sronto007

Brexit tanpa kesepakatan akan mengakhiri hubungan Inggris dan Uni Eropa
Dengan melihat situasi saat ini, kesepakatan Brexit akan menjadi "keras". Perdana Menteri Inggris, Theresa May, terlibat debat dengan parlemen Inggris. Tampak bahwa ia telah melupakan sepenuhnya tentang hal lain pada perjanjian Brexit - Uni Eropa. Berita terbaru yang terkait dengan masalah penting ini hanya mencakup gesekan antara Parlemen dan Theresa May. Namun, Presiden Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker, menyatakan bahwa tanggal 12 April adalah batas waktu terakhir bagi Dewan Rakyat untuk menyetujui kesepakatan pemisahan. Masih sulit untuk menyatakan apakah ini merupakan posisi yang benar bagi Uni Eropa atau hanya sebuah cara untuk mendesak parlemen Inggris. "Saya percaya bahwa tidak adanya kesepakatan di tengah malam 12 April kini merupakan skenario yang sangat mungkin. Hal tersebut bukanlah hasil yang saya inginkan, tapi merupakan hasil yang saya pastikan Uni Eropa siap hadapi," kepala Komisi Eropa menjelaskan. Mengingat fakta bahwa tidak ada banyak waktu yang tersisa sebelum tanggal yang tepat tiba, peluang "Hard Brexit" kini lebih tinggi dari sebelumnya. Jika Parlemen Inggris tidak mencapai konsensus tentang Brexit, hal itu dapat menyebabkan masalah serius, terutama untuk Inggris sendiri. "Jika Inggris berada dalam posisi untuk menyetujui Kesepakatan Pemisahan (Withdrawal Agreement) dengan mayoritas berkelanjutan pada tanggal 12 April, Uni Eropa harus siap untuk menerima penundaan hingga 22 Mei," tambah Juncker.