|
Register |
Notices |
Forum My Backpacker Ku Forum ini Membutuhkan Moderator, Silakan mendaftar !!! |
|
Thread Tools | Search this Thread | Display Modes |
19th October 2012, 12:20 AM | #1 |
Administrator
Join Date: 5 Jul 2012
Userid: 1
Posts: 5,047
Likes: 1,731
Liked 190 Times in 113 Posts
|
Traveling Story : Pertaruhan Menuju Hidden Paradise
source and courtesy : Adolf Izaak from mailing list indobackpacker
Pasti akan muncul puluhan bahkan ratusan nama-nama pantai untuk pertanyaan "pantai mana yang indah dan ter-indah di negeri ini ?". Maksudnya di Indonesia. Sangat mungkin daftar akan bertambah setiap tahun. Dari berbagai arus informasi di negeri ini ternyata masih banyak pantai yang belum terjamah namun memiliki keindahan. Namun kalau bertanya pantai mana yang PALING INDAH di negeri ini? Yakin akan berderet nama pantai muncul plus perdebatan. Bakalan debat panjang kalau sudah bicara "paling"...."paling".... Karena muara argumen berasal dari selera, rasa, kekaguman, yang sangat subyektif tentunya. Ditambah lagi sampai sekarang belum ada kriteria penuntun menilai keindahan sebuah pantai. Gara-gara testimoni Seseorang yang ku kenal sebagai "beach lover", punya banyak pengalaman mengunjungi pantai-pantai baik di negeri ini maupun di belahan negara lain, penggila traveling, memberikan komentar/testimoni pada sebuah foto di salah satu media sosial. Inti komentarnya mengatakan sebagai pantai "paling indah". Menanggapinya aku hanya tersenyum tidak yakin. Tidak ku tanggapi. Dalam hati ikut komentar, masa sich paling indah...? becanda doang nich...lebay ngga sich dia nulis begitu...? atau hanya sekedar "over promotion". Agak meragukan kesungguhan dia memberikan penilaian begitu. Tetapi saat bersamaan jadi mikir juga, masa iya ia pertaruhkan nama besar-nya tuk sekedar mengumbar "lebay" atau testimoni berlebihan semata. Rupanya aku termakan juga yang dia tulis. Padahal selama ini cuek-cuek aja tuch melihat foto-foto pantai yang di nilai "paling indah". Meski foto-foto itu menampilkan keindahan aku anggap hasil kutak-katik "oom Photoshop" atau sejenisnya. Sudah biasa itu percantik foto di era digital sekarang ini. Pantai Klayar... itu lah nama pantai yang fotonya ia komentari begitu. Ooo...pernah baca perihal pantai itu beberapa tahun lalu. Aku masih menyimpan sebuah link yang membuatku ngeri dan enggan ke sana. Ini linknya : http://www.fotografer.net/forum/foru...?id=3193933613 Ah kog ngeri ya. Kalau rekan-rekan mengakses link di atas, isinya berupa MUSIBAH yang di alami sejumlah fotografer saat hunting di sana. Bukan musibah yang mengantar nyawa ke alam akhirat, melainkan kejadian tragis yang telah merengut "nyawa" yaitu sejumlah kamera dengan lensa yang oke punya. Hehehe...aku ngga mau lebay. Tampaknya sudah menjadi "kesepakatan" diantara rekan-rekan penggila moto nyawa pertama adalah kamera dan lensanya. Nyawa "kedua"...? stop ah ngga mau ngejawab. Tetapi...lagi-lagi testimoni itu mengusik pikiran. Seakan menjadi tertantang dan bertaruh ingin membuktikan apakah benar paling indah. Okelah, pengalaman ku tidak sebanyak dia. Hanya beberapa pantai saja yang pernah ku datangi di negeri ini. Mulai memutar memori membandingkan dengan beberapa pantai yang aku pribadi kagum keindahannya. Ah masa iya sich Klayar "paling indah". Duch....dalam hati sempat ngedumel juga. Kog jadi tiba-tiba testimoninya jadi mengusik ketenangan ya. Tergerak tuk cari info perihal pantai ini. Browsing...ketemu beberapa catatan perjalanan. Ah kog gitu-gitu aja. Hanya mengatakan indah...bagus...mempesona...dan sejenisnya. Kurang greget. Ngga ada yang mendukung menilai sebagai pantai "paling indah". Menariknya ketemu catatan lama beberapa komunitas fotografi perihal ajakan hunting di pantai ini. Majalah Traveling Fotografi edisi 1 2012 terbitan Kompas Gramedia hal 72 - 75 merekomenkan sebagai spot hunting favorit. Ditambah lagi salah satu majalah "besar", NG Traveler Vol 3 No 4, tahun 2011, cover depan menampilkan foto di spot ini. Adalah seorang bernama Misbachul Munir, yang cukup dipanggil Oom Munir, kebetulan ada juga di forum ini. Satu lagi Oom Yadi Yasin. Aku yakin di kalangan fotografer tidak meragukan kedua nama besar ini. Levelnya sudah di "strata" "juara", "pameran", "juri", "dosen", masih berjejer gelar yang lain. Maksudnya sudah sering menjuarai lomba foto, menyertakan foto-fotonya