Nuri dan Kakatua Marak Diperdagangkan

[buldog]

Perdagangan satwa liar, terpenting burung, ramai berlangsung. Nuri serta kakatua ialah type yang seringkali diselundupkan dari lokasi timur Indonesia ke arah Pulau Jawa, lewat jalan laut. Kapan pekerjaan menggelisahkan ini dapat disudahi?

Catatan PROFAUNA Indonesia tunjukkan, sekurang-kurangnya ada 3.000 penangkapan nuri bayan, kakatua putih, serta kasturi ternate, khusunya di Halmahera Selatan serta Maluku Utara, yang terdata mulai November 2016 sampai Januari 2017. Propinsi Jawa Timur, jadi salah satunya daerah arah perdagangan dan lokasi yang jadikan menjadi transit.

“Jawa Timur serta Surabaya masih tetap jadi daerah transit serta penyebaran perdagangan burung dari lokasi Indonesia timur, seperti Maluku, Maluku Utara, Halmahera serta Papua,” kata Bayu Sandi, Juru Kampanye PROFAUNA Indonesia, akhir minggu ini.

Berkaitan tingginya perdagangan satwa liar, dalam perihal ini nuri serta kakatua putih, PROFAUNA Indonesia minta penduduk tidak untuk beli burung nuri, kakatua, ataupun kasturi ternate. “Karena, hidup burung itu di alam, bukan dalam kurungan.”

Beberapa supporter PROFAUNA Indonesia berkampanye kenakan baju burung nuri serta kakatua putih, berdiri di muka banner bertuliskan “Jangan Beli Burung Nuri serta Kakatua”, dan “Burung Nuri serta Kakatua Lebih Indah di Alam”. Mereka berorasi di muka gedung DPRD Propinsi Jawa Timur, Jalan Indrapura, Surabaya.

“Kita menggerakkan pemerintah wujudkan perlindungan ke-2 burung itu, sedang untuk penduduk, kami berharap tidak membelinya sebab mereka lebih indah di alam.”

Kakatua putih hasil sitaan Polair Maluku Utara dalam kandang karantina BKSDA Maluku di Ternate. Beberapa kakatua putih ini sudah dikembalikan ke alam liar pada 3 Juni 2016 kemarin. Photo: Grace Ellen/Burung Indonesia

Next : ingin memelihara burung nuri

Bayu menjelaskan, nuri serta kakatua akan terancam punah dalam lima sampai sepuluh tahun depan, jika tidak ada pergantian dalam soal perlindungan. Perdagangan makin ramai dikerjakan lewat sosial media, keadaan yang semakin menyusahkan pengungkapan serta penangkapan aktor, di banding tangkap langsung di pasar burung atau pasar satwa.

“Kira-kira 80 % lewat Facebook perdagangannya, cukup sulit mengendusnya sebab online,” paparnya.

Untuk sepasang kakatua putih, Bayu mengakui sempat ditawari di sosial media seharga Rp20 juta. Menurut dia, harga satwa liar umumnya tetap bertambah jika telah ada di Pulau Jawa, di harga sekitar beberapa ratus ribu sampai juta-an rupiah.

“Jawa Timur itu transitnya, lewat Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, disana harga bertambah sebab akan di jual ke daerah lainnya ataupun luar negeri.”

Kehadiran nuri serta kakatua di alam mempunyai manfaat sendiri, seperti dalam satwa lainnya dalam rantai ekosistem. “Hilangnya salah satunya spesies di alam akan memengaruhi kesetimbangan ekosistem, yang berarti akan memunculkan masalah pada manfaat ekosistem itu,” katanya.

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur, Ayu Dewi Utari menjelaskan, usaha pengusutan pada aktor perdagangan satwa selalu dikerjakan, termasuk juga lewat cara represif atau penangkapan.

Ayu menjelaskan, usaha mencegah jadi prioritas terpenting pada lokasi sebagai asal satwa liar diamankan serta diperjual-belikan. Pengamanan serta pengawasan mesti dikerjakan oleh semua pihak, termasuk juga keterkaitan penduduk untuk memberi laporan.

“Kalau sama-sama memercayakan akan sulit. Kami meminta yang di daerah lainnya ikut tingkatkan pengawasan serta penjagaan, terpenting pada muatan kapal yang akan pergi. Jangan pernah ada yang lolos,” tandas Ayu.