![]() |
Hindari jargonKata "reformasi" masuk dalam khasanah istilah politik Indonesia pada tahun 1995, saat mahasiswa dalam batas-batas tertentu mempopulerkan lewat serangkaian aksi-aksinya. Berbeda dengan di Uni Soviet yang sudah populer sejak awal tahun 1990-an ketika glasnost dan perestroika -nya Mikhail Gorbachev dikumandangkan.
|
Bahwa reformasi lebih banyak dikumandangkan mahasiswa reformis yang dalam kacamata pemerintah disebut radikal, mungkin ada benarnya, me ski ini dibantah oleh Ketua Umum PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Anas Urbaningrum. Menurut Anas, apabila mau diurut jauh ke belakang, gerakan reformasi sudah dimulai sejak awal Orde Baru (Orba), saat sejumlah mahasiswa mengingatkan pemerintah mengenai penerapan strategi ekonomi yang keliru.
|
Tetapi betulkah reformasi dimulai dari kalangan mahasiswa? Menurut Anas, ketika semua institusi formal macet semisal lembaga legislatif, mahasiswa bisa menandinginya dengan membentuk DPR jalanan sebagai saluran aspirasi politik.
|
Mahasiswa sadar, aspirasi yang disampaikan kepada lembaga legislatif lebih sering ditampung dan ditampung. Lantas muncul celetukan khas mahasiswa, "Ditampung? Memangnya air."
|
Anas menambahkan, mahasiswa dalam menyampaikan aspirasi politik dilakukan tanpa beban dan tanpa kepentingan (interst). Meminjam istilah Ketua Senat Mahasiswa Universitas Indonesia Rama Pratama saat tampil bersama Amien Rais di Masjid Al-Azhar Jakarta beberapa waktu lalu, mahasiswa menyampaikan tuntutan atau aspirasinya secara murni karena semata-mata berpijak pada kondisi obyektif yang terjadi dan jauh dari kesan rekayasa.
|
Apabila gerakan reformasi hendak diletakkan sebagai kebangkitan nasional baru atau apapun namanya, kata Anas, maka 20 Mei memang selalu dianggap memiliki nilai historisnya. Tugas mahasiswa dan seluruh masyarakat yang proreformasi, adalah memanfaatkan momen itu untuk dijadikannya sebagai titik pijak historis yang kuat. Bahwa kelak disebut Kebangkitan Nasional III, menurut Anas, itu tugas sejarah.
|
Emha Ainun Nadjib, akrab dipanggil Cak Nun, tidak setuju dengan jargon-jargon semisal Kebangkitan Nasional III. Menurut dia, yang seharusnya dicari untuk efektivitasnya reformasi adalah kesadaran bersama untuk saling produktif satu sama lain, meskipun tidak ada organisasi. Tetapi paling tidak pengorganisasian visi dan strategi itu tetap ada. "Kita tidak usah memberi julukan-julukan yang hebat dengan mengatakan Kebangkitan Nasional III atau julukan lain. Kita rendah hati saja dan selalu utamakan kerja," kata Emha.
|
All times are GMT +7. The time now is 08:29 PM. |
Powered by vBulletin® Version 3.8.7
Copyright ©2000 - 2025, vBulletin Solutions, Inc.
Search Engine Optimisation provided by
DragonByte SEO v2.0.37 (Lite) -
vBulletin Mods & Addons Copyright © 2025 DragonByte Technologies Ltd.