di pameran foto, di undang menjadi juri lomba foto, menjadi pengajar fotografi. Maaf Oom Munir (dan bos Yadi Yasin) kalau membaca posting ini. Jangan tersinggung ya. Tersipu boleh....Sekali lagi ini bukan lebay lho... I know you... Kaitannya Oom Munir dan Oom Yadi Yasin dengan Pantai Klayar? dalam sebuah testimoni menyebutkan beliau berdua rela ber-camping ria menunggu sunset dan sunrise di pantai itu. Wah kalau mereka berdua mau "stay" disana secara tidak langsung mengatakan ada yang menarik di sini. Bahkan mungkin lebih dari sekedar menarik. Pasti ada yang luar biasa menurut pandangan fotografinya.. Bertaruh Tapi....huuuuhhhh....lagi-lagi berkutat dengan ragu-ragu perihal musibah beberapa rekan fotografer tadi. Kalau aku harus ngalami musibah itu gimana ya? Mereka-mereka sich dengan segera bisa mengganti kamera dan lensanya. Lah wong dompetnya tebel. Lah kalau aku tuk beli satu kamera aja butuh penantian bertahun-tahun. Curhat ini aku sampaikan ke rekan fotografer yang tinggal di Bandung dan pernah kesana, sebutlah Pak Andi. Aku kenal dia sebagai fotografer outdoor yang suka tantangan. Aku bilang fotografer nekad, suka nyerempet-nyerempet bahaya, eeee dia ngga mau. "Gue hanya berani doang bukan nekad. Gue pake perhitungan ngga main asal tubruk kalau di alam", Ia bilang begitu mengoreksi julukkan nekad tadi. Chatting dengan beliau mendapat petuah yang cukup membesarkan hati. "Pertama, mata harus jeli. Jangan terpikat kalau ketemu obyek cakep lalu lupa di sekitarnya lalu ending masuk jurang. Kalau itu sich bukan alam yang ganas tapi loe-nya yang ceroboh. Kedua, ini yang penting, harus pandai-pandai membaca tanda-tanda alam. Di Klayar memang ombaknya besar. Khas laut selatan. Tapi....bukan berarti ngga bisa di kenali. Ombak besar tidak selalu nongol tiba-tiba. Pasti ada ombak kecil atau agak besar yang muncul dulu. Loe cermatin dech itu kondisi ombak. Liat baik-baik, amat-i pinggir tebing, ada batas air sebagai tolak ukur massa ombak. Kalau batas air masih rendah, okelah masuk ke tempat "berbahaya" tadi. Sebaliknya, jika memang sudah tinggi segera menjauh cari spot lain". Membaca petuah salah satu sesepuh fotografer rasanya cukup usaha mencari, menemukan, membaca, membayangkan, seperti apa pantai Klayar. Waktunya sudah cukup untuk "ketok palu", yes or no. Kesimpulannya aku harus kesana...!!! Ok.gak apa-apa sebagai ajang pertaruhan ku. Sebagai ajang pembuktian apakah benar sebagai pantai "paling indah". Kepingin tahu seperti apa unik, indah, dan sejenisnya, sehingga di gandrungi para fotografer khususnya. Kalau bagus ya datang lagi. Seandainya biasa aja, ya cukup sekali saja. Berbekal informasi dan mencermati pengalaman teman-teman yang pernah kesana, menimbang waktu yang terbatas, mulai membuat rencana rute. Waktu ku hanya bisa Sabtu Minggu. Rencana memilih Jakarta - Solo - Pacitan - Solo - Jakarta. Menghemat waktu perjalanan memilih sewa kendaraan 2 hari. Oke mantap.... Welcome my "old friend" Berikutnya....mau berangkat sama siapa? Adakah yang ingin di ajak...? Tuk yang satu ini, setelah merasakan kenikmatan beberapa ber-"solo traveling" alias pergi sendiri, kenapa ngga di lakukan lagi. Belakangan aku perlu meralat dan membuka diri kehadiran rekan yang sering ku panggil "cak". Karena memiliki ciri fisik kulit gelap bukan mata sipit jadinya tidak perlu ku panggil "ko cak". Walau karena celotehannya suka ku bilang "ko cak loe ya....". Satu lagi bergender wanita. Sempat ragu dengan keseriusannya tuk gabung karena biasanya prefer traveling ke luar negeri. Ternyata dengan percaya diri, tidak khawatir di kawal 2 cowok, punya tekad kuat tuk gabung. Oke...bertiga saja cukup. Ku kenal dua rekan ini tidak ribet, tidak bertele-tele, bukan tipe manja, siap menerima kondisi apa pun. Kalaupun mau ajak rekan maksimal bisa tambah 2 lagi sesuai kapasitas mobil. Dengan catatan jangan pada manja ya. Jangan rewel, jangan banyak maunya, bla...bla...Ngeri kalau tuntutannya banyak. Padahal belum pernah harus siap maklum dengan kemungkinan kondisi. Catatan juga, meski aku yang punya ide tetap bukan aku lho yang leading. Ngga ada yang jadi leader. Pun mau jadi leader tiga-tiga-nya jadi leader. Atas usulan si "Cak" kami sedikit merubah rute. Kalau dari awal start dan finish lewat solo, berubah lewat Yogya. Rutenya, Jakarta - Yogya - Pacitan - Solo - Jakarta. Pilihan lewat Yogya karena akan hunting sunrise di Istana Boko. Rencana pilihan transportasi dan hari keberangkatan berubah dikit. Sepakat kami bertiga berangkat jumat malam pulang kantor naik kereta Argo Lawu turun di Yogya. Di stasiun tugu dengan mobil yang sudah kami sewa berangkat ke Candi Boko. Setelah hunting disana langsung melanjutkan ke Pacitan. Hari minggu dari Pacitan kami menuju Solo, drop di Bandara Adi Sumarmo, lalu kembali ke Jakarta. |
