![]() |
|
![]() |
Notices |
Forum My Backpacker Ku Forum ini Membutuhkan Moderator, Silakan mendaftar !!! |
|
Thread Tools | Search this Thread | Display Modes |
![]() |
#1 |
Administrator
Join Date: 5 Jul 2012
Userid: 1
Posts: 5,047
Likes: 1,731
Liked 190 Times in 113 Posts
|
![]() source and courtesy : Adolf Izaak from mailing list indobackpacker
Pasti akan muncul puluhan bahkan ratusan nama-nama pantai untuk pertanyaan "pantai mana yang indah dan ter-indah di negeri ini ?". Maksudnya di Indonesia. Sangat mungkin daftar akan bertambah setiap tahun. Dari berbagai arus informasi di negeri ini ternyata masih banyak pantai yang belum terjamah namun memiliki keindahan. Namun kalau bertanya pantai mana yang PALING INDAH di negeri ini? Yakin akan berderet nama pantai muncul plus perdebatan. Bakalan debat panjang kalau sudah bicara "paling"...."paling".... Karena muara argumen berasal dari selera, rasa, kekaguman, yang sangat subyektif tentunya. Ditambah lagi sampai sekarang belum ada kriteria penuntun menilai keindahan sebuah pantai. Gara-gara testimoni Seseorang yang ku kenal sebagai "beach lover", punya banyak pengalaman mengunjungi pantai-pantai baik di negeri ini maupun di belahan negara lain, penggila traveling, memberikan komentar/testimoni pada sebuah foto di salah satu media sosial. Inti komentarnya mengatakan sebagai pantai "paling indah". Menanggapinya aku hanya tersenyum tidak yakin. Tidak ku tanggapi. Dalam hati ikut komentar, masa sich paling indah...? becanda doang nich...lebay ngga sich dia nulis begitu...? atau hanya sekedar "over promotion". Agak meragukan kesungguhan dia memberikan penilaian begitu. Tetapi saat bersamaan jadi mikir juga, masa iya ia pertaruhkan nama besar-nya tuk sekedar mengumbar "lebay" atau testimoni berlebihan semata. Rupanya aku termakan juga yang dia tulis. Padahal selama ini cuek-cuek aja tuch melihat foto-foto pantai yang di nilai "paling indah". Meski foto-foto itu menampilkan keindahan aku anggap hasil kutak-katik "oom Photoshop" atau sejenisnya. Sudah biasa itu percantik foto di era digital sekarang ini. Pantai Klayar... itu lah nama pantai yang fotonya ia komentari begitu. Ooo...pernah baca perihal pantai itu beberapa tahun lalu. Aku masih menyimpan sebuah link yang membuatku ngeri dan enggan ke sana. Ini linknya : http://www.fotografer.net/forum/foru...?id=3193933613 Ah kog ngeri ya. Kalau rekan-rekan mengakses link di atas, isinya berupa MUSIBAH yang di alami sejumlah fotografer saat hunting di sana. Bukan musibah yang mengantar nyawa ke alam akhirat, melainkan kejadian tragis yang telah merengut "nyawa" yaitu sejumlah kamera dengan lensa yang oke punya. Hehehe...aku ngga mau lebay. Tampaknya sudah menjadi "kesepakatan" diantara rekan-rekan penggila moto nyawa pertama adalah kamera dan lensanya. Nyawa "kedua"...? stop ah ngga mau ngejawab. Tetapi...lagi-lagi testimoni itu mengusik pikiran. Seakan menjadi tertantang dan bertaruh ingin membuktikan apakah benar paling indah. Okelah, pengalaman ku tidak sebanyak dia. Hanya beberapa pantai saja yang pernah ku datangi di negeri ini. Mulai memutar memori membandingkan dengan beberapa pantai yang aku pribadi kagum keindahannya. Ah masa iya sich Klayar "paling indah". Duch....dalam hati sempat ngedumel juga. Kog jadi tiba-tiba testimoninya jadi mengusik