 2 tahun, usahakan Bunda sudah mulai mengurangi frekuensi pemberian ASI ini. Jika Bunda memberikan ASI tiga kali sehari, kurangi menjadi 2 kali. Berikan ASI ketika anak anak mau tidur siang dan malam saja.
Lalu, kurangi lagi menjadi satu kali. Lakukan secara bertahap. Namun, pada saat yang sama, ganti dengan memberikan minuman yang lain, seperti membuatkan jus buah atau susu balita terbaik.
Buat Perjanjian
Anak usia 2 tahun sudah bisa diajak berbicara. Jadi, bisa saja Bunda mengajak anak untuk berdiskusi.
Buat anak mengerti bahwa usia menyapih anak itu 2 tahun. Berikan pemahaman bahwa anak sudah tidak lagi kecil melainkan sudah dewasa. Dan itu artinya anak tidak lagi harus ngempeng.
Buat perjanjian. Contohnya saja Bunda hanya memperbolehkan anak ngempeng di malam hari. Selain itu, anak bisa minum susu balita.
Weaning with love pada dasarnya bisa diterapkan asalkan Bunda sabar menghadapi sang buah hati. Dan ini bukan perkara yang mudah. Butuh waktu dan juga usaha yang keras agar proses menyapih tanpa menyakiti ini berhasil.
Namun, sebaiknya Bunda menikmati proses ini. Bunda akan merasakan adanya hubungan dengan anak yang semakin kuat. Karena saat proses menyapih ini, Bunda akan lebih banyak berinteraksi dengan sang buah hati.
Awalnya, Bunda akan memberikan pemahaman tentang menyapih bagi anak. Dan ketika Bunda berhasil, itu artinya anak mengerti apa yang Bunda sampaikan.
Bukankah itu pencapaian yang membanggakan? Maka dari itu, saat usia menyapih anak, hindari menyapih dengan paksaan. Manfaatkan momen ini untuk menyapih dengan cara yang tepat sekaligus untuk memperkuat hubungan dengan sang buah hati.
Bunda pasti sudah tahu bahwa usia menyapih anak itu 2 tahun. Jadi, ketika si kecil sudah berusia 2 tahun, ia seharusnya sudah tidak lagi minum ASI.
Sayangnya, banyak ibu yang tetap memberikan ASI. Kebanyakan secara terpaksa lantaran anak tidak mau disapih. Di sisi lain, ada juga seorang ibu yang tidak tega jika harus menyapih. Pasalnya, anak sering menangis dan meminta untuk ngempeng, terutama ketika mau tidur.
Beberapa ibu memang berhasil menyapih. Namun, tidak sedikit yang gagal. Karena mereka malu lantaran anaknya masih minum ASI, biasanya mereka menggunakan cara yang sedikit paksaan. Menyapih dengan sedikit paksaan.
Cara tersebut dianggap lazim dilakukan. Hal ini disebabkan para ibu terdahulu pun melakukannya. Padahal, bisa jadi itu hal yang sangat tidak dianjurkan.
Menurut keterangan ahli psikologi anak, usia menyapih anak adalah usia di mana sudah ada ikatan yang kuat antara ibu dan anak. Hal ini dikarenakan sudah selama 2 tahun anak minum ASI dan mendapatkan kenyamanan dengan cara tersebut.
Lalu, ikatan tersebut menjadi rusak karena seorang ibu menyapih dengan cara memaksa. Anak merasa sudah tidak disayangi lagi orang sang ibu. Dalam bahasa media, anak mengalami trauma.
Teknik Menyapih yang Sering Dilakukan
Beberapa teknik menyapih memang sudah lazim dilakukan. Akan tetapi, sedikit apapun paksaan tersebut, ada risiko anak mengalami trauma.
Apa saja teknik menyapih yang sangat mungkin menyebabkan trauma pada anak? Berikut ini penjelasannya.
Mengoleskan Daun Pahit
Ini yang paling sering dilakukan oleh para ibu di pedesaan. Di sana, mudah sekali untuk mendapatkan daun yang rasanya pahitan. Mereka menyebutnya dengan nama ‘daun pahitan.’
Caranya pun sangat mudah. Cukup ambil daun tersebut. Oleskan pada bagian puting. Maka ketika si kecil ngempeng, ia akan kepahitan. Hingga akhirnya anak tidak suka dan tidak mau lagi minum ASI.