|
Sponsored Links |
19th October 2012, 12:22 AM | #2 |
Administrator
Join Date: 5 Jul 2012
Userid: 1
Posts: 5,047
Likes: 1,731
Liked 190 Times in 113 Posts
|
Awal perjalanan menyenangkan. Berangkat menuju Yogya kami menggunakan kereta Argo Lawu turun di Yogya. Baik si "cak" maupun "Ve" sudah stand by sejam sebelum kereta berangkat. Syukurlah mereka bukan tipe suka mepet waktu. Kereta berangkat sesuai jadwal. Tiba di Yogya hanya meleset 15 menit, 03.45 dinihari. Rahmat, driver mobil yang kami sewa, malah belum datang. Aku request jam 4 tuk jemput untuk antisipasi keterlambatan. Ternyata tiba boleh dibilang tepat waktu. Wah hebat euy PT KAI sekarang. Siapa dulu menterinya ya.... Lho kog ngelantur... Setelah sarapan di Angkrinan atas ide si "cak", kami segera menembus subuh kota Yogya menuju perhentian awal Istana Boko. Menyenangkan....menikmati jalan yang masih sepi belum tersengat matahari. Hanya sampai jam setengah sembilan pagi hunting sunrise di istana Boko kami sudah dalam perjalanan menuju Pacitan. Perkiraan waktu sekitar 3 jam melewati 3 propinsi yaitu Yogya, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Target tiba kalau lancar dan semoga lancar ya sekitar jam 12 siang sudah masuk kota Pacitan. Bagi ku ini adalah pertama kali melewati rute Yogya - Wonosari - Punung - Pacitan - Klayar. Biasanya yang pertama kali pasti surprise. Aku berharap begitu. Maunya mata terus melek menikmati keunikan pemandangan yang baru pertama kali ku liat. Apa daya sulit menahan keinginan mata tuk terpejam. Lah wong di kereta tadi ngga bisa tidur. Padahal celotehan si "ko cak" di bangku belakang mestinya mampu bikin tawa. Oom SBY "Yang menarik, jika lewat Yogya, Mas bisa tahu sedang berada di provinsi mana dengan hanya melihat dan merasakan kondisi jalannya hahaha..." Masih ku simpan penggalan tulisan salah satu rekan di milis ini, mas Heru, yang menulis di atas. Wuaaa perbedaannya kog kontras banget ya. Allow...allow....apa kabar Pak Gubernur Jateng? Lho kog jadi ngelantur dot com sich manggil pak gubernur...hahaha.... Untungnya tidak lama kami berkutat dengan kondisi jalan yang sedemikian rupa. Kami tiba di ruas jalan yang begitu mulus. Lagi-lagi perbedaannya sangat kentara dengan jalan yang baru saja kami lalui. Kami sudah nyebrang ke propinsi Jawa Timur. Tidak lama kemudian kami melewati sebuah tiang yang melintas di atas jalan. Pelan, pelan, jalannya. itu ada tulisan, aku kepingin foto, pinta ku ke Rahmat untuk melambatkan laju mobil. "Selamat Datang di bumi kelahiran Presiden SBY". Yeaaaa......segera terjawab kenapa jalan menjadi mulus. Wuiii....mau ngaku dech sekarang. Sudah masuk periode kedua negeri ini di bawah kendali beliau, justru waktu persiapan trip ini baru tahu kalau beliau berasal dari Pacitan. Wah payah juga nich sebagai anak negeri. Seorang rekan di FB bertanya, lagi traveling kemana? Aku jawab lagi sowan ke kampung halaman Oom SBY. Di tanya lagi, dimana tuch....? asyiiiiikkkk....dapet temen. Ternyata bukan gue aja yang ngga tahu ya. Tiba di Pacitan kami tidak langsung menuju ke Pantai Klayar. Meski sebagai tujuan utama target tiba disana sekitar jam 4 sore. Lho kog begitu? Biasanya kalau tujuan utama harus di dahulukan. Iya...itu karena kami sekalian mengincar sunset disana. Kami bukan mau explore apalagi mau penelitian. Kami mau hunting. Lagi pula kalau masih siang bakalan kepanasan. Mumpung masih ada waktu kesempatan jalan-jalan ke tempat lain. Si "cak" sudah teriak perutnya lapeer. Wah dia mah kudu tertib ya jam makannya. Beda sama ku. Sore pun bisa dianggap makan siang. Ketemu warung makan atas petunjuk si "cak". Berhubung warung makan tidak jauh dari kota Pacitan dan Pantai Telengria, ya sekalian aja kesana. Padahal planning awal ngga pake acara mampir ke Telengria. Biasa aja info-nya. Kalau masuk kota Pacitan memang sudah di rencanakan kalau kepepet banget hanya tuk cari penginapan. Ngungsi ke Pacitan