forumku

forumku (https://www.forumku.com/)
-   Forumku Middle East Timur Tengah (https://www.forumku.com/forumku-middle-east-timur-tengah/)
-   -   Israel Alami Kekalahan Besar di Suriah (https://www.forumku.com/forumku-middle-east-timur-tengah/77187-israel-alami-kekalahan-besar-di-suriah.html)

Itsaboutsoul 1st March 2018 11:45 AM

Israel Alami Kekalahan Besar di Suriah
 
Keluhan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa pengiriman drone Iran telah melanggar kedaulatan Israel, sulit untuk diimbangi dengan pelanggaran Israel yang berlangsung hampir satu minggu di ruang udara Suriah selama konflik Suriah. Selain itu, perang antara Israel dan Iran bertentangan dengan kepentingan Rusia di Suriah, dan sejauh ini mengancam keuntungan Rusia dalam dua setengah tahun terakhir. Hal tersebut menunjukkan kekalahan besar Israel.

Oleh: Mahan Abedin (Middle East Monitor)

FOTO: Sebuah jet tempur F-16 Israel bersiap untuk pengisian bahan bakar pertengahan saat misi pelatihan. (Foto: Angkatan Udara AS/Master Sgt. Kevin J. Gruenwald/Wikipedia)

Konfrontasi militer antara pasukan Israel dan Suriah/Iran pada tanggal 10 Februari, memicu analisis dan spekulasi luas mengenai kemungkinan perang regional yang besar. Tingkat keparahan bentrokan terakhir—dengan laporan bahwa Israel mungkin telah menghancurkan hingga 50 persen sistem pertahanan udara Suriah—menggarisbawahi kedalaman ketegangan di wilayah tersebut.

Tapi aspek yang paling penting dari bentrokan tersebut adalah penembakan jet tempur F-16 Israel oleh pertahanan udara Suriah. Ini menandai pertama kalinya dalam 36 tahun, di mana sebuah jet tempur Israel ditembak jatuh dalam pertempuran dengan Suriah yang menandai kekalahan besar Israel. Mengingat superioritas udara Israel di wilayah tersebut, ini adalah kekalahan besar Israel, terutama dalam hal moral, karena hal itu menunjukkan kerentanan Israel.

Mengingat jatuhnya jet tempur F-16—yang menyebabkan satu awak pesawat Israel terluka parah—dan pertarungan keras oleh pasukan pertahanan udara Suriah, jelas bahwa sekutu Amerika Serikat itu mengalami kekalahan besar Israel dalam putaran pertempuran terakhir ini dengan musuh-musuh regionalnya, Iran dan Suriah.

Perlawanan hebat dari pasukan pertahanan udara Suriah, menunjukkan kepercayaan diri mereka yang semakin meningkat—sebuah kenyataan yang diperkuat oleh perkembangan yang lebih luas, terutama momentum kemenangan Suriah dalam tahap akhir perang proxy yang rumit di negara tersebut. Tapi ini kemungkinan tidak akan menghalangi Israel, yang memandang kehadiran Iran di Suriah sebagai ancaman keamanan nasional utamanya.

Pertempuran besar berikutnya mungkin akan segera terjadi.

MUSUH YANG DEKAT
Israel telah berusaha keras untuk menyalahkan Iran karena memulai pertempuran, ketika Iran mengirim sebuah pesawat tanpa awak ke perbatasan Israel. Namun keluhan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa Iran telah melanggar kedaulatan Israel, sulit untuk diimbangi dengan pelanggaran Israel yang berlangsung hampir satu minggu di ruang udara Suriah selama konflik Suriah.

Memang, sejak tahun 2012, Israel telah melakukan setidaknya 100 serangan udara terhadap sasaran di wilayah Suriah. Walau sebagian besar dari serangan ini telah digambarkan sebagai serangan “terhadap Hizbullah”, namun beberapa serangan telah menargetkan fasilitas Suriah. Mengingat pelanggaran berulang atas kedaulatan Suriah, sulit untuk melihat bagaimana Israel dapat mengklaim landasan moral dalam konflik tersebut.

Tapi masalah sebenarnya tentu saja adalah, biaya praktis yang melekat pada pelanggaran ini. Sebelum bentrokan terakhir, Israel dapat beroperasi di dalam ruang udara Suriah dengan kekebalan hukum yang jelas, dan mengatakan kepada publik internasional bahwa Israel hanya menegakkan “garis merah”, dalam melawan musuhnya Hizbullah.

Sampai saat ini, baik Suriah maupun Hizbullah tampaknya terlibat dalam konflik Suriah yang rumit, dan sangat enggan—atau bahkan secara fisik tidak mampu—untuk membuka pertempuran baru dengan Israel di Suriah. Situasi sekarang telah berubah dengan jelas, seperti yang ditunjukkan oleh perlawanan kuat dari pasukan pertahanan udara Suriah yang menunjukkan kekalahan besar Israel.

