INFO TEMPO - Sebelum sistem pembayaran dilakukan secara elektronik, tepatnya sebelum tahun 2013, untuk mengeluarkan kontainer dari pelabuhan butuh waktu yang lebih lama. Hal ini menyebabkan si pemilik barang harus menambah biaya penumpukan yang harus dibayar dengan lebih mahal.
"Saat itu kami selalu melakukan pembayaran jasa-jasa kepelabuhan itu dengan cara tunai. Petugas kami harus bolak-balik dari pelabuhan ke kantor hanya untuk mengurus dokumen-dokumen pembayaran. Itu sangat merepotkan dan perlu waktu," tutur Harry Purwoko, General Manager PT Olak Kemang.
Tapi masalahnya jadi lain ketika perusahaan forwarder ini menggunakan e-Billing yang disediakan pihak Jakarta International Container Terminal (JITC) Tanjung Priok. Kebetulan, kata Harry, PT Olak Kemang ditunjuk sebagai pilot project e-Billing saat dilaunching pada tahun 2013 lalu. Sejak saat itu semua pembayaran pun mulai dilakukan melalui e-payment Bank Mandiri. "Jadi tidak perlu ke pelabuhan lagi. Kita hanya cek di internet e-Billing berapa nilai pembayaran kita, kemudian gunakan e-payment Mandiri untuk bayar," tuturnya.
Dari segi waktu, menurut Harry, pembayaran melalui e-Billing itu jauh lebih efisien. Barang yang tadinya bisa sampai 3 hari menumpuk di pelabuhan, kini bisa sehari saja. Selain itu dari segi keamanan juga lebih terjamin karena tidak perlu membawa-bawa uang tunai lagi. "Yang jelas sistem pembayaran ini juga sangat menghemat tenaga karena cukup dilakukan oleh bagian admin dari meja kerjanya," ujarnya.
Bank Mandiri sendiri memiliki beragam produk untuk industri pelabuhan tergantung jenis pembayarannya. Salah satunya adalah Mandiri Bill Collection, yaitu layanan yang memudahkan forwarder untuk melakukan pembayaran jasa container Pelindo melalui seluruh channel elektronik Bank Mandiri. Selain itu, Bank Mandiri juga telah bekerjasama dengan JICT untuk menerbitkan Kartu Debit Co Brand JICT, yang khusus untuk pembayaran transaksi kepelabuhanan di JICT.
http://www.tempo.co/read/artikel-sponsor