kalau memang di Klayar dan sekitarnya tidak ada kamar yang benar-benar layak. Sebuah papan kecil setinggi 2.5 meter terpampang di pinggir jalan utama. Bertuliskan : "Rumah Kediaman SBY (Susilo Bambang Yudhoyono)". Tulisan yang tidak besar dan mencolok mudah di baca. RI-1 satu ini memang orangnya low profile ya. Jangan bayangkan di rumah itu ada paspampres sebagaimana lazimnya rumah pejabat nomor 1 negeri ini. Jangan membayangkan bahu jalan dipake untuk parkir mobil polisi lazimnya rumah pejabat di Menteng. Tidak ada yang istimewa. Rumahnya malah tidak ada bedanya dengan rumah warga-warga lain. Mungkin kalau tidak plang bertuliskan itu sulit dikenali kalau itu rumah beliau. Wuaaa jalannya 'rek.... Dari Pacitan setelah mampir di Pantai Telengria dan pelabuhan kecil kami beranjak menuju Watukarung. Kenapa pilih Watukarung, kenapa tidak langsung ke Pantai Klayar? Masih ada waktu. Masih belum jam 4 sore. Infonya letak Klayar dan Watukarung hanya sebelahan aja. Satu lagi, nah ini yang penting, infonya di sana ada penginapan. Kami memutuskan tuk cari penginapan dulu. Menuju Watukarung sebenarnya simpel sekaligus ribet. Dari ruas jalan arah menuju Solo ada papan petunjuk arah menuju Watukarung. Kami tinggal mengikuti saja. Kami mulai masuk jalan pedesaan. Selama menuju Watukarung kami membuktikan informasi teman-teman yang pernah kesini. Jalan tidak terlalu bagus. Masih beraspal Cuma ya itu tadi banyak aspal yang rusak. Bisa di lalui mobil hanya saja cukup sempit. Kalau berpapasan dengan mobil lain salah satu harus ada yang menyingkir. Jalan berbelok-belok. Tidak hanya sekali kami menjumpai jalan menanjak yang cukup terjal. Saking terjalnya kalau tidak hati-hati atau terlalu nafsu memacu kendaraan bisa langsung kebablasan. Sebab begitu di atas tanjakan langsung turunan tajam. Wouuuwwww.....Jalannya gile nich...Untungnya bawa GPS, bisa ketahuan kira-kira berapa jauh lagi sisa perjalanan. Jadi meski jalan kurang bagus bisa menghibur diri, tinggal 1 kilo lagi...tinggal 500 meter lagi...tinggal 200 meter lagi.... Tiba di Watukarung...hhhhmmm...setuju dech kalau ada yang menulis nirwana untuk pantai ini. kami sudah terpikat dengan pemandangan pantai, deburan ombak, dan ornamen alam. Di pinggir pantai kami berjumpa dengan bule-bule yang entah bersiap akan atau baru saja surfing. Salah satu testimoni menyebutkan pantai ini sebagai "Nirwana denganOmbak Kelas Dunia". Ck...ck... Benar...ada beberapapenginapan disini. Cuma sayangnya di setiap penginapan tidak ada plang bertulisan "hotel..." ; "wisma...". Ada penginapan yang di gandrungi bule-bule. Letaknya persis di pinggir pantai. Harga per kamar 600 ribu. Untuk lokal non bule di kasih harga damai hanya 350 ribu. Sayang waktu itu sudah penuh. Kami mendapat informasi masih ada penginapan yang lain. Kalau memang penuh kami akan terima tawaran seorang pemilik toko tuk memanfaatkan 2 kamar kosong. Si "cak" memang kreatif. Dengan inisiatif-nya ia menemukan penginapan yang oke. Hebatnya masih sempat nawar lagi dan bisa. Ada penginapan yang letaknya 50 meter dari pinggir pantai. Satu penginapan hanya ada 4 kamar, lantai 2. Melihat kondisinya kami langsung naksir. Dengan harga 300 ribu kami mendapat 2 kamar di lantai atas, plus makan malam dan makan pagi. Dengan catatan menunya sebatas nasi goreng, mie rebus dan mie goreng ya. Lebih dari itu ya kudu nambah lagi. Oke...beres semua let's go ke Klayar Karena Watukarung dan Klayar bertetanggan, kalau surpan (susur pantai) bisa langsung potong kompas. Tapi karena naik mobil ya ngga bisa begitu. Kami harus menempuh mutar kurang lebih seperti huruf "U" terbalik. Beranjak dari Watu Karung yang letaknya di selatan menuju arah utara, belok kiri ke arah barat, terakhir belok kiri lagi ke selatan. Kira-kira begitu jalannya. Kondisi jalan gimana...? wah sepertinya Oom SBY harus mau plesiran main-main ke sini. Meski bisa dilalui mobil maupun motor rasanya pas untuk sedikit sport jantung. Sempit...beberapa ada yang rusak....tanjakan terjal...turunan jalan yang lumayan ekstrim...yeaaaa...mari nikmati aja. Coba tetap tenang, yakin dengan kemampuan driver, nikmati aja pemandangan bukit, lembah, dengan pepohanan lebat. Tapi itu tidak lama kog. Hanya sejam-an aja. Setelah itu kami tiba di perbukitan terakhir, bayar retribusi...dan....ooo my god...ooo my god....ngga salah nich yang aku liat.
