Jokowi si Gubernur fenomenal itu ternyata adalah gubernur yang tidak cerdas.Seharusnya sebagai gubernur, beliau lebih baik memperkaya diri sendiri selagi jadi pejabat. Kapan lagi bisa punaya MOGE, Mobil Mewah, Tas mahal buat anak dan Istri. Ketidakcerdasannya membuat dia lebih memilih untuk tampil sederhana dalam setiap aktivitasnya.

Ketidakcerdasan Jokowi semakin terlihat ketika dia lebih memilih untuk turun langsung ke kantong - kantong kemiskinan Jakarta yang kumuh dan bau. Seharusnya dia lebih baik di kantor saja menikmati semua fasilitas dan kemewahan yang disediakan oleh Pemprov. DKI untuk Gubernurnya. Mengapa harus berpanas - panasan di lapangan. Ini sangat tidak cerdas!

Belum lagi masalah MRT yang diusulkan Jokowi untuk di presentasikan ulang kepadanya karena dia ingin melihat dulu detail dan biayanya. Ini sangat tidak cerdas! Kebijakan ini akan membuat banyak orang yang seharusnya Kaya Raya dari hasil "Tipu - Tipu Proyek MRT" jadi Batal Kaya.Hal ini tentu akan menyebabkan jumlah "Orang Kaya Baru" akan berkurang. Akan lebih cerdas jika Jokowi menelpon pimpinan proyek dan meminta bagian saja.

Apalagi beberapa hari terakhir sepertinya Jokowi akan lebih memprioritaskan peremajaan dan peningkatan layanan Angkutan Umum DKI. Tentu kebijakan ini akan lebih cepat bisa direalisasikan untuk mengatasi kemacetan jakarta akibat angkutan umum yang suka ngetem dan berhenti sembarangan. Ini sangat tidak cerdas! Karena meremajakan angkutan umum tentu tidak akan menyerap banyak tenaga "ahli nego mega proyek". Bisa dibayangkan jika para ahli nego mega proyek itu diberdayakan, "penghasilan samping" mereka akan berdampak luas pada bisnis "Karaoke, Hotel Short Time, Diskotik dan Mall".

Ketidakcerdasan Jokowi juga ditunjukkan ketika dia meninjau Rumah susun di merunda. Dengan gampangnya dia meminta Rumah Susun yang masih kosong itu di gratiskan saja selama 3 atau 5 tahun setelah di perbaiki dan dilengkapi dengan fasilitas angkutan umum. Karena dia berpendapat bahwa rusun itu dipakai atau tidak dipakai tetap saja rusak, sehingga lebih baik di isi saja walau digratsikan. Ini adalah tindakan yang BODOH! karena setidaknya kalau dipungli maka ini akan menjadi "Penghasilan Samping" para aparat DKI sehingga mereka akan menjadi "Orang Kaya Baru" di DKI. Tentu dengan demikian jumlah orang kaya akan bertambah dengan sangat signifikan.

Apalagi ketika JOKOWI memerintahkan dinas PU dan Kebersihan mengeruk parit - parit yang sumbat di DKI Jakarta. Ini juga adalah perintah yang sama - sekali tidak cerdas. Bukankah lebih mudah kalau semua itu diserahkan kepada warga saja sehingga bisa menghemat anggaran dan pekerjaan para PNS di DKI. Ketika bajir melanda, tinggal menyalahkan "banjir kiriman" dan warga yang tidak menjaga kebersihan.

Jokowi juga serharusnya memberikan ruang yang sebebas - bebasnya bagi para PNS di DKI untuk bekerja sesuka hati. Karena dengan demikian para PNS ini bisa lebih aktif di Mall - Mall dan Kafe - Kafe untuk melakukan kegiatan sosialisasi proyek dan anggaran yang dapat "Di Olah" bersama - sama untuk meningkatkan kesejahteraan para PNS dan rekan - rekannya.

Kemiskinan adalah keniscayaan di sebuah kota, sehingga pemda DKI tidak perlu sibuk mengeluarkan anggaran untuk mengentaskan kemiskinan. Karena toh kemiskinan itu akan tetap ada. Oleh karena itu akan lebih bermanfaat jika semua APBD yang dimiliki Pemda digunakan untuk lebih mensejaterakan rakyat yang sudah sejahtera dan merasa masih kurang sejahtera. Itu akan lebih tepat sasaran

Demikianlah pendapat dari para ahli dibidang korupsi dan pembodohan rakyat.