Dalam rangka memperingati
hari pers nasional pada Februari 9, Kementerian Pariwisata meluncurkan Jurnalisme Ramah Pariwisata (Pariwisata ramah jurnalisme), sebuah buku yang Menteri Pariwisata Arief Yahya menulis kata pengantar.
"This buku dapat digunakan sebagai panduan untuk pers dan masyarakat, terutama netizens, tentang bagaimana laporan bencana dan tetap ramah pariwisata. Buku ini menawarkan perspektif etika pada bagaimana pers laporan pada pariwisata dan isu-isu terkait lainnya, "Arief mengatakan selama peluncuran di makan malam gala yang merayakan Hari Nasional tekan di Surabaya, Jawa Timur pada hari Kamis, seperti dikutip oleh kantor berita Antara.
Arief menekankan pentingnya pariwisata ramah jurnalisme yang diperlukan untuk menciptakan iklim kondusif untuk pengembangan sektor pariwisata.
"This perlu dimulai dengan membangun pemahaman bahwa industri pariwisata adalah industri yang sangat sensitif terhadap pers dan opini publik yang mengikuti, " Arief berkata.
Ia mengakui bahwa pers harus selalu melaksanakan peranannya pemantauan bagaimana pemerintah menerapkan kebijakan pariwisata dan bagaimana industri pariwisata melakukan fungsi-fungsi bisnis.
Namun, Arief ditambahkan, pada saat yang sama "must tekan" mendukung upaya-upaya untuk mengembangkan pariwisata.
Kepala Indonesia Cyber Media Union Jaya mastersdom, mengatakan buku mengkaji bagaimana wartawan dapat melaporkan peristiwa bencana dalam cara yang ramah pariwisata dan bagaimana netizens dapat menggunakan media sosial untuk menyampaikan informasi positif yang tidak memiliki potensi menyebabkan masalah, termasuk masalah hukum.
"This book bisa menjadi panduan untuk wartawan, netizens, pejabat pemerintah dan pemangku kepentingan dalam menyebarkan informasi atau berita yang terkait dengan bencana dan pariwisata, " kata mastersdom, yang memberikan kontribusi untuk buku.
213-halaman buku menyajikan tema tujuh yang termasuk "Ethical Principles of Tourism Journalism", ' Sosial Media: Two-Edged Sword "dan "World Tourism Threats".
Setiap bab ditulis oleh kontributor yang juga praktisi media, termasuk Nurcholis MA Basyari, Yoseph Adi Prasetyo dan Suprapto. Editor adalah Agus Sudibyo.