|
19th October 2012, 12:23 AM | #3 |
Administrator
Join Date: 5 Jul 2012
Userid: 1
Posts: 5,047
Likes: 1,731
Liked 190 Times in 113 Posts
|
Welcome to (hidden) paradise
Sebuah areal yang di hadapan ku jelas tersaji deburan ombak kencang laut selatan. Bentang pasir putih. Bukit di sisi barat, kanan arah kedatangan. Gundukan karang besar. Jejeran pohon kelapa. Rumah-rumah kecil. Sapuan angin yang tidak kencang. Cahaya mentari sore yang membawa kehangatan. Selain itu menghadirkan pesona warna kekuning-kuning-an layaknya menjelang senja. Sadar se sadar-sadar-nya aku sudah berada di sebuah surga tersembunyi bernama Pantai Klayar. Perlahan mobil mengikuti jalan menurun hingga berhenti di pinggir pantai. Mungkin karena bulan puasa meski hari Sabtu suasana tidak ramai. Beberapa warung masih buka. Saat menginjak pantai ku pegang butiran pasir pantai berwarna putih, memang halus. Menatap kembali ke depan, kiri, kanan, membiarkan telinga mendengarkan alunan musik alam, inilah keindahan. Sebuah kata yang tidak mudah di uraikan, lebih tepat di rasakan. Ngga sabar ingin berada di atas bukit bagian barat. Bernafsu ingin menikmati pesona yang lebih ketimbang berada di bawah. Meyakinkan kembali di tubuh ku tidak ada yang berwarna hijau baik itu baju, tas kamera, dan lain-lain. Percaya tidak percaya dengan mitos warna hijau. Ini laut selatan lho. Konon penguasa laut selatan menyukai yang berwarna hijau. Berada disini sama sekali tidak bertujuan menunggu di jemput lalu menuju istana gaib. Ada jalan setapak. Di atas ada gardu pandang. Tidak peduli dangan sapuan angin kencang berjalan menuju gardu pandang. Baru jalan beberapa langkah sudah diam lagi untuk memencet tombol shutter kamera. Melangkah lagi...berhenti lagi...pemandangan yang terlalu sayang untuk di lewatkan tanpa menyimpan di memori kamera. Di puncak bukit aku berada di pinggir tebing. Cukup tinggi. Tidak ada batas pengaman supaya tidak terperosok jatuh. Jika itu terjadi langsung akan menghujam bebatuan karang di bawahnya. Kita sendiri yang harus menjaga keamanan diri. Menghadap timur lagi-lagi pemandangan indah tersaji di depan mata. Barisan ombak seakan silih berganti menuju pantai. Buih-buih, riak ombak, dari atas terlihat sebagai garis putih memanjang. Persis di bawah ku lihat seonggok batu karang besar yang terus menerus di terpa ombak. Mengingatkan lirik sebuah lagu "batu karang yang teguh...batu karang yang teguh...". Entah sudah berapa juta kali ia terpa ombak namun tetap bertengger di tempatnya. Seakan ingin mengatakan inilah keteguhan diriku. Hhhhmmm...bagus jadi obyek foto untuk ilustrasi. Krek...krek...tombol shutter menyala saat lensa mengarah ke sang batu karang. Melowww... Memandang laut lepas ada rasa ngeri sekaligus kagum. Ombak besar bergulung-gulung begitu mudah menyapu siapa saja yang menantang. Namun menyajikan pemandangan sangat menarik. Andai saja diriku adalah seniman pasti ingin berlama-lama di atas bukit ini. Seandainya aku pelukis, pasti ku bawa perangkat lukis, memuaskan diri menuangkan ide yang muncul. Yakin di suasana seperti ini, yang tenang sambil menatap pesona alam, akan muncul inspirasi untuk melukis. Kalau saja aku menjadi penulis novel, pasti betah berjam-jam. Suasana yang demikian sepi, tenang dengan musik alam, pemandangan indah, pasti menghadirkan berbagai paragraf cerita. Tidak jarang mendengar novelis yang perlu menyepi ke tempat seperti ini untuk merampungkan novelnya. Kalau saja aku seorang musikus, pencipta lagu, berada di sini pasti bisa menghasilkan beberapa lagu. Alam seperti pantai ini bisa memberikan sejuta inspirasi. Andaikan bisa bermain gitar alangkah nikmatnya bisa senandung. Teringat rekan ku yang sedang gandrung bermain biola. Kalau saja ia ada disini sambil menggesek biolanya....hhhhmmmm.... Nikmatnya menjadi seniman....Iya, meski bukan pelukis, penulis, pengarang lagu, disini aku pun bisa jadi seniman fotografi. Lah bukannya dari tadi mencet tombol shutter terus. Duch kog jadi melow begini....wis ah... Puas menikmati dari atas bukit saatnya menyusuri pantai menuju arah timur. Sebuah bukit telah menanti. Berjalan di pinggir di saat terik panas matahari berlalu memberikan kenikmatan tersendiri. Namun harus hati-hati ombak tenang tiba-tiba saja bisa di-ikut-i ombak besar. Khas Pantai Klayar Berjalan tidak tujuan sampai di bukit. Sebelum bukit sebuah laguna nan cantik telah berada di depan ku. Terlihat semakin cantik karena laguna di apit 2 gugusan batu karang, lalu mengalir gulungam ombak bening menerpa dinding karang. Terkadang ombak kecil terkadang ombak besar. Di tepi laguna