Pada saat yang sama, prioritas operasional Israel telah bergeser. Di mana sebelumnya Israel terutama sangat berfokus pada target yang terkait dengan Hizbullah—dan khususnya dugaan pengiriman senjata canggih ke kelompok Lebanon itu—namun perhatiannya sekarang dipusatkan pada kehadiran militer Iran di Suriah.

Netanyahu telah menegaskan bahwa Israel tidak akan “mentolerir” kehadiran Iran di Suriah. Meskipun ini mungkin merupakan pernyataan yang berlebihan tentang posisi sebenarnya Israel, namun tingkat kecemasan Israel terhadap “penguatan” Iran di Suriah ditunjukkan oleh keganasan tanggapan Israel terhadap penembakan jet tempur F-16. Menurut laporan yang kredibel, Israel dilaporkan menyerang tidak kurang dari empat “markas” Iran di Suriah.

RUSIA PUN MASUK
Sebagian besar ahli yang menganalisis ketegangan antara Israel dan “Poros Perlawanan” tersebut, berfokus pada “garis merah” yang diklaim Israel, terutama kepekaan Israel terhadap wilayah barat daya Suriah, khususnya daerah-daerah yang berdekatan dengan Dataran Tinggi Golan yang diduduki.

Fokus pada Dataran Tinggi Golan dan garis gencatan senjata tahun 1974, terbukti dalam laporan Kelompok Krisis Internasional terbaru mengenai konflik tersebut. Perhatian di barat daya Suriah ini bertentangan dengan kenyataan bahwa para pemimpin dan pejabat Israel telah berulang kali menyatakan bahwa mereka menganggap seluruh kehadiran militer Iran di Suriah sebagai garis merah.

Poin lainnya dari laporan baru-baru ini adalah, bahwa Rusia memegang kunci untuk de-eskalasi dalam konflik ini. Penilaian ini tampaknya sangat kuat, tidak hanya dalam hal peran Rusia yang menentukan dalam konflik Suriah yang lebih luas, namun lebih spesifik karena kontrol efektif Rusia terhadap ruang udara Suriah.

Sampai sekarang, Rusia belum melakukan intervensi dalam konflik tersebut—sebuah sikap yang memicu kebingungan, mengingat persekutuan antara Moskow dengan Damaskus. Dukungan Rusia atas kekhawatiran Israel—yang diilustrasikan oleh Moskow dengan menutup mata terhadap serangan udara Israel yang berulang-ulang di wilayah Suriah—sebagian menunjukkan keinginan Rusia untuk menahan pengaruh Iran di Suriah.

Sedikit dukungan Rusia terhadap Israel dalam masalah ini, terbukti dalam teguran kuat Menteri Luar Negeri Rusia Segey Lavrov terhadap Komandan Iran Qassem Soleimani yang memprediksikan “kehancuran” Israel, pada sebuah upacara yang memperingati sepuluh tahun terbunuhnya komandan Hizbullah legendaris Imad Mughniyeh.

Perang habis-habisan antara Israel dan Iran bertentangan dengan kepentingan Rusia di Suriah, dan sejauh ini mengancam keuntungan Rusia dalam dua setengah tahun terakhir. Selain itu, konflik besar sama-sama bertentangan dengan posisi Rusia yang lebih luas di kawasan ini, di mana kehancuran habis-habisan akibat perang mungkin juga akan memakan waktu bertahun-tahun untuk mewujudkan kembali stabilitas.

Baik Iran maupun Israel harus memberikan perhatian yang kuat terhadap posisi Rusia, di saat mereka menghadapi konflik pada bulan-bulan kritis mendatang. Bentrokan lainnya tak akan terelakkan, mengingat kedua belah pihak sedang saling menguji tekad, pertahanan, dan reaksi masing-masing.

Sebuah perang besar jangka menengah hingga jangka panjang masih merupakan kemungkinan yang nyata, karena para pihak yang terlibat akan merasa tidak mungkin untuk mencapai kesepakatan di Suriah dan wilayah yang lebih luas. Masih harus dilihat apakah Rusia memiliki keterampilan diplomatik dan kesabaran strategis untuk mencegah perang regional yang penuh bencana.

Pandangan yang diungkapkan dalam artikel ini adalah milik penulis sendiri dan tidak mencerminkan kebijakan editorial Mata Mata Politik.


Sumber : Israel Alami Kekalahan Besar di Suriah


All times are GMT +7. The time now is 01:30 AM.

Powered by vBulletin® Version 3.8.7
Copyright ©2000 - 2024, vBulletin Solutions, Inc.
Search Engine Optimisation provided by DragonByte SEO v2.0.37 (Lite) - vBulletin Mods & Addons Copyright © 2024 DragonByte Technologies Ltd.