Mengoleskan Pasta Gigi
Bagi yang sulit mendapatkan daun pahit, mereka biasanya memanfaatkan pasta gigi. Ini cara yang paling mudah untuk dilakukan. Selain itu, ini juga cara yang aman karena pasta gigi tidak akan tertelan. Cukup dengan mengoleskan sedikit pasta gigi pada puting. Anak akan merasa kepedasan sehingga ia tidak mau lagi minum ASI.
Mengoleskan Sambal
Sebenarnya, ini cara yang paling ekstrim. Ada anak yang sudah tidak mempan ketika puting diolesi dengan daun pahitan atau pasta gigi. Ini dianggap sebagai solusi terakhir. Dan biasanya, ini dilakukan ketika anak sudah berusia hampir 3 tahun tapi masih saja ngempeng.
Apakah Bunda juga melakukan hal yang sama? Cara tersebut memang terkadang yang paling efektif. Akan tetapi, sebaiknya cara tersebut tidak Bunda lakukan karena ada risiko anak mengalami trauma. Tentu ini tidak Bunda inginkan, bukan?
Maka dari itu, sebaiknya Bunda pelajari cara yang tidak menimbulkan trauma. Namanya weaning with love. Jika Bunda terapkan sesuai dengan aturan, Bunda bisa menyapih tanpa trauma.
Menyapih Tanpa Menyakiti
Yang terpenting adalah komitmen. Apakah Bunda punya komitmen yang kuat untuk menerapkan cara menyapih yang tepat?
Hindari Menawari ASI
Apa yang Bunda lakukan jika anak tidak berhenti menangis? Kebanyakan ibu langsung menawari ASI kepada sang buah hati. Inilah yang menyebabkan proses penyapih saat sulit meskipun sudah sampai pada usia menyapih anak (https://www.dancow.co.id/dpc/artikel/kenali-waktu-yang-tepat-untuk-menyapih-si-kecil).
Menangis itu bisa disebabkan oleh banyak faktor. Bisa saja itu disebabkan rasa kantuk. Dan khusus untuk alasan ini, sebaiknya jangan tawari anak untuk minum ASI.
Alihkan dengan cara lain. Contohnya saja gendong dan ajak anak jalan-jalan. Berikan rasa nyaman tanpa harus menawari anak minum ASI.
Mengurangi Frekuensi Pemberian ASI
Tentu saja Bunda tidak menghentikan ASI begitu saja. Harus ada tahap-tahapannya. Dan ini harus Bunda lakukan.
Sebelum sampai usia menyapih anak, yaitu usia 2 tahun, usahakan Bunda sudah mulai mengurangi frekuensi pemberian ASI ini. Jika Bunda memberikan ASI tiga kali sehari, kurangi menjadi 2 kali. Berikan ASI ketika anak anak mau tidur siang dan malam saja.
Lalu, kurangi lagi menjadi satu kali. Lakukan secara bertahap. Namun, pada saat yang sama, ganti dengan memberikan minuman yang lain, seperti membuatkan jus buah atau susu balita terbaik.
Buat Perjanjian
Anak usia 2 tahun sudah bisa diajak berbicara. Jadi, bisa saja Bunda mengajak anak untuk berdiskusi.
Buat anak mengerti bahwa usia menyapih anak itu 2 tahun. Berikan pemahaman bahwa anak sudah tidak lagi kecil melainkan sudah dewasa. Dan itu artinya anak tidak lagi harus ngempeng.
Buat perjanjian. Contohnya saja Bunda hanya memperbolehkan anak ngempeng di malam hari. Selain itu, anak bisa minum susu balita.
Weaning with love pada dasarnya bisa diterapkan asalkan Bunda sabar menghadapi sang buah hati. Dan ini bukan perkara yang mudah. Butuh waktu dan juga usaha yang keras agar proses menyapih tanpa menyakiti ini berhasil.
Namun, sebaiknya Bunda menikmati proses ini. Bunda akan merasakan adanya hubungan dengan anak yang semakin kuat. Karena saat proses menyapih ini, Bunda akan lebih banyak berinteraksi dengan sang buah hati.
Awalnya, Bunda akan memberikan pemahaman tentang menyapih bagi anak. Dan ketika Bunda berhasil, itu artinya anak mengerti apa yang Bunda sampaikan.
Bukankah itu pencapaian yang membanggakan? Maka dari itu, saat usia menyapih anak, hindari menyapih dengan paksaan. Manfaatkan momen ini untuk menyapih dengan cara yang tepat sekaligus untuk memperkuat hubungan dengan sang buah hati.