ombak besar mengakhiri petualangannya sebelum kembali lagi ke laut lepas. Gugusan batu karang sebelah kiri (timur) laguna kalau di perhatikan mirip batu Sphinx di Mesir. Areal batu karang bisa di jelajahi. Pasti perlu hati-hati saat memanjat atau melewati karang-karang kecil. Disarankan memakai alas kaki jika tidak teriak kesakitan tergores atau luka. Melewati karang kecil dan tajam ternyata menjadi keasyikan tersendiri bagi yang menyukainya. Informasinya di celah-celah karang menjadi tempat persinggahan kepiting-kepiting kecil. Ingin mencoba berburu dijadikan santapan? Monggo silahkan. Tidak ada larangan kog. Di areal karang inilah juga yang menjadi keistimewaan serta ciri khas Pantai Klayar. Jangan kaget kalau tiba-tiba akan muncul air laut yang menyemprot ke atas. Tingginya bisa mencapai 10 meter. Mirip air mancur. Bisa terjadi akibat dorongan air laut melewati celah-celah karang. Saat itu juga muncul suara alami. Atraksi alam ini lah yang di juluki dan terkenal SERULING LAUT. Ingin mencoba dan merasakan sensasi, silahkan saja asal bersiap-siap basah kuyup. Karena tidak membawa penutup anti air di kamera aku tidak berani sampai jelajah kesana. Cukup melihat dari bawah. Aku yakin di sinilah musibah Klayar terjadi. Terbayang betapa ngerinya saat lagi konsen mengabadikan peristiwa alam tiba-tiba muncul ombak besar, menerpa kamera dan lensa. My god....No...no...Aku tidak ingin ngalami. Aku ingin pulang dengan "nyawa" utuh. Maksudnya kamera dan lensa ku aman. Melihat situasinya, tentu saat itu aku tidak terpikir ingin menabur bunga bagi rekan-rekan fotografer yang menjadi "korban" (bagian pertama tulisan ini). Makanya tidak terpikir juga membawa bunga...hahaha.... Melihat spot yang bagus segera mengeluarkan tripod, memasang kamera, konsen ke obyek yang akan di foto. Si "cak" pun melakukan yang sama. Sebelum fokus ke obyek kembali teringat petuah Pak Andi (bagian pertama), perhatikan tanda-tanda alam. Si "cak" pun melakukan yang sama. Ingat...waspada...jangan memicingkan mata, pasang tuch 2 mata...satu mata di jendela bidik satu mata lagi di lihat sekitarnya. Memperhatikan pinggir tebing, tidak terlihat tanda air meninggi, lalu mengambil jarak aman dari batas tepi ombak, bidik dan...krek...krek.... Sayang aku ngga sempat cari bocoran spot yang dipilih Oom Munir dan Pak Yadi Yasin (bagian pertama) saat ia hunting disini. Kalau saja sempat dapat informasi kepingin juga jajal di spot mereka berdua. Sebagai fotografer pengalaman mata mereka sudah terasah tuk mendapatkan momen yang bagus. Wah bener juga...gulungan ombak jelang tiba di tepi menjadi obyek artistik sat menggunakan teknik slow speed. Kegarangan ombak jadinya terlihat halus dan lembut saat menggunakan speed 2 detik. Berkali-kali ombak muncul bergantian menghempas batu karang dengan kuat lalu menimbulkan efek seperti air terjun di dinding batu karang. Di sertai buih-buih putih jika menggunakan speed lebih lama misalnya 5 detik efek aliran halus akan terekam jelas. Hhhhhmmm...saat melihat hasil di layar LCD inilah kenikmatan bagi yang suka moto alam. Di barat matahari mulai menghilang. Khas menjelang sunset rona dan bias-bias warna jingga alami mulai kuat terlihat. Hanya sayang posisi matahari hilang tidak di garis horizon laut. Mungkin kalau dari atas bukit bisa lebih bagus lagi. Seiring mulai gelap suka ngga suka harus pergi. Wuaaaaahhhh....sambil menghembus nafas panjang....Meski merasa belum optimal mendapatkan foto yang ku-inginkan, tetap ada rasa puas. Gelap mulai mengguyur. Pemilik warung sudah kembali rumahnya. Di sekitar kami tidak penerangan. Tapi...kami tertarik melihat 2 tenda. Setelah menyapa empunya tenda rupanya mereka ber-5 mahasiswa dari Yogya yang memang punya rencana camping di Klayar. Naik motor langsung dari Yogya. Berapa lama tuch kalau naik motor? Kata mereka sekitar 3.5 jam. Kurang lebih sama ya kalau naik motor. Ngga kebayang dengan kegiatan malam-malam gelap disini. Mungkin Oom Munir dan Pak Yadi waktu memilih bermalam menunggu sunrise, langsung tidur. Atau bikin api unggun, sambil menyedu indomie hangat. Mungkin juga sebelum ngantuk membahas pengalaman selama hunting tadi. Bagi si mahasiswa tadi bisa jadi sambil main gaple, belajar menyiapkan ujian...opppsss....pasti tidak mungkin kali ya. Yang mungkin sich main gitar, nyanyi sekeras-keras-nya, mengusir galau kalau memang lagi galau.... |
19th October 2012, 12:25 AM | #4 |
Administrator
Join Date: 5 Jul 2012
Userid: 1
Posts: 5,047
Likes: 1,731
Liked 190 Times in 113 Posts
|
Niat awal ku ke Klayar adalah ingin solo traveling alias pergi sendiri.
