Bantu Sergap ISIS di Mosul, Inggris Gunakan Kemampuan Perang Siber
 

---- source: http://www.hobbymiliter.com/4546/ban...-perang-siber/ ------- Hobbymiliter.com – Menteri Pertahanan Inggris Sir Michael Fallon menerangkan bahwa Inggris punya andil dalam membantu Irak merebut kembali Mosul dari tangan ISIS, yakni berupa perang siber.
Dalam pidatonya di sebuah konferensi tingkat internasional yang membahas pengobaran perang melalui teknologi canggih, Sir Michael menjelaskan bahwa Inggris telah meluncurkan kemampuan intelijen sibernya untuk melawan Daesh (ISIS).
Ketika ditanya apakah Inggris memang meluncurkan kemampuan sibernya untuk membantu merebut kota Mosul dari tangan ISIS, sang Menhan menjawab: “Saya tidak akan berbicara mengenai operasionalnya secara spesifik, namun ya, kami memang sedang melakukan operasi militer melawan Daesh sebagai bagian dari upaya koalisi internasional. Saya bisa katakan bahwa ini adalah kali pertama kami menggunakan kemampuan siber dalam operasi (di Irak).”
Dalam konferensi yang digagas oleh Royal United Services Institute (RUSI) tersebut, Sir Michael menceritakan bahwa sebenarnya Inggris sudah mempersiapkan diri sejak lama untuk melakukan serangan besar-besaran.

http://www.hobbymiliter.com/wp-conte...r-di-mosul.jpgMenteri Pertahanan Inggris, Sir Michael Fallon. Sumber: AOL UK“Tinggal menunggu waktu sebelum kami diharuskan untuk mengeluarkan kemampuan perang berskala besar demi kepentingan Inggris. Tahun lalu, Markas Komunikasi Pemerintah Inggris (GCHQ) mendeteksi peningkatan serangan siber terhadap keamanan nasional sebesar dua kali lipat, di angka 200 insiden per bulannya.
“Kami tahu bahwa aktor-aktor intelijen jahat sedang mengembangkan dan meluncurkan kemampuan canggih juga,” ujar Sir Michael.
Serangan siber yang melibatkan Inggris telah memaksa Inggris untuk menginvestasikan 1,9 miliar poundsterling (30 triliun rupiah) demi menjaga Inggris dan meraih keunggulan di bidang keamanan siber.
Kementerian Pertahanan Inggris juga mengumumkan bahwa pihaknya telah menyuntikkan dana sebesar 265 juta pounds (4,2 triliun rupiah) untuk mengembangkan sistem siber yang lebih luas serta “membasmi kerentanan siber” yang masih dialami militer Inggris hingga saat ini.