![]() |
Begini Gejala Difteri pada Orang Dewasa!
Difteri adalah infeksi bakteri serius yang biasanya memengaruhi selaput lendir hidung dan tenggorokan seseorang. Difteri biasanya menyebabkan sakit tenggorokan, demam, pembengkakan kelenjar, dan tubuh terasa lemah. Namun, gejala difteri yang khas adalah terdapat sebuah tumpukkan berwarna abu-abu tebal yang menutupi bagian belakang tenggorokan, yang dapat menghalangi jalan napas, sehingga menyebabkan kamu kesulitan bernapas.
Obat-obatan tersedia untuk mengobati difteri. Namun, jika sudah memasuki tahap yang parah, difteri dapat merusak jantung, ginjal, dan sistem saraf seseorang. Bahkan dengan pengobatan, difteri tetap dapat mematikan, karena faktanya sekitar 3 persen orang yang mengidap difteri meninggal. Angka ini lebih tinggi ketika menyerang anak di bawah 15 tahun. Gangguan pada hidung dan tenggorokan ini disebabkan oleh bakteri yang bernama Corynebacterium diphtheriae. Bakteri ini umumnya menyebar melalui kontak dengan orang yang mengidap gangguan ini atau melalui benda yang telah menempel bakteri tersebut. Kamu juga dapat mengidap difteri apabila seseorang yang mengidap gangguan tersebut bersin dan batuk, sehingga menyebarkan bakteri tersebut ke udara. Seseorang yang terinfeksi dan belum menunjukkan gejala tetap dapat menyebarkan infeksi tersebut hingga enam minggu sejak terserang. Setelah seseorang terinfeksi oleh bakteri tersebut, racun akan dilepaskan dan menyebar melalui aliran darah yang menyebabkan penumpukan lapisan abu-abu tebal pada beberapa area tubuh, seperti: Hidung. Tenggorokan. Lidah. Saluran pernapasan. Dalam beberapa kasus, racun ini juga dapat merusak organ lain, termasuk jantung, otak, dan ginjal. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa, seperti miokarditis atau radang otot jantung, kelumpuhan, dan gagal ginjal. Waspada Difteri, Kenali Gejalanya Beberapa gejala yang spesifik yang disebabkan oleh difteri tergantung pada jenis bakteri tertentu yang terlibat, dan lokasi tubuh yang terkena. Salah satu jenis difteri yang lebih umum terjadi di daerah tropis dapat menyebabkan borok kulit daripada infeksi pernapasan. Difteri jenis ini tidak separah jenis yang klasik yang dapat menyebabkan penyakit parah dan kadang-kadang kematian. Kasus klasik difteri adalah infeksi saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh bakteri. Hal ini menghasilkan pseudomembran abu-abu, atau penutup yang terlihat seperti membran, di atas lapisan hidung dan tenggorokan, di sekitar area amandel. Pseudomembrane ini juga bisa berwarna kehijauan atau kebiruan, dan bahkan hitam jika telah terjadi perdarahan. Gejala awal dari difteri ketika terjadi infeksi dan sebelum pseudomembran muncul, meliputi: Demam, malaise, dan tubuh terasa lemah. Kelenjar bengkak di leher. Pembengkakan jaringan lunak di leher. Keluarnya cairan dari hidung. Detak jantung yang cepat. Selain itu, anak-anak dengan yang terinfeksi difteri pada rongga di belakang hidung dan mulut lebih mungkin untuk mengalami gejala awal, seperti: Mual dan muntah. Menggigil, sakit kepala, dan demam. Setelah seseorang pertama kali terinfeksi bakteri, terdapat periode inkubasi rata-rata 5 hari sebelum tanda-tanda dan gejala awal dari difteri muncul. Setelah itu, dalam waktu 12 hingga 24 jam, pseudomembran akan mulai terbentuk jika bakteri telah menyebarkan racun sehingga menyebabkan: Sakit tenggorokan. Kesulitan menelan. Kemungkinan penyumbatan yang menyebabkan kesulitan bernapas. Jika membran meluas ke laring, suara serak dan batuk yang seperti menggonggong lebih mungkin terjadi, serta bahaya dari obstruksi jalan napas juga mungkin terjadi. Membran juga dapat meluas ke sistem pernapasan menuju paru-paru. |
All times are GMT +7. The time now is 07:18 PM. |
Powered by vBulletin® Version 3.8.7
Copyright ©2000 - 2025, vBulletin Solutions, Inc.
Search Engine Optimisation provided by
DragonByte SEO v2.0.37 (Lite) -
vBulletin Mods & Addons Copyright © 2025 DragonByte Technologies Ltd.