Ber-solo traveling ini sudah ku jalani hampir 2 tahun. Yang ternyata tidak kalah mengasyikan ketimbang pergi rombongan. Apalagi ke Klayar, Pacitan, kebayang kondisi jalannya, wah kalau yang ngga biasa traveling bakalan banyak komplain. Beruntung aku sudah mengenal rekan ku si "cak" dan "ve". Ku tahu betul mereka berdua akan sama-sama mampun menjiwai perjalanan ini. Siap menerima kondisi apa pun. Siap saweran, tidak perhitungan, termasuk kemungkinan pelit. Bukan tipe itu. Maka ku bayangkan perjalanan ber-3 tidak kalah mengasyikan jika berangkat sendiri. Sekalipun demikian kira-kira 3 minggu sebelum berangkat iseng-iseng aku bikin survei kecil-kecilan. Survei ini sama sekali bukan dalam rangka mencari teman atau berupa ajakan secara tidak langsung. Tujuan survei ini ingin mengetahui seberapa jauh popularitas, minat dan keinginan ke Pantai Klayar khususnya di kalangan rekan-rekan penggemar traveling. Mengumpulkan sekitar 60 email address yang belum ku kenal dari beberapa milis/komunitas traveling. Mengambil email itu dari posting secara acak. Misalnya ada yang bertanya tentang Bali, Bromo, dan lain-lain. Ada yang kirim posting mencari rekan perjalanan. Ada juga yang reply pertanyaan. Email-email itu ku pilih sebagai responden. Asumsiku si pengirim posting untuk maksud di atas memiliki ketertarikan traveling. Kepada mereka ku kirimi 4 pertanyaan simpel saja : 1. TAHU-kah anda atau pernah mendengar ada pantai ber-nama Klayar (sengaja tidak ku sebutkan lokasi di Pacitan) ? 2. Jika sudah tahu dan pernah mendengar, PERNAH kah anda kesana? 3. Jika sudah tahu atau belum pernah kesana, ber-MINAT- kah anda kesana? 4. ALASAN anda jika tidak berminat kesana? Feedback dari 60 yang ku kirimi, 53 memberikan respon sbb : - Pertanyaan no 1 jawabannya : 49 menjawab tidak pernah mendengar, baru setelah saya kirimi pertanyaan mereka jadi tahu. Sisanya, 4 responder menjawab sudah pernah tahu dan pernah mendengar. - Pertanyaan no 2 yang nyambung dari pertanyaan no 1, 3 responder menjawab sudah pernah. Berarti ada 50 responder belum pernah. - Pertanyaan no 3, dari 50 responder tadi hanya 4 menyatakan minat kesana setelah mendapat informasi, sisanya 46 tidak berminat. - Pertanyaan no 4, umumnya alasan mereka tidak berminat karena tidak tahu seperti apa pantainya, berada dimana, bagaimana kesana, tidak ada ngajak. Kesimpulannya...hhhmmm....ternyata belum banyak tahu. Masih sedikit yang tertarik dan berminat kesana. Tentulah survei ini tidak bisa di jadikan penilaian secara umum. Lah respondennya hanya 50. Beda jika responden mencapai ribuan, survei dilakukan secara besar-besar-an, hasilnya pun pasti akan berbeda. Namun cukup beralasan sebagai "potret" bahwa masih butuh waktu mencapai tingkat popularitas yang diharapkan di bandingkan Bali, Pulau Komodo, Makassar. Kedua, dalam lingkungan terbatas bukan kekeliruan mengatakan : "Pantai Klayar sebagai salah satu Hidden Paradise". Paling Indah kah...? Menengok minat awal ke sini karena sebuah tulisan kecil/testimoni yang mengatakan sebagai pantai paling indah. Setelah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, mengalami berada disana, kembali ke pertanyaan awal, betulkah Pantai Klayar sebagai pantai paling indah? Bagaimana juga hasil "pertaruhan" sebagaimana tertulis di 4 subyek posting ini? Menang atau kalah nich...? Hhhhmmm...mencoba mencari refrensi ilmiah yang membuat kriteria penilaian sebuah pantai di sebut paling indah, sayangnya belum ada. Pun ada rasanya belum mendapat kesepakatan. Dari ku pribadi, kriteria keindahan sebuah pantai antara lain : pantai pasir putih dan bersih, suasana pepohonan di sekelilingnya yang asri dan sejuk, memiliki ombak besar sekaligus tenang, tidak hanya menikmati dari pinggir pantai terdapat perbukitan yang bisa dinikmati dari atas, suasana tenang jauh dari keramaian, memiliki gugusan atau bukit-bukit karang dengan bentuk artistik. Pantai Klayar memiliki semua itu. Sayang belum banyak pantai di negeri ini yang pernah ku datangi. Tadinya aku mengira pantai Liang di pulau Ambon sebagai paling indah. Apalagi infonya pernah di nobatkan salah satu badan PBB sebagai pantai paling bersih di tahun 1990-an. Ternyata tidak selengkap Klayar. Coba bandingkan dengan Pink Beach di Labuan Bajo, meski termasuk pantai eksotik, namun tidak selengkap Klayar. Seven beaches yang minggu depan setelah dari Klayar aku kesana, hhhhmmm...tetap lebih eksotik Klayar. Barangkali yang bisa mengimbangi dan mendekati suasananya adalah pantai di Ujung Genteng. Tetapi lagi-lagi, ini berhubungan dengan rasa serta selera pribadi. Kebebasan menilai dan memiliki rasa estetika, sah-sah saja setiap individu memberikan penilaian sebagai yang "paling". Okelah paling tidak jika saat ini di tanya pantai mana yang di rasa paling indah, tidak akan ku ragu mengatakan Pantai Klayar. Ada yang ngga setuju lalu mengatakan di Sumba ada pantai yang menurutnya paling cakep. Ya monggo.... Kesimpulannya. Saya ingin datang