forumku

forumku (https://www.forumku.com/)
-   Business and Economy! (https://www.forumku.com/business-and-economy-/)
-   -   Dampak Pelemahan Rupiah Lebih Buruk dari 1998 (https://www.forumku.com/business-and-economy-/46263-dampak-pelemahan-rupiah-lebih-buruk-dari-1998-a.html)

sucyresky 26th August 2015 11:15 AM

Dampak Pelemahan Rupiah Lebih Buruk dari 1998
 
Quote:

JAKARTA - Nilai tukar Rupiah melemah semakin dalam. Kurs tengah Bank Indonesia, rupiah ditutup dengan nilai tukar Rp14.067 per dolar AS. Pelemahan tersebut adalah yang terburuk sejak Agustus 1998. Pelemahan kali ini dinilai akan membawa dampak lebih buruk dibanding yang terjadi tahun 1998.
Enny Sri Hartati, Direktur Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) dan Direktur Eksekutif CORE Indonesia Hendri Saparini menilai pelemahan tersebut akan memukul industri dalam negeri.

“Pada saat rupiah itu melemah, tentu saja biaya produksi industri menjadi tinggi, sehingga akan mendesak daya saing,” kata Direktur Eksekutif CORE Indonesia Hendri Saparini, Selasa (25/8/2015).

Lebih detil lagi, Enny merinci, selain persoalan bahan baku, industri juga akan terpukul oleh utang luar negeri yang mereka pikul. Utang dalam dolar AS menyebabkan biaya pembayaran meningkat. Meningkatnya beban tersebut meningkatkan biaya modal, yang ujung-ujungnya meningkatkan harga produksi barang.

Dia mencontohkan berbagai sektor industri yang terpukul oleh pelemahan rupiah. Diantaranya elektronik, otomotif, termasuk properti. “Properti meningkat cukup tajam karena banyak pengembang yang sumber pembiayaannya dari utang luar negeri,” ungkap Enny.

Dampak dari pelemahan rupiah yang berpengaruh di tingkat produsen tersebut, akan dirasakan oleh seluruh masyarakat. Baik ekonomi menengah atas, maupun masyarakat bawah. Sebab barang konsumsi sehari-hari tidak lepas terkena pengaruh dari melemahnya rupiah. Enny mencontohkan makanan ringan yang produk kemasannya juga berbahan baku impor.

Strategi Mengatasi Pelemahan Rupiah

Dampak dari pelemahan rupiah kali ini telah memukul semua sektor. Tak hanya korporasi besar, tetapi juga UMKM yang telah mengalami keterpurukan akibat melemahnya daya beli masyarakat.

Pelemahan daya beli tersebut, kata Enny, karena harga bahan pokok mengalami kenaikan. “Betul, ada pengaruh eksternal dan persoalan eksternal. Tetapi ini juga karena manajemen biaya dari internal,” katanya.

Seperti diberitakan, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mencatat sebanyak 60.000 pekerja tekstil terpaksa diberhentikan alias terkena PHK. Pelemahan rupiah menekan laju produksi hingga 35 persen, terutama perusahaan tekstil yang berorientasi di pasar domestik. Bahkan, perusahaan tekstil yang berorientasi di pasar domestik sudah banyak yang berhenti produksi.

Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT) mengatakan, dampak dari pelemahan rupiah tersebut paling besar akan dirasakan oleh masyarakat kecil. “Kualitas hidup mereka turun drastis,” kata HT.

Untuk itu, solusinya adalah menggalakan investasi dan belanja pemerintah dipercepat. Menurutnya tak ada jalan lain lagi. “Semua kebijakan dan praktik yg menghambat investasi dan belanja pemerintah harus dipangkas,” ungkapnya.

Selain itu, bank fokus pada pembiayaan sektor produktif, bukan konsumtif. “Proyek infrastruktur yang dipegang broker dan tidak dikerjakan, dialihkan ke BUMN yang relevan agar bisa berjalan,” tutur pria asal Jawa Timur tersebut.

Dia menambahkan, hal lain yg harus diantisipasi adalah penerimaan pajak yang akan berkurang banyak akibat lesunya ekonomi. Untuk itu dibutuhkan alternatif pembiayaan.

Untuk mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, lanjut HT, ada empat hal yang diperlukan. Pertama adalah tingkat kepercayaan meningkat. Kedua, nilai ekspor lebih tinggi dari impor. Ketiga, investasi masuk dari luar dan dalam negeri. Keempat, tidak terjadi capital flight. “Tidak ada capital flight dari dalam ke luar negeri. Bahkan sebaliknya yang harus terjadi,” terangnya.

Kepercayaan terhadap pemerintah penting bagi para pelaku usaha. Sebab, dalam kondisi kepanikan banyak dana justru akan keluar Indonesia. “Kalau kredibilitas pemerintah ada, maka akan menimbulkan keyakinan atau menenangkan para pelaku usaha. Minimal kegiatan spekulasi bisa diredam,” tutur Enny. Menurutnya, mengembalikan kepercayaan tidak bisa hanya dengan kata-kata, namun harus dibuktikan dengan tindakan.
SUMBER : Okezone.com


All times are GMT +7. The time now is 07:16 PM.

Powered by vBulletin® Version 3.8.7
Copyright ©2000 - 2024, vBulletin Solutions, Inc.
Search Engine Optimisation provided by DragonByte SEO v2.0.37 (Lite) - vBulletin Mods & Addons Copyright © 2024 DragonByte Technologies Ltd.