PM Inggris Theresa May Bisa Mengambil Tempat di House of Lords
 

PM Inggris Theresa May dapat menjadi mantan perdana menteri pertama yang mengambil tempat di House of Lords sejak Margaret Thatcher, menurut beberapa anggota parlemen Tory.

Mereka mengharapkan perdana menteri yang berusia 62 tahun itu meluangkan waktu untuk mempertimbangkan perannya berikutnya setelah mengumumkan keputusannya untuk mundur pada akhir Juli kemarin.

Dan seorang pejabat dari partai lokalnya mengkonfirmasi bahwa dia berniat untuk tetap menjadi anggota parlemen backbench hingga pemilihan umum berikutnya.

Tetapi banyak Tories percaya bahwa politisi yang telah lama mengumandangkan komitmennya untuk tugas dan pelayanan publik tidak akan mau meninggalkan kehidupan publik ke dalam ketidakjelasan politik.

Seorang menteri berkata, “Saya bisa melihat Theresa menerima gelar bangsawan. Dia adalah tipe konservatif yang sangat tradisional. House of Lords akan cocok untuknya. "

Dan seorang backbencher Tory berkata, "Tidak akan mengejutkan saya sama sekali jika dia pergi ke Lords.

"Dia hampir tidak mungkin melakukan tur ceramah dunia seperti Tony Blair dan David Cameron."

Dengan konvensi, perdana menteri yang masuk cenderung memberi para pendahulu mereka gelar kebangsawanan, tetapi John Major, Tony Blair, Gordon Brown, dan Cameron semuanya menunjukkan sebelumnya bahwa mereka tidak menginginkan kehormatan itu.

Satu-satunya sinyal dari rencana masa depan Ny. May kemarin datang dari Richard Kellaway, ketua Asosiasi Konservatif Maidenhead di daerah pemilihannya.

Dia meneleponnya kemarin pagi menjelang pernyataan pengunduran dirinya untuk mengonfirmasi bahwa dia tidak akan berhenti sebagai anggota parlemen setempat.

"Perhatian utama bagi kami sebagai asosiasinya adalah bahwa ia tidak akan mengundurkan diri dari kursinya. Ia akan melanjutkan sebagai Anggota Parlemen, yang disambut baik oleh kami," kata Kellaway.

"Sebagai Perdana Menteri, dia bisa pergi ke House of Lords jika dia ingin pergi rute itu dan melanjutkan, atau dia bisa tetap menjadi anggota Parlemen," katanya.

"Jelas sekali, ini adalah waktu yang sangat menyusahkan dan sulit baginya dan dia harus tenang dan melihat apa yang ingin dia lakukan."

Dia menggambarkan Ny. May sebagai "berhati-hati" saat berkampanye kemarin di daerah pemilihannya, tetapi mengatakan dia berbicara "sangat baik" dalam pernyataannya di luar Downing Street.

"Itu seperti pidato di pemakaman atau pernikahan, bahkan. Kau bisa melaluinya," tambahnya.

Nyonya May akan tetap menjadi perdana menteri sampai seorang penggantinya dipilih oleh Partai Konservatif.

Dia akan secara resmi meninggalkan kantor, menyerahkan pengunduran dirinya kepada Ratu di Istana Buckingham, segera setelah hasil akhir diumumkan.

Tugas terakhirnya dalam pekerjaannya akan mencakup menyambut Presiden Trump selama kunjungan kenegaraannya ke Inggris bulan depan.

KTT G20 para pemimpin dunia di Osaka, Jepang, pada akhir Juni kemungkinan akan menjadi angsa di panggung diplomatik dunia.