lagi. Si "cak" dan "ve" rupanya ingin dateng lagi. Merasakan kenikmatan berada di sebuah hidden paradise bernama Pantai Klayar. Kedua, kepada yang merasa menulis testimoni yang kebetulan ku kenal. Tanpa melihat siapa dan apa latarbelakang dirimu, untuk testimoninya, aku setuju. Menutup 4 posting ini ada beberapa catatan : Pertama. Kalau ada rekan yang berminat kesana, aku tertarik untuk ikut. Dengan catatan jangan musim hujan ya. Ngga kebayang jalan licin dan becek jika musim hujan. Cukup licin dan lebih berisiko. Kedua. Menuju Klayar dari Jakarta sabtu-Minggu sudah cukup. Kalau mau lebih puas bisa ambil cuti 1 hari misalnya Jumat - Minggu atau Sabtu - Senin. Ketiga. Selain pantai Klayar di sekitarnya masih banyak obyek lain yang tidak kalah menarik. Sebutlah Pantai Watukarung tempat kami menginap, Pantai Srau, Gua Gong yang terkenal indah se asia tenggara, Gua Tabuhan, dan lain-lain. Di lain kesempatan aku buat oret-oret-an-nya. Keempat. Penginapan. Hanya sekitar 200 meter dari Pantai Klayar, persisnya di atas bukit, sekarang sudah ada penginapan backpacker. Ada 4 kamar. Masing-masing kamar bisa di isi 2 sampai 3 orang. Kondisinya memadai. Kamar mandi luar, air ada. Sudah ada listrik. Ada juga hall bisa menampung 20 orang lebih. Lumayan untuk taruh badan jika semuakamar penuh. Biaya per kamar 100 ribu. Jika tidur di hall tidak di tarik bayaran. Pun bayar se-ikhlas-nya saja. Kontak person bisa menghubungi Bapak Sutarno di 0852 32623515. Jika ingin menginap di Watukarung, cukup banyak penginapan. Bagi penggemar bule, di sana banyak bule-bule, bisa sharing cost dengan mereka. Salah satu penginapan yang kami gunakan namanya Villa Lestari. Contact person pak Mulyono : 0821 41300307. Letaknya sekitar 50 meter dari pantai. Harga per kamar 150 ribu bisa tampung 3 orang. Biaya itu diluar makan ya. Ada kamar mandi dalam. Salah satu kamar yang aku gunakan merupakan kamar yang paling nikmat. Kamarnya semi terbuka. Letaknya di lantai 2, berlantai dan berdinding kayu, tidak ada dinding penutup, tidak ber-ac, langsung merasakan hembusan angin malam menemani saat tidur. Di sertai suara deburan ombak. Lah kalau hujan apa ngga kebasahan? Khan ada terpal. Bagi yang tertarik bisa aku kirimi fotonya via japri. Kelima. Menuju Pantai Klayar dari Jakarta bisa melalui 2 rute. Jakarta - Solo - Klayar. Kedua, Jakarta - Yogya - Klayar. Jika akan naik kendaraan umum lebih baik memilih lewat Solo. Dari Solo bisa naik bis atau travel tujuan ke Pacitan. Perjalanan dengan kendaraan umum bisa sekitar 5 - 6 jam. Kondisi jalan Solo/Yogya - Pacitan bagus Sedangkan Pacitan - Klayar seperti ku tulis di poting bagian 3. Dari pacitan ada angkutan pedesaan menuju Klayar. Setahu ku jadwal tidak menentu. Jika waktunya singkat dan pergi ber-5 saranku sewa kendaraan dari Solo. Tarif rental mobil avanza rata per hari 400 ribu include driver tidak termasuk BBM. Untuk BBM Solo - Pacitan pp budgetkan 150 - 200 ribu sudah cukup. Contact person rental mobil di Solo/Yogya? Buanyaaak. Saking banyaknya jadi males nyatet. Tinggal browsing aja. Patokan harga kurang lebih segitu. Keenam, di Klayar dan Watu Karung ada warung. Sekedar beli cemilan, roti, kopi/teh, lumayan lah. R Adolf Izaak |
19th October 2012, 08:23 AM | #5 |
Sek Des
Join Date: 15 Oct 2012
Userid: 373
Posts: 485
Real Name: joe
Likes: 0
Liked 2 Times in 2 Posts
|
asyyiik nih mimin ngajakin forumker gathering ke pantai Klayar
kapan min |
13th February 2014, 03:10 PM | #6 |
Warga Forumku
Join Date: 13 Feb 2014
Userid: 1839
Posts: 4
Likes: 0
Liked 0 Times in 0 Posts
|
Re: Traveling Story : Pertaruhan Menuju Hidden Paradise
Wih menantang bgt nih... keren keren
Mau Umroh atau wisata hati dengan Umroh silkan liat kesini : http://jamiilunwisata.blogspot.com/2...h-2014_11.html |
7th December 2018, 01:47 PM | #7 |
Warga Forumku
Join Date: 16 Nov 2018
Userid: 7530
Location: Jakarta-Indonesia
Posts: 14
Likes: 0
Liked 0 Times in 0 Posts
|
Re: Traveling Story : Pertaruhan Menuju Hidden Paradise
Dengan tulisan yang mendetail kayak begini, jadi ngebuat saya tertantang juga mendatangi pulau klayar. nice post sob
|
Bookmarks |
Tags |
indobackpacker, indonesia travel |
Similar Threads | ||||
Thread | Thread Starter | Forum | Replies | Last Post |
[official] Rainbow Story | wavegame | Online and Internet Games | 30 | 16th August 2016 06:17 PM |
Kurochi World (Opening Story) | Kurochi | Forum TulisanKu MyWriting | 9 | 10th May 2016 09:21 PM |
Paradise Serpong City Kembali Luncurkan Cluster Baru | partisusanti | Urban and City Development | 0 | 7th March 2015 01:43 PM |
Gunungkidul - Hidden Paradise of Yogyakarta | ibhe | Forum Travelingku Jalan Jalan | 7 | 4th March 2015 10:39 PM |
Pergantian Premium ke Pertamax Jadi Pertaruhan Pemerintah | miss_nha | Business and Economy! | 0 | 29th December 2014 08:27 AM |
Currently Active Users Viewing This Thread: 1 (0 members and 1 guests) | |
Thread Tools | Search this Thread |
Display Modes | |
|
|