Yuk Intip Bolehkah Shalat Witir Satu Rakaat

[steven99]

Shalat witir adalah salah satunya shalat sunah yang seringkali diselesaikan oleh Rasulullah Saw. Ditambah lagi tiap-tiap bulan Ramadhan, shalat ini tetap dilaksanakan sesudah shalat tarawih, meski sesungguhnya dapat dilaksanakan di luar bulan Ramadhan.

Akan tetapi kadang-kadang sebagian orang yang pagi hari sampai sore kerja, rada payah hingga meski kadang-kadang cuma dilaksanakan sejumlah tiga rakaat, berasa masih tetap rada berat.
Baca juga :*tata cara sholat tahajud lengkap

Terus, berapakah sesungguhnya bilangan shalat witir? Bolehkah bila cuma kerjakan satu rakaat? Tidakkah satu termasuk juga bilangan ganjil (witir) ?

Dalam perihal ini, banyak ulama tidak serupa masukan. Imam Malik menuturkan kalau shalat witir mesti didahului dengan shalat ganjil, yaitu minimum dua rakaat hingga menurut Imam Malik, tiga merupakan batas minimum. Itu juga mesti dibagi : dua rakaat serta satu rakaat.

Sedang Imam Abu Hanifah beranggapan kalau bilangan witir merupakan tiga rakaat dengan 1x salam. Akan tetapi, Imam As-Syafi‘i beranggapan kalau cukuplah satu rakaat telah termasuk juga shalat witir.

Ibn Rusyd Al-Hafid memaparkan letak ketidaksamaan pada ketiganya dalam Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid.

Imam Malik menuturkan kalau shalat witir mesti tersusun dari shalat dua rakaat (as-syaf’u) serta satu rakaat (al-witr) . Masukan yang tidak serupa dengan Abu Hanifah ini mendasarkan argumennya pada suatu hadits yang menuturkan kalau Rasul mengganjilkan rakaat witir sesudah kerjakan shalat per dua rakaat.
Hadits itu diriwayatkan oleh Abdullah bin Qays dari Aisyah RA.

عن عبد الله بن قيس قال : قُلْتُ لِعَائِشَةَ بِكَمْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم يُوْتِرُ؟ قَالَتْ : كاَنَ يُوْتِرُ بِأَرْبَعٍ وَثَلَاثٍ وَسِتٍّ وَثَلَاثٍ وَثَمَانٍ وَثَلَاث وَعَشَرَ وَثَلَاثٍ وَلَمْ َيكُنْ يُوْتِرُ بِأَنْقَصِ مِنْ سَبْعٍ وَلَا بِأَكْثَرَ مِنْ ثَلَاثَ عَشْرَةَ

Mempunyai arti, “Dari Abdullah bin Qays, dia berkata kalau Saya menanyakan pada Aisyah RA berkenaan banyaknya rakaat Rasul Saw kerjakan shalat witir? Aisyah menjawab kalau Rasul kerjakan shalat witir dengan empat rakaat ditambah tiga rakaat (tujuh rakaat) , enam rakaat ditambah tiga rakaat (sembilan rakaat) , delapan serta tiga rakaat (sebelas rakaat) , serta sepuluh ditamba tiga rakaat (tiga belas rakaat) . Rasul tak pernah kerjakan shalat witir kurang dari tujuh rakaat atau lebih dari tiga belas rakaat. ”

Menurut Imam Malik, bagaimana dapat diganjilkan bila tak didahului oleh shalat genap (shalat dua rakaat) terlebih dulu.
Simaklah :*dzikir dan doa sesudah sholat tahajud

Sedang Imam Abu Hanifah beranggapan kalau bilangan witir merupakan tiga rakaat dengan 1x salam. Perihal ini berpedoman pada hadits Rasul kalau shalat maghrib merupakan witir.

Abu Hanifah tak ambil dalil dari hadits-hadits perihal shalat witir sama seperti dideskripsikan dalam kisah Aisyah sebab pembawaan hadits itu merupakan pilihan hingga hadits itu tak dapat jadikan alasan berapakah yang pasti banyaknya rakaat witir.

Dalam perihal ini Imam Abu Hanifah lebih pilih memanfaatkan qiyas. Buat Abu Hanifah, suatu yang punyai padanan karena itu hukumnya sama.

Menurut Abu Hanifah, berdasar pada hadits shalat Maghrib merupakan witir siang, sedang banyaknya rakaatnya merupakan tiga rakaat, karena itu shalat witir malam juga disamakan dengan banyaknya rakaat yang sama, yaitu tiga rakaat dengan satu salam.

فإن لأبي حنيفة أن يقول : إنه إذا شبه شيء بشيء وجعل حكمهما واحدا كان المشبه به أحرى أن يكون بتلك الصفة ولما شبهت المغرب بوتر صلاة النهار وكانت ثلاثا وجب أن يكون وتر صلاة الليل ثلاثا

Mempunyai arti, “Sesungguhnya Abu Hanifah berkata jika ada suatu yang serupa suatu yang berbeda, karena itu hukumnya jadi satu. Suatu yang serupa (dalam perihal ini witir malam) lebih pas untuk disamakan dengan pembawaan yang diserupai (shalat maghrib) . Sewaktu shalat maghrib diserupakan dengan witir shalat nahar serta dilaksanakan dengan tiga rakaat, karena itu shalat witir malam pun kudu dilaksanakan dengan tiga rakaat, ” (Lihat Ibnu Rusyd Al-Hafid, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, [Mesir : Mathbaah Musthafa Al-Babi Al-Halabi, 1975 M], juz I, halaman 201) .

Imam As-Syafi‘i coba mengantarai ke-2 masukan itu. Dia menuturkan kalau bilangan rakaat witir merupakan cukuplah satu rakaat. Dia berdasar pada hadits yang memaparkan kalau Rasul shalat witir dengan satu rakaat.

قالت عائشة : أنه صَلَّى الله عليه وسلم كان يصلي من الليل إحدى عشرة ركعة يوتر منها بواحدة

Mempunyai arti, “Aisyah berkata kalau sebetulnya Rasulullah SAW kerjakan shalat malam sejumlah sebelas rakaat serta antara lainnya dilaksanakan dengan ganjil (witir) dengan satu rakaat. ”

Dalam hadits berbeda pun di sebutkan kalau Rasul menyuruh bila cemas datang shalat subuh, karena itu shalat witir saja dengan satu rakaat. Hadits itu diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA :

صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى فَإِذَا رَأَيْتَ أَنَّ الصُّبْحَ يُدْرِكُكَ فَأَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ

Mempunyai arti, “Shalat malam itu ditunaikan dua rakaat dua rakaat, bila kamu menyaksikan waktu subuh telah dekat, karena itu ganjilkanlah dengan satu rakaat. ”

Oleh lantaran itu, buat yang ikuti Imam As-Syafii, di ijinkan kerjakan shalat witir dengan satu rakaat tiada kerjakan shalat sunah dua rakaat terlebih dulu. Sedang buat penganut Imam Malik, diwajibkan untuk kerjakan shalat ganjil terlebih dulu sebelum kerjakan shalat witir. Buat pengikut Imam Abu Hanifah, shalat witir mesti ditunaikan dengan tiga rakaat serta 1x salam. Wallahu a‘lam.