Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) tetap tidak terganggu selama sepekan terakhir, menyusul
aksi 22 Mei 2019 di Jakarta, yang memprotes hasil pemilihan Presiden 2019.
"Ketika Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil pemilihan pada 22 Mei, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meningkat," kata Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi di Jakarta pada Selasa (28/5) malam.
Hasan Fawzi berpendapat bahwa investor pasar saham membeli secara selektif untuk memastikan bahwa IHSG tetap stabil pada 6.000 poin.
Berdasarkan data BEI, IHSG, pada 22 Mei 2019, berada di 5.939,63 poin, sedangkan pada Selasa (28/5) IHSG ditutup pada 6.033,14 poin, naik sekitar 1,58 persen.
"Kerusuhan 22 Mei tidak mempengaruhi pemain pasar saham," kata Hasan Fawzi.
Koordinator Ketua Umum Komite Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI), Karman Pamurahardjo, menambahkan bahwa investor saat ini fokus pada situasi eksternal, terutama perang perdagangan antara Amerika Serikat dan China, yang belum berakhir.
"Situasi setelah kerusuhan cenderung tenang dan pasukan keamanan telah berhasil mempertahankan kepercayaan investor," kata Presiden Direktur PT Profindo Sekuritas Karman Pamurahardjo.
Dia menambahkan bahwa investor saat ini fokus pada perang dagang, yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi global, termasuk di Indonesia.
"Investor harus selektif dalam menentukan investasi mereka dan memilih saham 'blue chip' (saham dengan nilai kapitalisasi besar)," katanya.
Di masa depan, ia berharap pemerintah akan mempertahankan iklim yang tenang, dalam upaya meyakinkan investor lokal dan investor asing untuk berinvestasi di pasar saham Indonesia.