ketenangan ya. Tergerak tuk cari info perihal pantai ini. Browsing...ketemu beberapa catatan perjalanan. Ah kog gitu-gitu aja. Hanya mengatakan indah...bagus...mempesona...dan sejenisnya. Kurang greget. Ngga ada yang mendukung menilai sebagai pantai "paling indah". Menariknya ketemu catatan lama beberapa komunitas fotografi perihal ajakan hunting di pantai ini. Majalah Traveling Fotografi edisi 1 2012 terbitan Kompas Gramedia hal 72 - 75 merekomenkan sebagai spot hunting favorit. Ditambah lagi salah satu majalah "besar", NG Traveler Vol 3 No 4, tahun 2011, cover depan menampilkan foto di spot ini. Adalah seorang bernama Misbachul Munir, yang cukup dipanggil Oom Munir, kebetulan ada juga di forum ini. Satu lagi Oom Yadi Yasin. Aku yakin di kalangan fotografer tidak meragukan kedua nama besar ini. Levelnya sudah di "strata" "juara", "pameran", "juri", "dosen", masih berjejer gelar yang lain. Maksudnya sudah sering menjuarai lomba foto, menyertakan foto-fotonya di pameran foto, di undang menjadi juri lomba foto, menjadi pengajar fotografi. Maaf Oom Munir (dan bos Yadi Yasin) kalau membaca posting ini. Jangan tersinggung ya. Tersipu boleh....Sekali lagi ini bukan lebay lho... I know you... Kaitannya Oom Munir dan Oom Yadi Yasin dengan Pantai Klayar? dalam sebuah testimoni menyebutkan beliau berdua rela ber-camping ria menunggu sunset dan sunrise di pantai itu. Wah kalau mereka berdua mau "stay" disana secara tidak langsung mengatakan ada yang menarik di sini. Bahkan mungkin lebih dari sekedar menarik. Pasti ada yang luar biasa menurut pandangan fotografinya.. Bertaruh Tapi....huuuuhhhh....lagi-lagi berkutat dengan ragu-ragu perihal musibah beberapa rekan fotografer tadi. Kalau aku harus ngalami musibah itu gimana ya? Mereka-mereka sich dengan segera bisa mengganti kamera dan lensanya. Lah wong dompetnya tebel. Lah kalau aku tuk beli satu kamera aja butuh penantian bertahun-tahun. Curhat ini aku sampaikan ke rekan fotografer yang tinggal di Bandung dan pernah kesana, sebutlah Pak Andi. Aku kenal dia sebagai fotografer outdoor yang suka tantangan. Aku bilang fotografer nekad, suka nyerempet-nyerempet bahaya, eeee dia ngga mau. "Gue hanya berani doang bukan nekad. Gue pake perhitungan ngga main asal tubruk kalau di alam", Ia bilang begitu mengoreksi julukkan nekad tadi. Chatting dengan beliau mendapat petuah yang cukup membesarkan hati. "Pertama, mata harus jeli. Jangan terpikat kalau ketemu obyek cakep lalu lupa di sekitarnya lalu ending masuk jurang. Kalau itu sich bukan alam yang ganas tapi loe-nya yang ceroboh. Kedua, ini yang penting, harus pandai-pandai membaca tanda-tanda alam. Di Klayar memang ombaknya besar. Khas laut selatan. Tapi....bukan berarti ngga bisa di kenali. Ombak besar tidak selalu nongol tiba-tiba. Pasti ada ombak kecil atau agak besar yang muncul dulu. Loe cermatin dech itu kondisi ombak. Liat baik-baik, amat-i pinggir tebing, ada batas air sebagai tolak ukur massa ombak. Kalau batas air masih rendah, okelah masuk ke tempat "berbahaya" tadi. Sebaliknya, jika memang sudah tinggi segera menjauh cari spot lain". Membaca petuah salah satu sesepuh fotografer rasanya cukup usaha mencari, menemukan, membaca, membayangkan, seperti apa pantai Klayar. Waktunya sudah cukup untuk "ketok palu", yes or no. Kesimpulannya aku harus kesana...!!! Ok.gak