Hukum Haid Saat Haji dan Umroh Beserta Solusinya

[rai_ihan]

Wanita sudah koderatnya mengalami haid atau menstruasi yang datang setiap bulan. Periode ini merupakan hal biologis yang tidak dapat kita tolak dan kita atur kedatangannya. Periode bulanan ini sudah diatur dalam islam, bahwa wanita yang sedang haid tidak diperbolehkan untuk melaksanakan sholat dan puasa. Hal ini dikarenakan haid merupakan kondisi yang tidak suci, sedangkan untuk menghadap Allah SWT harus dalam kondisi suci.

Karena sudah diatur dan memiliki ketetapan dalam agama, haid bukanlah masalah. Yang mungkin menjadi masalah adalah ketika haid datang saat berada di tanah suci untuk melaksanakan ibadah haji ataupun umroh. Lantas bagaimana jika terjadi hal demikian pada wanita?

Seluruh aspek kehidupan manusia dalam islam telah diatur, termasuk hal-hal terkecil sekalipun seperti hukum datang periode haid saat berhaji dan berumroh. Dalam tulisan ini tim umroh.winatour.com, sebagai travel umroh yang terdaftar di Departemen Agama akan mengulasnya sedetail mungkin untuk Anda.

Dalam riwayat Muslim terdapat kisah, yaitu saat Aisyah sedang berhaji dengan Rasul. Ketika Aisyah bertanya, Rasullah SAW menjawab, “Haid adalah kondisi yang Allah takdirkan untuk putrid Adam. Lakukan yang dilakukan jamaah haji, hanya saja jangan melakukan tawaf di Baitullah sebelum suci.” (HR. Bukhari 294 & Mulim 2996). Kemudian Aisyah melaksanakan semua aktifitas haji namun saat Thawaf dan sa’i dilakukan setelah masa periode selesai.

Hadist di atas menunjukan bahwa wanita yang sedang mengalami haid diperbolehkan atau sah untuk melakukan amalan-amalan haji kecuali yang telah Thawaf. Ihram pada saat haid baik umroh ataupun haji sah hukumnya. Yang perlu dilakukan adalah ketika haid sampai di miqat, hendaknya mandi dan melakukan istisfar baru kemudian memulai ihram. Yang dimaksud istisfar adalah menggunakan pembalut lebih rapat, sehingga dipastikan tidak ada darah yang merembes ke celana.

Nah, diatas merupakan aturan atau hukum mengenai haji dan umroh saat haid. Tetapi, menunggu kondisi kembali bersih dan suci untuk melakukan Thawaf dan Sa’i hanya dapat dilakukan oleh kaum wanita yang tinggal di Jazirah Arab. Lantas bagaimana dengan jamaah wanita yang datang dari jauh dan jadwal kepulangan sudah mepet? Tidak mungkin wanita tersebut untuk tinggal lebih lama di tanah suci atau pulang tanpa melakukan thawaf karena wajib dilakukan dalam rukun haji.

Dari masalah tersebut, para ulama telah menyepakati bahwa dalam keadaan mendesak, wanita diperbolehkan untuk melaksanakan thawaf meski harus berthoharoh ketika thawaf. Ibnu Qayyim dalam I’lamul Muwaqin, “Sesungguhnya perkataan dan fatwa para ulama yang menyaratkan dan membuat wajib itu diterapkan jika keadaan mampu dan punya kelapangan, bukan ketika keadaaan darurat dan tidak mampu. Fatwa dan perkataan para ulama tidaklah bertentangan dengan dalil syar’i.

Apabila masalah terjadi pada Anda saat di tanah suci baik untuk umroh ataupun haji, jangan sungkan untuk bertanya. Terlebih jika Anda masih bingung mengenai hukum ini, kami dari tim umroh.winatour.com sebagai travel umroh yang terdaftar di Departemen Agama selalu menyediakan pendamping haji sebagai tempat berkonsultasi untuk hal pribadi.