apa-apa sebagai ajang pertaruhan ku. Sebagai ajang pembuktian apakah benar sebagai pantai "paling indah". Kepingin tahu seperti apa unik, indah, dan sejenisnya, sehingga di gandrungi para fotografer khususnya. Kalau bagus ya datang lagi. Seandainya biasa aja, ya cukup sekali saja. Berbekal informasi dan mencermati pengalaman teman-teman yang pernah kesana, menimbang waktu yang terbatas, mulai membuat rencana rute. Waktu ku hanya bisa Sabtu Minggu. Rencana memilih Jakarta - Solo - Pacitan - Solo - Jakarta. Menghemat waktu perjalanan memilih sewa kendaraan 2 hari. Oke mantap.... Welcome my "old friend" Berikutnya....mau berangkat sama siapa? Adakah yang ingin di ajak...? Tuk yang satu ini, setelah merasakan kenikmatan beberapa ber-"solo traveling" alias pergi sendiri, kenapa ngga di lakukan lagi. Belakangan aku perlu meralat dan membuka diri kehadiran rekan yang sering ku panggil "cak". Karena memiliki ciri fisik kulit gelap bukan mata sipit jadinya tidak perlu ku panggil "ko cak". Walau karena celotehannya suka ku bilang "ko cak loe ya....". Satu lagi bergender wanita. Sempat ragu dengan keseriusannya tuk gabung karena biasanya prefer traveling ke luar negeri. Ternyata dengan percaya diri, tidak khawatir di kawal 2 cowok, punya tekad kuat tuk gabung. Oke...bertiga saja cukup. Ku kenal dua rekan ini tidak ribet, tidak bertele-tele, bukan tipe manja, siap menerima kondisi apa pun. Kalaupun mau ajak rekan maksimal bisa tambah 2 lagi sesuai kapasitas mobil. Dengan catatan jangan pada manja ya. Jangan rewel, jangan banyak maunya, bla...bla...Ngeri kalau tuntutannya banyak. Padahal belum pernah harus siap maklum dengan kemungkinan kondisi. Catatan juga, meski aku yang punya ide tetap bukan aku lho yang leading. Ngga ada yang jadi leader. Pun mau jadi leader tiga-tiga-nya jadi leader. Atas usulan si "Cak" kami sedikit merubah rute. Kalau dari awal start dan finish lewat solo, berubah lewat Yogya. Rutenya, Jakarta - Yogya - Pacitan - Solo - Jakarta. Pilihan lewat Yogya karena akan hunting sunrise di Istana Boko. Rencana pilihan transportasi dan hari keberangkatan berubah dikit. Sepakat kami bertiga berangkat jumat malam pulang kantor naik kereta Argo Lawu turun di Yogya. Di stasiun tugu dengan mobil yang sudah kami sewa berangkat ke Candi Boko. Setelah hunting disana langsung melanjutkan ke Pacitan. Hari minggu dari Pacitan kami menuju Solo, drop di Bandara Adi Sumarmo, lalu kembali ke Jakarta. |
![]() |
![]() |
Sponsored Links |
Bookmarks |
Tags |
indobackpacker, indonesia travel |
![]() |
||||
Thread | Thread Starter | Forum | Replies | Last Post |
[official] Rainbow Story | wavegame | Online and Internet Games | 30 | 16th August 2016 06:17 PM |
Kurochi World (Opening Story) | Kurochi | Forum TulisanKu MyWriting | 9 | 10th May 2016 09:21 PM |
Paradise Serpong City Kembali Luncurkan Cluster Baru | partisusanti | Urban and City Development | 0 | 7th March 2015 01:43 PM |
Gunungkidul - Hidden Paradise of Yogyakarta | ibhe | Forum Travelingku Jalan Jalan | 7 | 4th March 2015 10:39 PM |
Pergantian Premium ke Pertamax Jadi Pertaruhan Pemerintah | miss_nha | Business and Economy! | 0 | 29th December 2014 08:27 AM |
Currently Active Users Viewing This Thread: 1 (0 members and 1 guests) | |
Thread Tools | Search this Thread |
Display Modes | |
|
|
![]() |